Budi Hikmat : Tahun 2020 Momen Black Swan, Ini Strategi Agar Raih Cuan
Budi memprediksi yield SUN 10 tahun berpeluang turun hingga jadi 6,3 persen dan IHSG 6.600

Budi memprediksi yield SUN 10 tahun berpeluang turun hingga jadi 6,3 persen dan IHSG 6.600
Bareksa.com - Memasuki tahun 2020, profil makroekonomi dan prospek investasi di Indonesia diprediksi lebih stabil dan menarik dibandingkan tahun 2019. Optimisme ini diutarakan oleh Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat dalam acara Bahana Media Forum 2020 “The Black Swan Moment”, di Jakarta Kamis (30/1).
Menurut Budi, prospek investasi di Indonesia akan ditopang baik faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal terutama ditopang oleh kebijakan bank sentral di negara maju khususnya Bank Sentral Amerika Serikat/The Fed yang kembali melonggarkan kebijakan moneternya baik melalui penurunan suku bunga maupun penggelontoran likuiditas (quantitative easing/QE).
"Selain berpeluang menjaga suku bunga global tetap rendah, melalui aksi QE itu the Fed menambah pasokan dolar AS sehingga diharapkan membatasi tren penguatan dolar selama ini," ujar Budi.
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut Budi, ada banyak pihak yang menyakini dolar bakal kembali memasuki siklus melemah yang melatari kenaikan harga emas akhir-akhir ini. Selain itu harga minyak diharapkan relatif stabil dengan lebih banyak pasokan tidak hanya dari negara OPEC, namun dari produsen Shale-oil yang produksinya terus meningkat. Kondisi eksternal seperti ini pernah terjadi pada 2017 yang melandasi kenaikan harga saham dan obligasi pemerintah di negara berkembang termasuk Indonesia.
Sementara, secara internal, defisit neraca berjalan diharapkan terkendali berkat kenaikan harga komoditas dan menurunnya impor untuk keperluan proyek infrastruktur. Terkendalinya defisit neraca berjalan Indonesia merupakan faktor fundamental yang melandasi penguatan kurs rupiah.
"Dengan tren inflasi yang relatif terkendali, kestabilan rupiah tersebut memungkinkan Bank Indonesia melonggarkan likuiditas baik dengan menurunkan suku bunga dan rasio giro wajib minimum. Stimulus moneter ini diharapkan akan meningkatkan penyaluran kredit yang sangat penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Saham dan SUN Moncer
Dengan kebijakan quantitative easing oleh bank sentral negara maju, Budi menyatakan likuiditas modal asing akan terlebih dahulu mengalir ke surat utang negara (SUN) yang menawarkan imbal hasil menarik dibanding surat utang negara berkembang lain. Kenaikan harga SBN yang menurunkan imbal hasilnya, selanjutnya merupakan prasyarat optimisme berinvestasi di pasar saham yang juga ditopang oleh penguatan daya beli.
Menurut Budi, Bahana TCW mempopulerkan panduan ELVIS (earnings, liquidity, valuation, interest rate and sentiment) sebagai lima faktor utama penggerak pasar saham. Dia menilai susunan lima faktor tersebut yang relevan saat ini sebagai SILVE. Sentimen terhadap Indonesia sangat baik seperti tercermin pada penurunan risiko investasi. "Suku bunga (interest rate) berpeluang turun 50 basis points (bps) sepanjang tahun ini," katanya.
Selanjutnya, kata Budi, faktor positif likuiditas terlihat dengan mulai kembali masuk dana investor asing setelah keluar selama tiga tahun terakhir. Adapun faktor valuasi seperti price to earning ratio bursa Indonesia relatif murah dibanding bursa saham Amerika Serikat dan India. Sementara, faktor laba (earnings) perusahaan kendati menjadi faktor paling akhir, namun sudah menunjukkan perbaikan dengan taksiran konsensus sekitar 9 persen.
“Bahana TCW optimistis dengan prospek investasi baik untuk SUN dan saham. Model kami memprediksi yield SUN 10 tahun berpeluang turun hingga jadi 6,3 persen dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada pada level 6.600 pada akhir tahun ini.” ungkap Budi yang juga mengingatkan penyelesaian Omnibus Law berpeluang menyebabkan prospek investasi lebih cerah.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.203,01 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.182,67 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.153,01 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.044,45 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.