Saham Konglo Kerek IHSG Rekor, Big Caps Menyusul? Reksadana Ini Prospektif Cuan
Top 5 saham konglomerasi penopang IHSG di antaranya DCII, BREN, BRPT, DSSA & CDIA

Top 5 saham konglomerasi penopang IHSG di antaranya DCII, BREN, BRPT, DSSA & CDIA
Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat 1,7% ke level 7.469 pada Rabu (23/7), yang merupakan rekor penutupan tertinggi sejak awal 2025, pasca terkoreksi 0,72% pada Selasa (22/7). Tren hijau IHSG berlanjut pada Kamis (45/7) dengan mencatat kenaikan 0,83% jadi 7.530,9 yang merupakan tertinggi tahun ini.
Menurut riset Syailendra Capital (23/7), IHSG sempat reli naik 11 hari beruntun sejak 7 Juli hingga 21 Juli, dengan total kenaikan 8,3%. Lonjakan indeks saham Tanah Air, utamanya dikerek lonjakan saham-saham perusahaan konglomerat.
Daftar Top 5 Saham Konglomerasi Penopang Kenaikan IHSG (7-21 Juli):
- PT DCI Indonesia Tbk (DCII): +91,9%
- PT Barito Renewables Energy PT (BREN): +38,6%
- PT Barito Pacific Tbk (BRPT): +54,2%
- PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA): +17,1%
- PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA): +539,5%
Promo Terbaru di Bareksa
Untuk diketahui, DCII merupakan saham emiten milik konglomerat Toto Sugiri. Kemudian BREN, BRPT dan CDIA terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu. Serta DSSA merupakan bagian dari perusahaan konglomerat Grup Sinar Mas.
Nilai kapitalisasi pasar kelima saham tersebut setara dengan 17% market cap IHSG. Namun sebaliknya, beberapa saham bank besar (big banks) seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) malah masuk dalam daftar dalam Top 5 Laggards dengan porsi market cap setara 13% dari IHSG.
“Kondisi tersebut menunjukkan rotasi dalam investasi adalah hal yang tidak dapat dihindari. Komposisi Top 10 saham terbesar berdasarkan market cap juga berubah signifikan sejak 2021 - 2025,” tulis Syailendra Capital dalam risetnya.
Tabel: Top 10 Saham Market Cap Tertinggi
Sumber: riset Syailendra Capital
Poin penting:
- Porsi saham konglomerasi meningkat dari 2,4% (2021) menjadi 20,8% (per 22 Juli 2025)
- Porsi saham big caps dan BUMN (SOE) turun dari 30,4% (2021) menjadi 26,3% (per 22 Juli 2025).
Menurut Tim Analis Bareksa peralihan market cap tersebut turut mempengaruhi pergerakan IHSG, seperti berikut:
Grafik: Pergerakan IHSG, IDXFinance, SRI KEHATI & MSCI Indonesia
Sumber: Investing.com, diolah Tim Analis Bareksa
Terlihat sejak Juni 2025, kenaikan IHSG lebih tinggi dibandingkan indeks saham seperti Sri Kehati, sektor keuangan (IDX Finance), dan MSCI Indonesia yang mayoritas terdapat saham big banks. Artinya, terbukti kenaikan IHSG saat ini ditopang oleh saham konglomerasi, sementara saham big banks justru lagging.
Perlu diperhatikan, potensi kenaikan saham big banks sangat dipengaruhi oleh sentimen makro ekonomi dan kinerja fundamental perusahaan. Jika mencatat pertumbuhan kinerja di kuartal II 2025, maka bisa jadi sentimen positif dan bisa menarik inflow investor asing ke saham big banks, serta menopang kenaikan sahamnya.
Sementara kenaikan saham konglomerasi saat ini didominasi narasi pengembangan di sektor energi terbarukan (ESG) yang juga berpotensi besar di masa depan.
Dampaknya ke Kinerja Reksadana
Artinya, reksadana yang ingin memiliki performa terbaik harus bisa menyeimbangkan peluang di saham big banks maupun saham konglomerasi, tanpa mengabaikan kinerja fundamental perusahaan.
Saat ini, produk reksadana berbasis saham dari Syailendra Capital memiliki pilihan yang cocok. Salah satunya Syailendra Equity Opportunity Fund kelas A yang dalam sebulan terakhir mencetak kinerja 5,96%. Selain memiliki core alokasi di saham big banks (BBCA, BBRI, BMRI) dengan total porsi hingga hampir 30%, reksadana ini juga punya portofolio di saham high conviction konglomerasi, seperti CUAN dan PTRO yang masing-masing memiliki bobot 3,21% dan 3,52% per Juni 2025.
Dengan strategi itu, maka diharapkan reksadana tersebut bisa menangkap momentum kenaikan saham konglomerasi dalam jangka pendek dan mempersiapkan peluang kenaikan dari saham undervalued, yakni big banks.
Namun jika investor lebih suka berinvestasi hanya di saham undervalued dan sudah memiliki historis kinerja fundamental yang baik, maka bisa mempertimbangkan reksadana indeks Syailendra MSCI ID Value Index Fund (SMSCI). Sebab reksadana ini dikelola dengan strategi pasif, dan berfokus ke saham likuid yang undervalued dan dividend earner, serta mengacu ke indeks acuan MSCI Value yang bertujuan untuk menyamai kinerja indeks.
Beli Syailendra MSCI Indonesia Value Index di Sini
(Sigma Kinasih CTA, CFP/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat
informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak
dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun
paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.199,47 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.180,11 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.150,79 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.033,05 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.