BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Skenario Ekonomi Disiapkan, 10.000 Alat Tes Corona Segera Tiba

23 Maret 2020
Tags:
Berita Hari Ini : Skenario Ekonomi Disiapkan, 10.000 Alat Tes Corona Segera Tiba
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (dok. Humas Kemenkeu)

PPN masker, IHSG rawan koreksi, fintech lending mitigasi corona, insentif tenaga medis, rupiah bisa makin melemah

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 23 Maret 2020 :

Pertumbuhan Ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan beberapa skenario pemerintah mengenai dampak virus corona (Covid-19) terhadap perekonomian. Dalam beberapa pekan terakhir, Bendahara Negara mengatakan untuk skenario paling moderat, yaitu dampak virus corona bisa segera ditangani oleh pemerintah dalam waktu dekat, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di atas 4 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

"Beberapa minggu terakhir kami melihat skenario pertumbuhan ekonomi dari yang paling moderat, pengaruh covid-19 masih, ekonomi masih bisa tumbuh 4 persen," ujar dia ketika memberikan keterangan pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui video conference (20/3/2020) dilansir Kompas.com.

Meski begitu, dirinya tidak menutup kemungkinan terburuk jika durasi virus corona bisa berlangsung selama tiga bulan hingga enam bulan ke depan. Perempuan yang akrab disapa Ani itu menilai, pertumbuhan ekonomi bisa tertekan hingga level 2,5 persen hingga 0 persen. Hal itu bisa terjadi jika lockdown dilakukan dan memengaruhi kegiatan perdagangan internasional serta penerbangan.

"Jika durasi Covid-19 bisa lebih dari 3 sampai 6 bulan, kemudian lockdown, serta perdagangan internasional bisa drop di bawah 30 persen, penerbangan drop sampai 75 persen hingga 100 persen, maka skenario bisa menjadi lebih dalam, pertumbuhan ekonomi bisa di kisaran 2,5 persen bahkan 0 persen," jelas dia.

Sri Mulyani pun masih belum bisa menyampaikan asumsi pasti pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun. Sebab, hingga saat ini masih terjadi dinamika yang berada di luar perhitungan pemerintah. Dia berharap, vaksin virus bisa segera ditemukan sehingga bisa memerpendek siklus persebaran virus baik di dalam negeri maupun di global.

"Kami bisa kami lakukan adalah melakukan berbagai persiapan berdasarkan skenario. Artinya apa yang harus dilakukan jika perekonomian bisa dijaga tumbuh di atas 4 persen, atau di bawah 4 persen. atau bahkan mendekati yang lebih rendah. Namun kita tidak mengharap itu terjadi," ujar dia.

Rupiah

Kurs rupiah diprediksi kembali melemah pada awal pekan ini. Wabah virus corona masih menjadi biang kerok penggerus nilai tukar rupiah. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut, setiap data yang menunjukkan pertumbuhan kasus virus corona di Indonesia dan meningkatnya jumlah korban meninggal akan menggerus rupiah.

"Sentimen pasar di Senin (23/3) tergantung kebijakan pemerintah terkait wabah ini. Selain itu, kondisi penanganan virus corona di AS dan Eropa juga berpengaruh," jelas dia dilansir Kontan.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menambahkan intervensi yang dilakukan BI di pasar spot dan DNDF serta Surat Utang Negara (SUN) diharapkan bisa menjadi sentimen positif. "Kemungkinan rupiah bisa berhenti melemah dan rebound," kata dia.

Lukman memperkirakan, rupiah bergerak di Rp15.600-Rp16.000 per dolar AS. Sedang Josua menghitung rupiah bergerak antara Rp15.900-Rp16.300. Akhir pekan lalu (20/3), kurs rupiah di pasar spot melemah 0,3 persen ke Rp15.960 per dolar AS. Sedangkan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah melemah 3,57 persen menjadi Rp16.273 per dolar AS.

