BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

MAMI : Begini Saran Buat Investor Hadapi Dampak Perang Rusia - Ukraina

Abdul Malik25 Februari 2022
Tags:
MAMI : Begini Saran Buat Investor Hadapi Dampak Perang Rusia - Ukraina
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan (kiri) bersama Director & Chief Invesment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (kanan) saat menyampaikan market update "Welcoming the Era of Lower Rate" di Kantor Manulife Aset, Jakarta (20/8/2019) (Bareksa/AM)

Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, investor disarankan untuk melakukan diversifikasi portofolio pada produk-produk reksadana yang dikelola secara aktif

Bareksa.com - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) atau Manulife AM Indonesia menyampaikan pandangannya mengenai dampak ketegangan antara Ukraina dan Rusia terhadap pasar finansial global dan Indonesia setelah pada Kamis, 24 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin menginstruksikan operasi militer di Ukraina Timur.

"Pasar langsung menunjukkan reaksi negatif. Indeks pasar keuangan di berbagai negara menunjukkan penurunan. Harga minyak dan emas mengalami kenaikan" kata Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist MAMI dalam keterangan tertulisnya kepada media, Kamis (24/2/2022).

Hal tersebut terjadi, kata Katarina, karena Rusia merupakan salah satu pengekspor energi, produk pertanian, dan logam terbesar di dunia. Peningkatan ketegangan diprediksi akan memicu kenaikan harga energi dan berbagai komoditas serta nilai tukar dolar AS, yang tentunya akan berdampak pada peningkatan inflasi.

Dia menyampaikan efek domino dari peningkatan inflasi di tengah tingginya angka inflasi global akhir-akhir ini yaitu memicu terjadinya kenaikan imbal hasil US Treasury, yang akan berdampak terhadap pasar finansial dunia.

Katarina menjelaskan, berdasarkan pengalaman sebelumnya, dampak perang terhadap perekonomian akan berbeda-beda. Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dampak perang terhadap pasar yaitu negara yang terlibat dalam peperangan, skala dan periode perang, serta kondisi perekonomian negara-negara yang terlibat dan kawasan konflik.

Sebagai contoh, perang dunia kedua (PD II) memiliki dampak yang jauh lebih besar dibandingkan perang di Siria pada 2017. Alasannya, PD II melibatkan banyak negara dan berlangsung dalam periode yang panjang.

"Dibandingkan perang dunia kedua, ketegangan antara Rusia dengan Ukraina lebih terbatas dari segi wilayah, sehingga dampaknya diprediksi akan relatif terbatas. Biasanya, dampak terhadap pasar finansial akan lebih singkat dibandingkan dampak terhadap perekonomian. Ketika Korea Utara melakukan invasi ke Korea Selatan selama tiga tahun, sejak 25 Juni 1950 hingga 27 Juli 1953, dalam 23 hari pasar finansial global turun sampai ke titik terendah, namun kemudian kembali pulih dalam 82 hari," papar Katarina.

Dampak ke Indonesia

Katarina menjelaskan dampak ketegangan Rusia dan Ukraina terhadap Asia dan Indonesia. Menurutnya kawasan Asia memiliki tingkat inflasi yang jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat. Sehingga, inflasi masih akan tetap berada di kisaran yang terkendali di tengah dampak kenaikan harga energi dan berbagai komoditas.

"Perekonomian dan pasar finansial Indonesia akan relatif lebih terinsulasi dari dampak konflik Rusia dan Ukraina. Inflasi Indonesia yang masih relatif rendah, di kisaran 2,18 persen, diperkirakan akan tetap terjaga di bawah 4 persen - yang merupakan rentang atas acuan Bank Indonesia," kata Katarina.

Selain itu, ia melanjutkan, sebagai negara produsen dan eksportir energi, komoditas, dan logam terkemuka di dunia, Indonesia juga diuntungkan dari kenaikan harga produk-produk tersebut.

"Fundamental perekonomian Indonesia yang kuat, antara lain ditunjukkan dengan surplus neraca transaksi berjalan, peningkatan cadangan devisa, nilai tukar rupiah yang stabil, dan perbaikan pertumbuhan ekonomi, membuat Indonesia lebih resilien menghadapi goncangan jangka pendek dari ketegangan geopolitik ini," jelas Katarina.

Kembali melihat sejarah, kata Katarina, bank sentral biasanya menahan diri dari menaikkan suku bunga secara berlebihan selama periode perang, dan lebih memilih untuk mengendalikan inflasi dengan gabungan cara-cara lain. The Fed akan tetap data-dependent dalam mengambil keputusan.

Saran Buat Investor

Ia menyampaikan di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, investor disarankan untuk melakukan diversifikasi portofolio pada produk-produk reksadana yang dikelola secara aktif. Situasi masih sangat cair dan risiko geopolitik dapat mendominasi sentimen pasar dalam jangka pendek.

"Portofolio yang terdiversifikasi dan dikelola secara aktif dapat menjadi pilihan untuk melindungi investasi dari inflasi serta volatilitas yang tinggi yang dipicu ketegangan geopolitik dalam jangka pendek," kata Katarina.

(Martina Priyanti/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.



Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,64

Up0,50%
Up3,42%
Up0,02%
Up5,99%
Up19,09%
-

Capital Fixed Income Fund

1.763,87

Up0,58%
Up3,42%
Up0,02%
Up7,07%
Up17,62%
Up42,97%

STAR Stable Income Fund

1.914,88

Up0,52%
Up2,88%
Up0,02%
Up6,21%
Up31,34%
Up59,99%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.761,74

Up0,15%
Up3,37%
Up0,01%
Up4,97%
Up19,53%
Up48,31%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.039,31

Up0,28%
Up2,12%
Up0,02%
Up3,09%
Down- 1,36%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua