BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Saham DOID Setahun Naik 900%, Bagaimana Kinerja Fundamentalnya?

Bareksa03 Februari 2017
Tags:
Saham DOID Setahun Naik 900%, Bagaimana Kinerja Fundamentalnya?
Ilustrasi pertambangan batu bara. (Peabody Energy, Inc/Wikimedia Commons)

Pada perdagangan hari ini, harga saham DOID naik kembali 12,5 persen menjadi Rp595

Bareksa.com – Saham emiten kontraktor pertambangan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) menunjukkan performa yang cemerlang selama setahun terakhir. Bahkan, kinerja saham ini bisa melampaui indeks saham pertambangan (mining index) seiring dengan sentimen bangkitnya harga komoditas batu bara yang menjadi penopang para kliennya.

Hingga penutupan perdagangan hari ini 2 Februari 2017, harga saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) kembali meroket 12,5 persen menjadi Rp595 dari penutupan sebelumnya Rp530. Peningkatan ini pun seiring dengan ramainya perdagangan saham DOID. Tercatat hari ini transaksi saham DOID mencapai Rp187,99 miliar dan sebanyak 326,77 juta lembar saham DOID telah berpindah tangan.

Selama setahun terakhir, saham DOID sudah meningkat 900 persen. Return ini jauh di atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya meningkat 16,12 persen. Bahkan peningkatan saham DOID melebihi indeks tambang yang naik 83,03 persen setahun.

Promo Terbaru di Bareksa

Kenaikan fantastis sepanjang 2016 membuat DOID pernah masuk kategori perdagangan tidak biasa alias unusual market activity (UMA) pada Februari 2016 dan selang sebulan kemudian pada 22 Maret 2016, saham ini dihentikan sementara perdagangannya selama satu hari.

Grafik: Perbandingan Kinerja DOID dengan IHSG dan Indeks Tambang

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Apakah kenaikan harga saham DOID ini didukung fundamentalnya? Berikut analisis Bareksa.

Kontraktor tambang ini membukukan penjualan sebesar Rp5,4 triliun sepanjang Januari-September 2017, atau turun 19 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berhasil membukukan Rp6,1 triliun. Menurut laporan keuangan, penurunan penjualan ini disebabkan perseroan memberikan diskon kepada pelanggan di tahun 2016, seiring industri batubara yang tertekan.

Peningkatan harga batu bara hingga akhir tahun, bahkan belum cukup bagi perseroan untuk melakukan negosiasi ulang dengan pelanggan dan renegosiasi hanya dapat jika harga batubara mencapai US$60 per ton. Harga batubara sendiri tercatat telah menembus US$92,74 per ton pada Desember 2016.

Meski pendapatan perseroan cenderung menurun, laba neto perseroan yang distribusikan ke pemilik induk meningkat menjadi Rp329 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu yang mengalami rugi bersih Rp70 miliar. Laba yang positif ini ternyata dikontribusikan dari laba selisih kurs yang mencapai Rp80 miliar.

Grafik: Perbandingan Pendapatan dan Laba DOID

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Sementara itu, dari sisi rasio utang terlihat Delta Makmur bisa mengelola dengan baik. Padahal sejak dulu, tingginya utang Delta Makmur telah menjadi perhatian para investor. Sejak masuknya Northstar dan perubahan haluan bisnis dari properti ke kontraktor tambang pada 2008-2009, perusahaan memiliki utang yang relatif cukup besar. Pada 2009, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) perseroan mencapai 31,79 kali.

Namun sejak 2013, rasio ini cenderung turun dan pada akhir kuartal III-2016 DER perseroan berada di level 6,33 kali. Manajemen Delta Makmur pernah menyatakan bahwa perusahaan akan berfokus mengurangi jumlah utang.

Grafik: Rasio Total Utang Terhadap Ekuitas (DER)

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Selain itu, peningkatan harga batu bara setahun terakhir telah memberikan sentimen positif bagi emiten ini. Terlebih lagi, produsen batu bara yang telah menjadi klien DOID pun berpotensi menambah kontrak mereka.

Yang terakhir, DOID melalui anak usahanya yaitu PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) telah menandatangani dua kontrak jasa penambangan dengan Adaro Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Angsaran Jaya Energy (AJE) dengan total nilai kontrak mencapai Rp6,5 triliun.

Kontrak dengan Adaro adalah kontrak perubahan dari kontrak pertambangan yang sudah ada untuk Paringin Pit di Tanjung Balong Kalimantan Selatan senilai Rp5,7 triliun.

Kontrak dengan Adaro Indonesia akan berakhir pada tahun 2022 untuk pengelupasan tanah 223 juta bcm. Sementara AJE adalah konsumen baru yang beroperasi di Tanah Bambu, Kalimantan Selatan dimana nilai kontrak jasa pertambangan dengan AJE senilai Rp862 miliar. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,56

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,42%
Up18,15%
-

Capital Fixed Income Fund

1.768,33

Up0,60%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,87%
Up17,27%
Up43,79%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.747,67

Down- 0,86%
Up3,27%
Up0,01%
Up3,89%
Up18,25%
Up46,68%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,85

Down- 0,43%
Up1,59%
Up0,01%
Up2,67%
Down- 2,39%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,13

Up0,54%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua