Pasar Obligasi Negara Menarik, Reksadana Pendapatan Tetap Patut Dilirik
Batavia Prosperindo AM mengambil strategi perdagangan taktikal pada seri bertenor menengah
Batavia Prosperindo AM mengambil strategi perdagangan taktikal pada seri bertenor menengah
Bareksa.com - Pasar obligasi negara Indonesia dinilai masih menarik ke depannya, seiring dengan berbagai sentimen global maupun domestik. Reksadana pendapatan tetap, yang berisikan obligasi juga bisa menjadi pertimbangan investor.
Head of Fixed Income PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Angky Hendra menjelaskan bahwa pada 2020, dinamika permintaan dan penawaran obligasi negara telah menjadi kunci utama penggerak yield curve. Sementara itu, kebijakan pemangkasan suku bunga dan suntikan likuiditas di pasar telah mendukung yield obligasi.
"Saat ini komposisi kepemilikan surat utang negara emerging market telah berubah, dengan bank sentral mengambil peran yang lebih tinggi, seperti terlihat di Indonesia dan Filipina," ujar Angky dalam paparan BPAM Macro Outlook secara virtual, 3 Desember 2020.
Promo Terbaru di Bareksa
Defisit anggaran Indonesia ditargetkan sebesar 5,70 persen produk domestik bruto (GDP) pada 2021, lebih rendah dibandingkan 6,34 persen pada 2020. Dengan defisit ini, pemerintah perlu menerbitkan surat berharga negara hingga Rp1.200 triliun tahun depan.
Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Bank Indonesia terkait dengan burden sharing, bank sentral bisa menyerap hingga 25 persen dari penerbitan di pasar perdana. BPAM memperkirakan permintaan dari BI bisa mencapai 25-40 persen dari pasokan bersih di 2021, sementara 10-15 persen dari investor asing dan 40-45 persen dari bank, retail dan aset manajemen.
"Padahal, secara historis, kepemilikan asing bisa mencapai Rp200 triliun seperti pada 2017 dan 2019," kata Angky.
Selain itu, meski bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuan hingga 125 persen tahun ini, real yield yang obligasi negara Indonesia masih terbilang tinggi bila dibandingkan dengan obligasi negara lain dengan rating setara. "Tentu ini menarik bagi global investor."
Kemudian dilihat dari sisi neraca perdagangan Indonesia saat ini masih surplus, karena impor yang turun lebih dalam dibandingkan dengan ekspor. Bila terjadi pemulihan ekonomi, impor akan mulai naik secara bertahap, sehingga tidak akan menekan cadangan devisa secara signifikan sehingga rupiah diperkirakan bisa stabil.
Bank sentral saat ini sudah menjaga likuiditas dan suku bunga dengan sangat baik. Akan tetapi, krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 telah membuat pertumbuhan kredit melambat dan banyak likuiditas (excess liquidity). Bila pertumbuhan kredit mulai tinggi, bisa menjadi indikator perbaikan kondisi ekonomi.
Angky menyebutkan, sejumlah sentimen yang mendorong pasar obligasi negara Indonesia adalah rupiah stabil, inflasi terjaga rendah dan real yield yang menarik. Sentimen-sentimen itu bisa mendukung penurunan yield obligasi di pasar.
BPAM mempertimbangkan pasar obligasi yang positif ke depannya, dan ekspentasi kurva yield yang lebih mendatar, sehingga mengambil strategi perdagangan taktikal pada seri bertenor menengah. "Kami mempertimbangkan preferensi investor asing yang lebih jangka panjang daripada BI yang sebelumnya mendominasi bond market."
Sebagai informasi, yield obligasi yang turun berpengaruh pada peningkatan harga obligasi. Kondisi ini juga mendukung reksadana dengan portofolio yang mayoritas berisikan obligasi, yaitu reksadana pendapatan tetap (fixed income fund).
Reksadana pendapatan tetap memiliki risiko yang moderat dan cocok untuk investasi jangka menengah dalam satu hingga tiga tahun. Investor dengan tipe moderat yang ingin imbal hasil lebih tinggi daripada bunga bank bisa memilih reksadana pendapatan tetap.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.368,28 | 0,86% | 4,08% | 6,43% | 7,84% | 18,84% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.086,49 | 0,90% | 4,61% | 6,31% | 6,76% | 3,36% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.831,16 | 1,04% | 4,02% | 5,89% | 7,46% | 17,42% | 41,90% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.070,1 | 0,76% | 3,88% | 6,14% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.246,28 | 0,68% | 3,59% | 5,41% | 6,88% | 19,54% | 35,46% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.