BeritaArrow iconBareksa NavigatorArrow iconArtikel

Bareksa Insight : Kenaikan Agresif Bunga Acuan AS Berpotensi Belum Mereda, Terapkan 2 Jurus Cuan Ini

Abdul Malik04 November 2022
Tags:
Bareksa Insight : Kenaikan Agresif Bunga Acuan AS Berpotensi Belum Mereda, Terapkan 2 Jurus Cuan Ini
Ilustrasi kenaikan agresif suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Rate) berpotensi belum akan mereda, sehingga berdampak pada kinerja pasar modal, termasuk IHSG, SBN dan reksadana. (Shutterstock)

Sebelumnya pasar berekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS pada Desember 2022 akan lebih rendah, atau mereda

Bareksa.com - Para pelaku pasar akan akan kembali memusatkan perhatian pada beberapa rilis data ekonomi penting pada hari ini, seperti jumlah tenaga kerja non pertanian dan tingkat pengangguran di Amerika Serikat, yang diekspektasikan masih berada di level cukup baik.

Menurut Tim Analis Bareksa, apabila rilis data tersebut jauh lebih baik dari perkiraan pelaku pasar, maka potensi Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan lebih rendah pada Desember mendatang, terancam batal. Artinya The Fed berpeluang masih tetap akan agresif menaikkan suku bunga acuan.

Dua data ekonomi tersebut sangat diperhatikan oleh The Fed dan investor global untuk mengantisipasi gejolak pasar keuangan yang lebih tinggi. Sebelumnya setelah kenaikan 0,75% jadi 3,75 - 4% pada rapat The Fed (2/11/2022), pasar berekspektasi kenaikan suku bunga acuan pada Desember mendatang akan lebih rendah, atau mereda.

Promo Terbaru di Bareksa

Baca juga : Bareksa Insight : Suku Bunga AS Kembali Naik 0,75%, Ini Imbasnya ke IHSG, SBN dan Reksadana

Dari dalam negeri, pemerintah mewacanakan untuk menaikkan cukai rokok 10% mulai 2023, serta meningkatkan cukai rokok elektrik dan hasil tembakau lainnya secara bertahap hingga 5 tahun ke depan. Kenaikan cukai rokok ini bisa meningkatkan pendapatan negara bukan pajak dan berpotensi mengurangi konsumsi masyarakat untuk belanja rokok.

Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Kamis (3/11/2022) naik 0,27% jadi 7.034. Berdasarkan data investing.com, yield (imbal hasil) acuan Obligasi Pemerintah Indonesia 10 tahun berada di level 7,524% (3/11/2022).

Simak juga : Bareksa Insight : Inflasi RI Melandai Tanda Ekonomi Baik, Cuan Reksadana Ini Ciamik

Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?

Di tengah sentimen kenaikan suku bunga AS yang berpotensi belum akan mereda, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor menerapkan 2 jurus ini agar cuan investasinya tetap maksimal :

1. Smart Investor disarankan untuk mencermati reksadana indeks dan reksadana saham berbasis kapitalisasi besar (big caps) dan yang memiliki portofolio investasi besar di sektor keuangan, energi dan ritel. Hal ini mengingat momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berlanjut.

2. Tim Analis Bareksa menilai saat ini reksadana pendapatan tetap berbasis Obligasi Negara sudah menguat cukup signifikan. Sehingga Smart Investor disarankan kembali mengubah strategi investasinya untuk akumulasi di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, hingga yield acuan Obligasi Negara kembali menyentuh level 7,6-7,7%.

Lihat juga : Bareksa Insight : Ekonomi RI Bisa Tumbuh Positif di Tengah Potensi Resesi, Ini Jurus Cuan Investasi

Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat, konservatif dan agresif ialah sebagai berikut :

Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 3 November 2022)

Reksadana Pendapatan Tetap

Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 6,35%
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund : 5,55%

Reksadana Indeks

BNP Paribas IDX Growth30 : 11,51%
Avrist LQ45 : 9,38%

Imbal Hasil 1 Tahun (per 3 November 2022)

Reksadana Pasar Uang

Kisi Money Market Fund : 3,96%
Syailendra Sharia Money Market Fund : 3,98%

Baca juga : Bareksa Insight : Ekonomi AS di Kuartal III Membaik, Ini Dampak ke IHSG, SBN dan Reksadana

Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana

Investasi Sekarang

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua