SSIA Jadi Rebutan Djarum & Prajogo, Lahan Diborong BYD, Ini Rekomendasi Sahamnya
Saham SSIA direkomendasikan strong buy dengan potensi naik 38%

Saham SSIA direkomendasikan strong buy dengan potensi naik 38%
Bareksa.com - PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) semakin mendapat perhatian setelah BYD, raksasa otomotif asal Tiongkok, resmi memulai pembangunan pabrik kendaraan listrik di kawasan Subang Smartpolitan, Jawa Barat. Saham SSIA juga jadi incaran Grup Djarum dan Konglomerat Prajogo Pangestu. Bagaimana rekomendasi sahamnya?
Dalam kunjungan lapangan bersama manajemen pada 19 Agustus lalu, Erlin Budiman, VP of Investor Relations & Sustainability SSIA mengungkapkan pembangunan pabrik BYD fase 1 seluas 108 hektare sudah mencapai 55–65% dan ditargetkan beroperasi pada 2026 dengan kapasitas produksi bertahap hingga 150 ribu unit kendaraan listrik per tahun. BYD berencana menambah lahan untuk pembangunan pabrik di fase II dan III pada akhir 2025 dan awal 2026.
Jika terealisasi, ini akan menjadi kontribusi signifikan, mengingat penjualan pemasaran SSIA sepanjang 2024 hanya Rp2 triliun. Dengan asumsi kenaikan harga jual 20% dibanding transaksi sebelumnya, maka margin laba kotor SSIA diproyeksikan meningkat ke kisaran 40–45% dari 35% di 2024.
Promo Terbaru di Bareksa
Infrastruktur Patimban Jadi Penopang
Keunggulan Subang Smartpolitan juga terletak pada kedekatannya dengan Pelabuhan Patimban, yang hanya berjarak 1 kilometer dari akses tol sementara di KM 88. Jalan tol permanen KM 89 ditargetkan beroperasi awal 2027, sehingga memperkuat posisi Patimban sebagai hub ekspor.
Pelabuhan ini pun tengah dalam ekspansi besar, dengan kapasitas terminal kendaraan yang akan meningkat dari 400 ribu unit menjadi 800 ribu unit per tahun pada 2026, sementara terminal peti kemas ditargetkan beroperasi penuh akhir 2026.
Dengan dukungan infrastruktur tersebut, SSIA memperkirakan Subang Smartpolitan bisa memberikan kontribusi cukup besar ke laba bersih perseroan.
Dari Karawang ke Subang: Pergeseran Fokus Bisnis
Erlin Budiman, VP of Investor Relations & Sustainability menyatakan kawasan industri Karawang yang dikelola SSIA kini mendekati titik jenuh. Dari total 1.400 hektare, hanya tersisa 22 hektare lahan yang dapat dipasarkan di fase 3. Karena itu, manajemen SSIA tidak lagi berencana memperluas Karawang, melainkan mengalihkan fokus ke proyek baru Subang Smartpolitan yang mencakup 2.717 hektare.
Hingga saat ini, sudah ada 9 tenant dari Tiongkok, Jepang, Hong Kong, dan Taiwan yang masuk ke Subang. BYD menjadi tenant terbesar dengan total alokasi saat ini mencapai 108 hektare, termasuk pabrik EV dan baterai. Subang diproyeksikan menjadi pabrik terbesar BYD di Asia Tenggara dengan orientasi ekspor.
Masuknya Investor Kakap Domestik
SSIA juga menjadi rebutan investor lokal besar. Grup Djarum melalui Dwimuria tercatat menguasai 10,24% saham SSIA atau setara 482 juta lembar per 20 Agustus 2025. Selain itu, Grup Djarum juga telah memiliki 36,5% kepemilikan di anak usaha SSIA, PT Suryacipta Swadaya. Di sisi lain, taipan Prajogo Pangestu melalui PDNI HPAM CAP Fund tercatat memiliki 6,05% saham SSIA, meski belum ada rencana penambahan kepemilikan lebih lanjut.
Manajemen SSIA menegaskan tetap terbuka pada kolaborasi dengan berbagai pihak, tidak terbatas pada Grup Djarum maupun Prajogo Pangestu. Dengan kombinasi kekuatan modal dari investor domestik, dukungan tenant global seperti BYD, serta strategi diversifikasi ke Subang dan Patimban, SSIA diprediksi memasuki fase pertumbuhan baru yang menjanjikan ditambah lagi saat ini pemerintah akan mengajukan KEK baru seperti KEK Subang yang nantinya akan membawa kawasan SSIA lebih fleksibel lagi untuk para investor global.
Prospek Keuangan dan Valuasi Saham
Pada 2025, SSIA menargetkan pertumbuhan pendapatan 4% secara tahunan (YOY) menjadi Rp6,5 triliun dengan laba bersih Rp304 miliar, naik 30% YOY. Target penjualan pemasaran mencapai 137 hektare, terdiri atas 120 hektare di Subang dan 17 hektare di Karawang. Di segmen konstruksi melalui anak usaha NRCA, kontrak baru ditargetkan tumbuh 1,2% menjadi Rp3,75 triliun, sementara pendapatan perhotelan diproyeksikan Rp601 miliar.
Dari sisi valuasi, nilai intrinsik (NAV) SSIA dinilai berada di kisaran Rp4.000 per saham, jauh di atas harga pasar saat ini. Dengan asumsi tanpa diskon besar, saham SSIA dianggap masih undervalued. Ke depan, recurring income SSIA diprediksi akan semakin meningkat seiring bertambahnya tenant, serta konektivitas Subang–Patimban yang memangkas biaya logistik hingga 50%.
Mengutip investing.com (12/9), saham SSIA direkomendasi strong buy dengan target konsensus rata-rata di harga Rp2.749 per saham untuk 12 bulan ke depan, dengan target tinggi Rp4.000. Target konsensus itu naik dari sebelumnya hanya ditargetkan Rp1.980. Dibanding harga saat ini Rp1.980 (11/9), maka saham SSIA punya potensi kenaikan sekitar 38% untuk harga rata-rata dan potensi naik 102% untuk target harga tinggi.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.200,15 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.180,3 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.150,95 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.033,2 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.