BeritaArrow iconBelajar InvestasiArrow iconArtikel

Varian Baru Covid-19 Muncul, Bagaimana Prospek Saham, Reksadana dan Emas?

Abdul Malik01 Desember 2021
Tags:
Varian Baru Covid-19 Muncul, Bagaimana Prospek Saham, Reksadana dan Emas?
Ilustrasi munculnya varian baru Covid-19 Omicron yang berdampak pada pasar keuangan, termasuk pasar saham, reksadana dan SBN, hingga emas. (Shutterstock)

Di tengah gejolak pasar akibat munculnya varian baru Covid-19 Omicron, investor bisa melakukan beberapa hal

Bareksa.com - Akhir pekan lalu, bursa saham global turun signifikan karena investor dikejutkan dengan kehadiran varian baru Covid-19 yang disebut Omicron dari Afrika Selatan. Kabarnya, tingkat penularan varian ini lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya. Menanggapi hal tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan rapat emergensi.

Hasil sementara, WHO mengatakan belum ada bukti jika varian baru ini lebih menular. WHO juga menekankan bertambahnya pasien positif Covid-19 tidak berarti tingkat penularan atau tingkat keparahan meningkat. Saat ini, WHO tengah berupaya melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Omicron.

Bagaimana reaksi pasar?

Jumat lalu (26/11) pasar saham (Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG) anjlok lebih dari 2 persen akibat aksi jual investor merespons munculnya varian baru Covid-19 tersebut. Hal ini turut menekan kinerja mayoritas reksadana berbasis saham.

Promo Terbaru di Bareksa

Sedikit lebih baik, pasar obligasi lebih stabil atau relatif stagnan. Sebab biasanya ketika ketidakpastian ekonomi muncul, maka investor akan cenderung mencari instrumen investasi yang lebih aman (safe haven) seperti Surat Berharga Negara (SBN) karena dijamin oleh pemerintah.

Menurut analisis Bareksa, jika melihat pergerakan Bursa Saham Asia dan IHSG pada Senin (29/11), pasar saham terlihat lebih percaya diri setelah beberapa negara kembali menerapkan protokol kesehatan lebih ketat untuk mengantisipasi penyebaran Omicron.

Dari dalam negeri, pemerintah juga telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) mengenai pengendalian terhadap perjalanan internasional yang berlaku efektif mulai Senin (29/11).

Artinya, investor menyambut positif tindakan pencegahan yang dilakukan pemerintah. Terlihat dari kenaikan IHSG (29/11) mencapai 0,71 persen ke level 6.608, atau kembali di atas level psikologis 6.600.

Meski begitu, pada penutupan hari ini, Selasa (30/11), indeks saham Tanah Air melemah 1,13 persen ke level 6.533, salah satunya akibat aksi jual investor asing yang mencapai Rp782 miliar di pasar reguler.

Baca juga : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO

Apa yang bisa dilakukan investor?

Menurut pandangan Bareksa, di tengah gejolak pasar akibat munculnya varian baru Covid-19 Omicron, investor bisa melakukan beberapa hal berikut :

- Fluktuasi di pasar saham diproyeksikan masih akan cukup tinggi pada pekan ini. Sehingga, investor dengan profil risiko agresif dapat kembali melakukan akumulasi di reksadana saham, jika IHSG sudah lebih stabil.

- Diversifikasi di reksadana pendapatan tetap maupun reksadana pasar uang masih dapat dipertimbangkan di tengah fluktuasi tinggi IHSG.

- Selain reksadana, investor juga dapat pertimbangkan untuk berinvestasi emas. Sebab ketika risiko pasar keuangan meningkat, emas diincar investor karena dianggap stabil dan termasuk safe haven.

Baca juga : Investasi Reksadana di Bareksa dapat OVO Poin dan Voucher GrabFood

Prospek Investasi Emas

Isu yang meningkatkan ketidakpastian ekonomi global di antaranya rencana pengetatan ekonomi di Amerika Serikat dan varian baru Covid-19 diproyeksikan akan mendorong minat investor untuk mencari alternatif investasi yang nilainya dianggap lebih stabil seperti emas.

