Bareksa Insight : Investor Menanti Rilis Data Inflasi, Terapkan Jurus Cuan Investasi Ini
Pelaku pasar menanti rilis inflasi RI pada Oktober 2022 dan suku bunga acuan AS pekan depan
Pelaku pasar menanti rilis inflasi RI pada Oktober 2022 dan suku bunga acuan AS pekan depan
Bareksa.com - Sentimen pasar saham dari dalam dan luar negeri hingga akhir pekan ini, cukup minim. Pelaku pasar akan mencermati rilis data inflasi Indonesia bulan Oktober 2022, serta keputusan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) pekan depan.
Menurut Tim Analis Bareksa, beberapa rilis data tersebut akan turut menentukan arah pergerakan reksadana saham maupun reksadana pendapatan tetap hingga akhir tahun. The Fed diproyeksikan kembali menaikkan suku bunga acuan AS (Fed Rate) 0,75% untuk November 2022, dari level saat ini 3-3,25%. Pada rapat September, The Fed juga telah menaikkan bunga acuan 0,75%.
Baca juga : Bareksa Insight : Ekonomi AS Kuartal III Ada Tanda Kontraksi , Reksadana Ini Bisa Dicermati
Promo Terbaru di Bareksa
Pasar obligasi Indonesia terlihat mulai menyesuaikan (priced in) dengan proyeksi kenaikan Fed Rate tersebut dengan kenaikan yield (imbal hasil) saat ini yang mencapai 7,65%. Di sisi lain, yield acuan Obligasi Pemerintah AS kembali melandai dari kisaran 4,3% ke 4,1% saat ini, karena pelaku pasar melihat kenaikan suku bunga AS mulai terlihat dampaknya ke perlambatan ekonomi.
Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (25/10/2022) turun 0,07% ke level 7.048,38. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 25/10/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat naik ke level 7,7%.
Simak juga : Bareksa Insight : Rilis Kinerja Emiten Kuartal III Bakal Dongkrak Cuan Reksadana Ini
Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?
Mempertimbangkan sentimen pasar yang masih menanti rilis data inflasi RI dan suku bunga acuan AS, Tim Analis Bareksa menyarankan agar Smart Investor mempertimbangkan 2 strategi investasi berikut ini, agar kinerja investasinya tetap maksimal :
1. IHSG pada perdagangan kemarin, mengalami penurunan wajar karena aksi ambil untung investor dan diproyeksikan aksi ini masih akan berlanjut. Smart Investor dapat melakukan akumulasi investasi secara bertahap di reksadana saham dan reksadana indeks, jika IHSG dapat turun ke kisaran level 6.800. Melihat fluktuasi pasar cukup tinggi, Smart Investor dapat menerapkan tujuan investasi jangka pendek dengan target keuntungan hingga 5%.
2. Melebarnya selisih yield acuan Obligasi Pemerintah RI dan AS akan membuat pasar obligasi nasional semakin atraktif. Smart Investor bisa mulai melakukan akumulasi investasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap berbasis Surat Berharga Negara (SBN), hingga yield acuan Obligasi Pemerintah RI dapat menyentuh kisaran level 7,7 - 7,8%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Pasar Sambut Positif Bunga Acuan BI Naik, Cuan Reksadana Ini Ciamik
Beberapa produk reksadana saham, reksadana indeks, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko agresif, moderat dan konservatif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 25 Oktober 2022)
Reksadana Pasar Uang
Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A : 16,93%
Majoris Pasar Uang Syariah Indonesia : 12,67%
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 15,77%
Ganesha Abadi Kelas G : 12,87%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 25 Oktober 2022)
Reksadana Indeks
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 10,69%
Avrist IDX30 : 8,55%
Reksadana Saham
Batavia Dana Saham : 6,28%
Schroder Dana Prestasi Plus : 13,60%
Baca juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca juga : Bareksa Insight : Indeks Keyakinan Konsumen Turun, Emas dan Reksadana Ini Prospektif
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.365,32 | 0,89% | 3,92% | 6,19% | 7,83% | 18,57% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.068,64 | 0,76% | 3,75% | 5,99% | - | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.828,96 | 1,07% | 3,92% | 5,76% | 7,48% | 17,32% | 41,81% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.242,76 | 0,65% | 3,45% | 5,24% | 6,88% | 19,52% | 35,46% |
Syailendra Sharia Fixed Income Fund limited | 1.030,47 | 0,43% | 2,51% | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.