Bareksa Insight : Isu Kenaikan Harga BBM Bayangi Pasar Modal, Investasi di SR017 Solusinya
Rencana kenaikan harga BBM membuat investor khawatir mengakibatkan daya beli masyarakat tertekan dan inflasi akan naik signifikan
Rencana kenaikan harga BBM membuat investor khawatir mengakibatkan daya beli masyarakat tertekan dan inflasi akan naik signifikan
Bareksa.com - Setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak Juni 2022, yakni di kisaran 7.230, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penurunan pada akhir pekan lalu. Indeks saham Tanah Air ditutup melemah 0,2% di level 7.172 pada Jumat (19/8/2022).
Menurut Tim Analis Bareksa, pelemahan pasar saham utamanya akibat rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang membuat investor khawatir akan mengakibatkan daya beli masyarakat semakin tertekan dan inflasi akan naik cukup signifikan ke depannya.
Mempertimbangkan sentimen ini, Tim Analis Bareksa memperkirakan untuk awal pekan ini, pergerakan reksadana berbasis saham masih akan cenderung melemah. Smart Investor disarankan bisa mempertimbangkan diversifikasi investasi di aset yang lebih aman dan rendah fluktuasi seperti Surat Berharga Negara (SBN) Ritel seri SR017 yang sedang ditawarkan Pemerintah.
Promo Terbaru di Bareksa
Baca juga : Bareksa Insight: Isu Harga BBM Naik Bikin Panik? Pakai Strategi Investasi Ini
Masa penawaran Surat Berharga Negara (SBN) Ritel berbasis syariah tersebut tengah berlangsung, sejak 19 Agustus dan ditutup pada 14 September 2022. Menawarkan imbal hasil 5,9% per tahun, bertenor 3 tahun dan memiliki fitur bisa diperdagangkan (tradable) membuat SR017 sangat menarik jadi instrumen investasi di tengah gejolak pasar saat ini.
Dengan nilai minimal pembelian Rp1 juta (1 unit) dan maksimal Rp5 miliar (5.000 unit), SR017 merupakan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ritel yang diterbitkan tanpa warkat (scripless). Hanya investor individu Warga Negara Indonesia (WNI) yang bisa memasan SR017 .
Simak juga : Bareksa Insight : Imbal Hasil Tinggi, SBN Ritel seri SR017 Jadi Pilihan Investasi Menarik
Senada dengan pasar saham, pasar obligasi juga tengah mengalami koreksi karena ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dapat mendorong Bank Indonesia mulai menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini mengakibatkan pelemahan harga obligasi, serta reksadana pendapatan tetap.
Sentimen lain yang juga membayangi pasar modal Tanah Air ialah terkait kelanjutan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) pada September mendatang yang diproyeksikan masih akan agresif dan turut mendorong kenaikan imbal hasil (yield) obligasi acuan Negara Paman Sam.
Lihat juga : Bareksa Insight : Pelemahan Ekonomi China Bayangi Pasar, Ini Jurus Cuan Investasi Reksadana
Apa yang bisa dilakukan Investor?
Mempertimbangkan potensi gejolak pasar akibat rencana kenaikan harga BBM, proyeksi penaikan suku bunga acuan The Fed dan BI, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor menerapkan 3 strategi ini agar kinerja investasinya tetap aman dan cuan :
1. Selain berinvestasi di SR017, Smart Investor dengan profil risiko agresif saat ini disarankan untuk wait and see (menanti) terlebih dulu dan kembali mencermati reksadana berbasis saham untuk akumulasi investasi secara bertahap, jika IHSG kembali turun di bawah level 7.000.
2. Saat ini pelaku pasar juga tengah mencermati kasus cacar monyet pertama di Indonesia, apakah akan bisa terkendali atau tidak. Dengan kondisi ini, Smart Investor disarankan bisa mendiversifikasi investasi di reksadana yang fluktuasinya rendah seperti reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap basis obligasi korporasi.
3. Reksadana pendapatan tetap berbasis SBN bisa kembali dipertimbangkan oleh Smart Investor, jika yield acuan Obligasi Pemerintah Indonesia dapat melemah dan menyentuh level 7,3 - 7,5%.
Baca juga : Bareksa Insight : Neraca Dagang Bisa Kembali Surplus, Reksadana Ini Cuan hingga 32%
Beberapa produk reksadana berbasis saham yakni reksadana saham dan reksadana indeks, kemudian reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan oleh investor berprofil risiko agresif, moderat dan konservatif di antaranya :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 19 Agustus 2022)
Reksadana Indeks
Avrist IDX30 : 22,12%
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 21,54%
Reksadana Saham
Bahana Dana Prima : 24,88%
TRIM Syariah Saham : 15,10%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YtD per 19 Agustus 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund : 4,41%
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 5,51%
Imbal Hasil 3 Tahun (per 19 Agustus 2022)
Reksadana Pasar Uang
Capital Money Market Fund : 17,61%
Syailendra Sharia Money Market Fund : 15,88%
Lihat juga : Bareksa Insight : Beragam Sentimen Dongkrak Cuan Reksadana, Strategi Investasi Ini Bisa Diterapkan
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca juga : Bareksa Insight : IMF Nilai Indonesia Aman dari Resesi, Potensi Cuan Reksadana Ini
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
PT Bareksa Portal Investasi atau Bareksa.com adalah platform e-investasi terintegrasi pertama di Indonesia, yang ditunjuk menjadi mitra distribusi (midis) resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel atau SBN Ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.
Bareksa telah mendapatkan penghargaan sebagai midis SBN terbaik selama tiga tahun berturut-turut dari Kementerian Keuangan RI. Penghargaan terbaru yang diterima adalah penghargaan sebagai Midis SUN dengan Kinerja Terbaik 2020 dan Midis SBSN dengan Kinerja Terbaik Kategori Fintech 2021.
Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di SBN Ritel? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional). Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN Ritel di Bareksa.
Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, registrasi ulang akun di Bareksa untuk memesan SBN Ritel seri berikutnya.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.365,39 | 0,78% | 3,86% | 6,20% | 7,90% | 18,56% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.830,22 | 1,10% | 3,97% | 5,83% | 7,51% | 17,35% | 41,91% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.069,4 | 0,78% | 3,81% | 6,07% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.244,77 | 0,70% | 3,52% | 5,34% | 6,93% | 19,53% | 35,46% |
Reksa Dana Syariah Syailendra Tunai Likuid Syariah | 1.157,86 | 0,31% | 2,47% | 3,84% | 5,00% | 14,18% | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.