Sejak akhir pekan lalu, seiring munculnya isu mengenai Omicron, harga emas dunia cenderung naik dan saat ini diperdagangkan di US$1.795 per troy ons.

Selain itu, jika dibandingkan level tertingginya tahun ini yang sempat mencapai US$1.949 per troy ons, tentu harga emas saat ini masih menarik.

Sejalan dengan pergerakan harga emas dunia, harga beli emas Antam saat ini, seperti ditunjukkan pada grafik berikut juga terlihat menarik dalam 1 tahun terakhir. Sebab harga emas saat ini di level cukup rendah untuk mulai investasi.

Baca juga : #ThREEforGood: Beli Reksadana Bareksa Pakai OVO, Ikut Donasi Yatim Piatu

Grafik Harga Emas Antam 1 Tahun (29 Nov 2020 – 29 Nov 2021)

Illustration

Sumber: Logammulia.com

Dalam 5 tahun terakhir, harga emas juga cenderung mengalami tren kenaikan. Tercatat pada 28 November 2016, harga beli emas Antam masih di kisaran Rp609.667 per gram.

Sementara per 29 November 2021 harganya sudah mencapai Rp930.000 per gram, atau naik sekitar 52,5 persen dalam 5 tahun. Artinya, instrumen emas cocok untuk investasi dengan tujuan jangka panjang.

Lihat juga : Ini Kata Boy William Soal Kolaborasi ThREEforGood Grab Bareksa OVO

Inflasi tinggi saatnya investasi emas

Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa negara maju mencatatkan kenaikan inflasi yang tinggi di tengah output produksi dan supply yang melemah. Hal tersebut dikhawatirkan membuat pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan, apabila inflasi terjadi dalam jangka panjang.

Daya beli masyarakat yang bertambah akibat pemulihan ekonomi, serta adanya stimulus dari pemerintah untuk mendongkrak perekonomian juga menjadi pemicu tingginya kenaikan inflasi beberapa negara maju seperti AS, Inggris, Singapura dan China.

Kenaikan harga komoditas energi juga memicu kenaikan inflasi yang signifikan di tengah perbaikan ekonomi dan tingkat pengangguran yang kembali menurun.

Harga komoditas energi sangat berkaitan erat dengan harga pangan yang membuat kebutuhan sehari-hari meningkat. Likuiditas aset keuangan di pasar global juga saat ini menunjukan rekor tertingginya selama beberapa bulan terakhir.

Menurut analisis Bareksa, dengan adanya tingginya likuiditas tersebut akan terus mendorong permintaan yang tidak diiringi oleh perbaikan rantai pasokan global yang membaik.

Bareksa melihat di saat transisi inflasi yang tinggi menuju inflasi normal, pada umumnya investasi emas merupakan pilihan tepat sebagai aset safe heaven melawan inflasi untuk melindungi nilai investasi.

Piramida Investasi

Illustration

Sumber : thepassiveinvestor.com

Bank sentral di beberapa negara di dunia juga tercatat mengalami penurunan pembelian emas pada kuartal ketiga pada tahun ini dengan mencatatkan pembelian sebesar 69 ton dibandingkan dengan kuartal kedua yang mencapai 191 ton di tengah melonjaknya varian delta di seluruh dunia.

Pembelian tertinggi dilakukan Bank Sentral India pada kuartal III 2021 dengan membeli 41 ton dan membuat penambahan terbesar selama 12 tahun terakhir di India.

Beberapa bank sentral negara lain melakukan penjualan hingga akhir kuartal III mencapai 27 ton seperti Turki yang menjual 13 ton dan Qatar yang menjual 3 ton.

Illustration

(*)

Penulis : Sigma Kinasih
Kontributor : Ariyanto Dipo Sucahyo
Editor : Abdul Malik

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua