BeritaArrow iconSBNArrow iconArtikel

BNP Paribas AM: Minat Risiko Kembali, Pasar Obligasi Positif

Hanum Kusuma Dewi16 November 2020
Tags:
BNP Paribas AM: Minat Risiko Kembali, Pasar Obligasi Positif
Layar menampilkan pergerakan Indeks Obligasi Negara Indonesia yang mengikuti harga dan yield obligasi surat utang negara seri benchmark acuan di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/5/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Sepanjang Oktober 2020, dana asing masuk Rp21 triliun di pasar obligasi negara

Bareksa.com - Pasar obligasi Indonesia berhasil mencatatkan kinerja positif di bulan Oktober, seiring dengan kembalinya minat risiko ke pasar. Sentimen yang mendukung pasar obligasi datang dari luar negeri maupun dalam negeri.

BNP Paribas Asset Management dalam Monthly Bulletin Oktober 2020 yang dibagikan pada nasabah menyebutkan bahwa faktor pemilihan presiden Amerika Serikat, perkembangan vaksin Covid-19, UU Cipta Kerja atau Omnibus Law dan kondisi suku bunga blogal yang rendah memupuk keyakinan investor terhadap aset berisiko.

"Dari sisi data domestik, bulan Oktober mencatatkan inflasi pertama setelah deflasi selama tiga bulan terakhir, senilai 0,07 persen month of month atau 1,44 persen year on year. Peningkatan harga bahan pangan menjadi faktor utama kenaikan tingkat inflasi. Sementara itu, inflasi inti mengalami penurunan ke 1,74 persen year on year, dibandingkan 1,86 persen pada September, yang didirong oleh penurunan harga emas dan demand domestik," tulis BNP Paribas.

Neraca perdagangan mencatatkan surplus sebesar US$2,4 miliar yang dikarenakan pelemahan kontraksi sektor impor yang lebih besar (turun 18,9 persen YOY) daripada sektor ekspor yang turun 0,5 persen YOY. Selanjutnya laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih mencatatkan pelemahan 3,49 persen di kuartal ketiga secara YOY.

Walaupun ekonomi Indonesia dipastikan masuk ke zona resesi, angka PDB sudah menunjukkan perbaikan dibandingkan kontraksi 5,32 persen YOY yada kuartal kedua 2020, artinya ekonom iIndonesia sudah mulai pulih. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, dan juga untuk menjaga stabilitas nilai tukar dalam kondisi inflasi yang rendah, Bank Indonesia mempertahankan tingkat suku bunga acuan di 4 persen. BI juga terus menekankan pentingknya pendekatan kuantitatif untuk mendukung pemulihan ekonomi ke depan.

Dari sisi suplai, rencana penerbitan obligasi pemerintah berjalan sesuai jadwal, yaitu sejumlah Rp83,1 triliun diterbitkan melalui lelang obligasi konvensional dan sukuk. Per 27 Oktober, pemerintah telah mencapai 82,8 persen dari target tahun ini sedangkan pada tahun lalu di periode yang sama, pemerintah telah mencapai 92,8 persen dari target tahun 2019.

Untuk tahun ini, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hanya butuh menerbitkan 7,7 persen lagi dari target tahun ini melalui mekanisme market, mengingat masih ada skema burden sharing yang baru mencapai 63,52 persen dari target awalnya sebesar Rp397,56 triliun.

Menurut BNP Paribas AM, pasar sekunder menerima arus masuk yang stabil berkat data domestik yang baik dan pengesahan Omnibus Law yang disinyalir akan membuka peluang investasi di Indonesia. Bulan Oktober dibuka dengan sentimen menghindari risiko (risk off) yang singkat ketika President Trump mengkonfirmasi bahwa dirinya positif Covid-19.

Namun, sentimen berbalik arah saat investor menyambut pengesahan Omnibus Law dan finalisasi pembelian vaksin Covid-19 oleh pemerintah yang diperkirakan siap pada bulan November. "Pasar sekunder mengalami rally dengan kembalinya minat risiko. Walaupun tindakan profit taking tak terelakkan, kinerja pasar obligasi cukup kuat dan ditutup dengan peningkatan," tulis BNP Paribas AM.

Grafik Pergerakan Yield Obligasi Negara

Illustration
Sumber: Bloomberg, BNP Paribas

Di akhir bulan Oktober, kinerja pasar obligasi yang diindikasikan oleh indeks INDOBEXG ditutup di 295,43, mencerminkan kenaikan bulanan sebesar 1,77 persen. Kurva imbal hasil bergerak turun, dengan obligasi pemerintah bertenor 5, 10, 15, dan 20 tahun ditutup masing-masing di 5,46 persen (-22 bps), 6,58 persen (-34 bps), 7,15 persen (-27 bps), dan 7,24 persen (-18 bps).

Grafik Pergerakan Dana Asing di Pasar Obligasi

Illustration
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Bareksa

Pemulihan arus masuk dapat terlihat dari peningkatan posisi kepemilikan asing sebesar Rp21,8 triliun ke Rp 954,95 triliun per akhir Oktober 2020, setara dengan 26,31 persen dari total obligasi pemerintah berdenominasi Rupiah yang dapat diperdagangkan. Bahkan, menurut data Bursa Efek Indonesia yang diolah Bareksa, investor terus masuk ke pasar obligasi hingga nilai kepemilikan di surat berharga negara (SBN) mencapai Rp964,69 triliun per 11 November 2020, atau sudah masuk Rp10 triliun sejak akhir bulan lalu.

Pergerakan pasar obligasi yang positif ini tentu sangat berpengaruh bagi investor surat berharga negara (SBN) dan reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi. Meski ada volatilitas di pasar obligasi, penurunan bisa menjadi peluang membeli di harga murah dengan harapan ikut naik bila ekonomi dan pasar kembali tumbuh di masa depan.


***

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Pemerintah membuka masa penawaran Green Sukuk Ritel, Sukuk Tabungan seri ST007 pada 4-25 November 2020. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di SBN? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional).

Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN di Bareksa. Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di Bareksa untuk memesan ORI018.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.



Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua