BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Akankah Euro Menjadi Safe Haven Baru?

Bareksa26 Agustus 2015
Tags:
Akankah Euro Menjadi Safe Haven Baru?
A one Euro coin is seen in this file photo illustration taken in Rome, Italy July 9, 2015. REUTERS/Tony Gentile

Analis menyebutkan bahwa peningkatan euro disebabkan batalnya Carry Trade

Bareksa.com - Hampir dua pekan terakhir pasar keuangan global dilanda kepanikan setelah China melakukan devaluasi mata uang. Hal tersebut menyeret bursa saham negara berkembang dan juga nilai tukar sejumlah mata uang dunia terdepresiasi.

Seiring dengan kejadian ini, aset yang dianggap sebagai safe haven --instrumen investasi yang dianggap paling aman di saat kondisi krisis-- mulai mengalami peningkatan harga. Contohnya saja emas, harga komoditas yang dianggap paling aman ini mengalami rally sejak dalam dua pekan terakhir menjadi $1.145 per troy oz pada 25 Agustus dari $1.085 per troy oz pada 5 Agustus.

Uniknya, Euro juga ikut mengalami penguatan saat mayoritas mata uang dunia terdepresiasi. Berdasarkan data Bloomberg, Euro meningkat 5,4 persen pada periode yang sama dengan peningkatan harga emas. Pertanyaannya, benarkah Euro sudah menjadi aset safe haven?

Promo Terbaru di Bareksa

Grafik: Nilai Tukar Euro Terhadap Dolar Amerika

Illustration
sumber: Bloomberg

Jane Foley analis forex senior dari Rabobank melihat aksi short (bertaruh bahwa mata uang akan melemah) pada euro sudah jauh berkurang akhir-akhir ini. "Euro sudah menunjukan kualitasnya sebagai safe haven," kata Foley seperti dikutip dari CNBC.

Permintaan aset safe haven meningkat pada hari Senin lalu seiring dengan ambrolnya bursa saham. Hal ini terjadi menyusul devaluasi mendadak yang dilakukan China dan munculnya kekhawatiran naiknya suku bunga Amerika. Sejak saat itu, harga emas beserta mata uang negara yang dianggap kuat mengalami peningkatan.

Grafik: Penguatan Harga Emas

Illustration
Sumber: Bareksa

Selain akibat dari naiknya permintaan aset safe haven, penguatan Euro ditengarai sebagai akibat dari pembatalan carry trade oleh sejumlah investor. Hal tersebut diungkap oleh Neil Mellor, senior forex strategist di Bank of New York.

Carry trade merupakan salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan dalam Investasi. Dengan cara ini, investor meminjam dana dari negara bersuku bunga rendah, kemudian menginvestasikan dana tersebut ke negara-negara berkembang yang memiliki suku bunga lebih tinggi.

Devaluasi yang memicu ambrolnya bursa negara berkembang membuat pelaku carry trade membatalkan aksinya. Dengan kata lain, membatalkan carry trade berarti membeli kembali euro sehingga nilainya kembali menguat.

"Karena Euro yang digunakan untuk mendanai carry trade di China, maka berbaliknya keadaan (pelemahan bursa saham China) membuat Euro terlihat kuat," ujar Neil seperti dikutip dari Bloomberg.

Hal lain diungkap oleh Petr Krpata analis mata uang ING Groep NV terkait dengan penyebab menguatnya Euro. Seperti dikutip dari Bloomberg, Ia menyebut bahwa penguatan Euro adalah imbas dari melemahnya dolar AS dalam beberapa hari terakhir.

"Penguatan Euro terhadap Dolar sebagian besar disebabkan oleh melemahnya dolar," ujarnya.

Data Bloomberg menunjukan bahwa dolar indeks mengalami penurunan hebat sejak devaluasi China. Pada 18 Agustus, dolar indeks masih bertengger di 97,04, kemudian 24 Agustus sudah turun 4 persen menjadi 93,33. Hal tersebut didorong oleh ekspektasi mundurnya The Fed untuk menaikan suku bunga setelah China melakukan devaluasi.

Grafik: Dolar Indeks

Illustration
sumber: Bloomberg

Sementara itu, Eropa sendiri masih membutuhkan mata uang yang kompetitif untuk menggenjot perekonomian. Sebab, menguatnya euro berpotensi menggerus ekspor dan memperlambat inflasi.

"ECB tidak akan berdiam diri dan mungkin akan membuat mata uangnya menjadi lebih lemah. Ini adalah instrumen utama untuk mengerek inflasi," ucap Thu Lan Nguyen, seorang analis dari Commerzbank AG dikutip dari Bloomberg.

Inflasi zona eropa pada Juli tercatat hanya 0,2 persen jauh dari target yang hampir menyentuh dua persen. Hal ini menunjukan bahwa ekonomi eropa masih berjalan lambat. Dengan keadaan ini, sejumlah analis memprediksi pertumbuhan ekonomi Eropa tahun ini hanya 1,4 persen, atau hanya setengah dari rata-rata pertumbuhan negara G-20.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Capital Fixed Income Fund

1.774,72

Up0,54%
Up3,36%
Up0,03%
Up6,73%
Up17,30%
Up44,83%

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.325,29

Up0,88%
Up4,09%
Up0,03%
Up5,78%
Up18,69%
-

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.753,58

Down- 0,32%
Up2,73%
Up0,01%
Up3,85%
Up18,24%
Up46,77%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.046,62

Up0,71%
Up2,82%
Up0,02%
Up3,06%
Down- 1,49%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.037,78

Up0,52%
Up3,63%
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua