BeritaArrow iconSBNArrow iconArtikel

Investasi Obligasi Diprediksi Masih Menarik Tahun Depan

Abdul Malik10 Desember 2020
Tags:
Investasi Obligasi Diprediksi Masih Menarik Tahun Depan
Ilustrasi wanita sedang berpikir bingung mempertimbangkan investasi reksadana saham obligasi surat utang negara sambil memegang pensil di depan komputer laptop dan tablet gadget.

Dinilai obligasi merupakan satu-satunya instrumen investasi yang punya ketahanan baik di tengah pandemi Covid-19

Bareksa.com - Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto menilai prospek pasar obligasi masih menarik pada tahun depan. Sebab investor asing masih nyaman dengan pasar obligasi Indonesia. Saat ini porsi investor asing sekitar 38-40 persen di pasar obligasi.

"Meski sempat turun di bawah 30 persen saat awal pandemi, mereka sudah mulai balik lagi. Ini yang membuat pasar semakin menarik," katanya dilansir Kontan (9/12).

Menurut Ramdhan, pasar domestik juga cukup kuat terutama dari dana pensiun dan perbankan. Menurutnya likuiditas perbankan sangat longgar saat ini sehingga semakin banyak masuk ke obligasi Surat Utang Negara (SUN).

Promo Terbaru di Bareksa

Ramdhan menyatakan obligasi merupakan satu-satunya instrumen investasi yang punya ketahanan baik di tengah krisis yang terjadi akibat kepanikan global setelah mencuatnya pandemi Covid-19. Dia mengatakan yield obligasi SUN terus menguat di mana untuk tenor 10 tahun saat ini ada dikisaran 6,1-6,2 persen, setelah sempat melemah pada awal-awal pandemi.

Stimulus yang digelontor pemerintah dan regulator di sektor jasa keuangan dinilai mendorong yield SBN cepat pulih. Hal itu terutama disebabkan oleh kondisi likiidtas perbankan yang sangat baik sehingga banyak masuk ke SBN.

"Potensi turun tidak ada lagi. Pasar obligasi masih menarik tahun depan. Yield Indonesia masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya akan membuat asing masuk. Penurunan suku bunga BI dan bunga global juga akan membuat investor mencari instrumen dengan yield lebih tinggi seperti obligasi," papar Ramdhan.

Ia melanjutkan tantangan pasar obligasi adalah likuiditas di pasar, terutama pasar sekunder. Namun, Ramdhan menyakini pasar obligasi akan semakin likuid dengan semakin meningkatnya jumlah investor saat ini.

Pemangkasan Suku Bunga

Ivan Jaya, EVP Head of Wealth Management & Premier Banking Commonwealth Bank menilai prospek investasi obligasi pada tahun depan, secara umum akan lebih terbatas dibandingkan tahun 2020 ini. Alasannya, pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan pergerakan tingkat suku bunga. Sepanjang tahun ini, Bank Indonesia (BI) sudah lima kali memangkas bunga acuan dengan total pemotongan 1,25 persen. Sehingga tahun depan diperkirakan hanya akan ada pemangkasan satu sampai dua kali lagi sehingga potensi kenaikan harga obligasi itu akan lebih terbatas.

Meski begitu, dengan adanya berita positif dari perkembangan vaksin, kata Ivan, akan membuat investor lebih agresif berinvestasi ke instrumen yang memiliki risiko lebih tinggi.

"Dengan tren penurunan bunga, kami tmelihat tetap akan ada pergerakan dana dari deposito ke obligasi, atau bahkan ke saham untuk mencari return yang lebih tinggi," katanya.

Investor Ritel

Sementara itu bagi investor ritel yang ingin berinvestasi di obligasi, ia mengatakan pilihan untuk menjual investasinya di pasar sekunder atau memegang sampai jatuh tempo (hold to maturity) tergantung pada profil risiko investor. Ivan mengatakan jika masuk dalam tipe investor jangka pendek-menengah maka sebaiknya memiliki obligasi ritel yang memiliki fitur untuk diperjualbelikan di pasar sekunder. Dengan begitu, bisa mengambil kesempatan untuk cari capital gain dari pergerakan harga jangka pendek.

Kementerian Keuangan menyebutkan pada tahun ini, obligasi ritel dengan fitur dapat diperjualbelikan di pasar sekunder memiliki hasil penjualan yang lebih tinggi dibandingkan produk sejenis tanpa fitur ini. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan masyarakat masih condong ke obligasi ritel yang dapat diperjualbelikan di pasar sekunder.

​(Martina Priyanti/AM)

***

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Dengan berinvestasi di SBN Ritel kita tidak hanya mendapatkan imbal hasil namun juga membantu pembiayaan APBN untuk pembangunan negara. Tunggu penerbitan SBN Ritel berikutnya di Bareksa. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di SBN? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional).

Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN di Bareksa. Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di Bareksa untuk memesan ST007.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Empty Illustration

Produk Belum Tersedia

Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua