Rebalancing Indeks Saham Agustus 2025: Saatnya Big Caps Bangkit?
Saham AADI dan SCMA masuk LQ45, sementara saham ITMG dan JPFA masuk IDX30, peluang juga untuk reksadana indeks saham

Saham AADI dan SCMA masuk LQ45, sementara saham ITMG dan JPFA masuk IDX30, peluang juga untuk reksadana indeks saham
Bareksa.com - Mulai 1 Agustus 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memberlakukan komposisi terbaru untuk beberapa indeks utama, termasuk LQ45, IDX30, IDX80, dan Kompas100. Dalam rebalancing ini, terdapat perubahan menarik terutama pada dua indeks unggulan yang banyak dijadikan acuan oleh investor dan pengelola reksa dana indeks, yaitu LQ45 dan IDX30.
Perubahan Komposisi Indeks LQ45 dan IDX30
Indeks Saham | Masuk | Keluar |
|---|---|---|
LQ45 | AADI SCMA | ESSA SIDO |
IDX30 | ITMG JPFA | BBTN MAPI |
Sumber: IDX, Tim Analis Bareksa
Untuk indeks LQ45, saham yang baru masuk adalah PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Sementara itu, saham yang keluar dari indeks adalah PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).
Promo Terbaru di Bareksa
Kemudian di IDX30, pendatang baru adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Di saat yang sama, saham yang keluar adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).
Perubahan ini mencerminkan penyesuaian BEI terhadap likuiditas dan kapitalisasi pasar saham-saham tersebut. Kinerja dan popularitas saham seperti AADI, ITMG dan SCMA yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir tampaknya menjadi alasan utama masuknya mereka ke indeks.
Apa Artinya Bagi Investor?
Sepanjang tahun berjalan, IHSG justru menunjukkan kinerja yang lebih unggul dibandingkan indeks yang berisikan saham big caps seperti LQ45 dan IDX30. Hal ini agak kontras dengan tren historis, di mana indeks big caps biasanya menjadi pendorong utama pergerakan IHSG.
Grafik: Pergerakan IHSG, IDXFinance, IDX30 & LQ45 3 Bulan Terakhir
Sumber: Investing.com, diolah Tim Analis Bareksa, data per 28 Juli 2025
Faktor utama pendorong kinerja IHSG tahun ini berasal dari saham-saham konglomerasi di luar sektor perbankan, seperti:
BREN (Barito Renewables – Grup Prajogo Pangestu)
DSSA (Dian Swastatika - Grup Sinarmas)
DCII (Data Center Indonesia – Milik Toto Sugiri)
Sementara itu, saham-saham perbankan besar seperti BBRI, BBCA, dan BMRI justru tertinggal (lagging). Padahal, saham-saham ini mendominasi bobot di indeks LQ45 dan IDX30. Artinya, ketika saham-saham konglomerasi melonjak, indeks big caps relatif tertinggal.
Namun demikian, Tim Analis Bareksa melihat potensi perubahan tren setelah rebalancing ini. Saham-saham yang baru masuk indeks biasanya mendapat aliran dana baru dari manajer investasi yang mengelola reksa dana indeks dan ETF. Ini bisa memberi katalis jangka pendek yang menarik.
Baca juga Saham Konglo Kerek IHSG Rekor, Big Caps Menyusul? Reksadana Ini Prospektif Cuan
Potensi Dampak Rebalancing terhadap Saham
Secara langsung, perubahan konstituen dan bobot dalam indeks acuan bisa berpengaruh terhadap pengambilan strategi atau langkah pengelola dana dan investor asing yang menggunakan indeks tersebut sebagai referensi.
Hal ini bisa memicu peningkatan permintaan terhadap saham-saham yang baru masuk seperti SCMA dan ITMG, AADI, JPFA dalam waktu dekat.
Minat terhadap saham-saham tersebut terlihat dari kenaikan harga saham pada Senin (28/07), dengan kenaikan SCMA (12,84%), ITMG (1,52%), AADI (2,9%), dan JPFA (3,41%).
Tabel Valuasi & Target Harga Saham
Kode Saham | PBV | Target Harga (Rp) |
|---|---|---|
AADI | 1,0X | 8.250 |
ITMG | 0,8X | 23.500 |
JPFA | 1,2X | 2.070 |
SCMA | 1,9X | 200 |
Sumber: Konsensus analis, data per 28 Juli 2025
Dampak Rebalancing terhadap Reksa Dana
Bagi investor reksa dana, rebalancing indeks ini punya implikasi langsung, terutama untuk produk yang mengacu pada indeks LQ45 dan IDX30. Beberapa potensi dampaknya:
- Kinerja reksa dana indeks berpotensi membaik jika saham-saham perbankan dan big caps mulai mengejar ketertinggalan.
- Saat ini, valuasi saham-saham seperti BBRI dan BBCA relatif lebih murah dibanding tahun-tahun sebelumnya, memberi ruang untuk rebound.
- Reksa dana indeks akan melakukan penyesuaian portofolio (realokasi) mengikuti komposisi baru. Karena itu, reksa dana berbasis indeks dengan bobot besar di saham perbankan bisa menjadi peluang.
Dalam sebulan terakhir (per 28 Juli 2025), sejumlah reksadana indeks sudah mulai menunjukkan pemulihan:
Principal Index IDX30 (+4,47%)
Avrist IDX30 (+4,54%)
*data kinerja per 28 Juli 2025
Saatnya Big Caps Menyusul IHSG?
Dengan masuknya saham-saham baru yang memiliki prospek cerah dan likuiditas tinggi, serta kemungkinan saham perbankan mulai bangkit, rebalancing Agustus 2025 ini bisa menjadi titik balik untuk indeks-indeks big caps seperti LQ45 dan IDX30.
Selain perubahan konstituen, terdapat kenaikan dan penurunan bobot sejumlah saham-saham big cap. Salah satunya adalah saham BBCA dan BBRI mencatatkan bobot maksimal 15 persen dalam indeks IDX30 dan LQ45, dari sebelumnya 13-14 persen.
Strategi Investor
Bagi investor, ini bisa menjadi momen yang tepat untuk melirik kembali reksa dana indeks berbasis LQ45 atau IDX30. Di samping itu, investor agresif dapat memanfaatkan potensi technical rebound di saham-saham perbankan besar yang saat ini masih undervalued. Reksadana Indeks dengan bobot besar di perbankan sebagai berikut:
STAR Infobank 15 Kelas Utama (Barometer 3,0)
Maybank Financial Infobank15 Index Fund Kelas N (Barometer 2,5)
Rebalancing ini juga bisa digunakan untuk mengikuti aliran dana institusi yang cenderung masuk ke saham-saham yang baru bergabung ke indeks.
Sebagai strategi, investor juga dapat menggabungkan pendekatan pasif (dengan reksa dana indeks) dan aktif (dengan memilih sektor yang outperform seperti energi atau teknologi data) untuk mengoptimalkan portofolio di tengah dinamika pasar.
(Sigma Kinasih CTA, CFP/Christian Halim/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.199,47 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.180,11 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.150,79 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.033,05 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.