IHSG

Setelah terkapar empat hari berturut-turut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 2,18 persen pada perdagangan Jumat (20/3). Meski demikian, IHSG masih tercatat turun 14,52 persen dalam sepekan.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memprediksi, secara teknikal, IHSG berpotensi menguat sangat terbatas pada perdagangan Senin (23/3). Pasalnya, tekanan beli pada perdagangan hari terakhir pekan lalu sudah cukup besar.

Pada perdagangan Jumat, jumlah transaksi di pasar saham mencapai Rp13,18 triliun. Investor asing masih mencatatkan net sell Rp865,91 miliar di pasar reguler. Meski begitu, investor asing mencatatkan net buy di pasar negosiasi dan tunai dengan nilai Rp71,89 miliar.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai pergerakan IHSG hari ini lebih ditentukan oleh pergerakan indeks dunia. Selain itu, pergerakan IHSG juga akan dipengaruhi oleh perkembangan persebaran virus corona (Covid-19). Sampai Ahad sore (22/3), jumlah pasien corona naik menjadi 514 orang.

Hendriko menilai, IHSG berpotensi melanjutkan penguatan terbatas hingga level 4.300. "Selama bergerak di bawah itu IHSG masih rawan terkoreksi, menguji level support psikologis 4.000," ujar dia, Ahad (22/3) dilansir Kontan.

Prediksi Hendriko, IHSG akan menguat dan bergerak dengan rentang support 4.000 dan resistance 4.300. Sementara Herditya memperkirakan IHSG akan menguat terbatas dengan kisaran 4.100-4.300.

PPN Masker

Pemerintah diminta mengucurkan stimulus bagi produsen alat kesehatan untuk menyediakan perlengkapan medis dalam menangkal wabah akibat virus corona atau Covid-19.

Ekonom INDEF Abra Talattov mengatakan saat ini alat kesehatan mengalami keterbatasan jumlah. Termasuk masker. Untuk itu dibutuhkan stimulus agar alat kesehatan ini dapat dipenuhi oleh produsen baik dengan mengimpor maupun produksi di dalam negeri dengan bahan baku impor.

“Ya ini memang terkait dengan produksi masker maupun produk-produk kesehatan lainnya. Mau tidak mau pemerintah harus memberikann stimulus yang maksimal [agar harga jual ke masyarakat menjadi terjangkau],” kata Abra, Ahad (22/3/2020) dilansir Bisnis.com.

Stimulus yang dapat diberikan kepada para produsen ini seperti mengurangi biaya produksi. Pemerintah dapat memberikan pembebasan bea masuk bahan baku. “Mayoritas bahan baku [alat kesehatan] dari impor. Kemarin sudah dimulai dengan pembebasan bea masuk ethyl alcohol. Nah mungkin kemudian untuk masker. Pemerintah bisa memberikan stimulus yang sama dengan pembebasan bea masuk bahan baku masker. Pasti kan pemerintah punya data yang akurat siapa saja produsen masker.”

Selain itu, dari sisi hilir, Pemerintah bisa memberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) agar masyarakat baik lapisan bawah bisa membeli produknya. “Kemudian di sisi hilir bisa berupa pembebasan PPN. Supaya produksinya terjaga dan harga jual bisa dijangkau, kalaupun naik tidak seperti sekarang. Perlu juga diatur margin kenaikannya berapa dan penjualan di tingkat ritelnya berapa.”

Selain itu, pemerintah juga bisa melakukan pembatasan pembelian bagi para konsumen. Sebagai contoh 1 orang cukup membeli 1 box masker berisi 50 lembar masker. Kalangan produsen menyebutkan naiknya harga masker dikarenakan negara pemasok bahan baku yakni China juga menjual bahan baku lebih mahal 10 kali lipat hingga 20 kali lipat. Dia mencontohkan, meltblown yang menjadi bahan baku masker, semula harga per 1 ton senilai 15.000 – 18.000 yuan. Harga itu kemudian mengalami kenaikan hingga 250.000 hingga 300.000 yuan/ton.

Kenaikan harga itu lah yang membuat para produsen masker mengalami dilematis apakah akan memproduksi dan menjual di tengah wabah virus corona atau Covid-19 ini. Padahal saat ini masker adalah salah satu komoditas yang dicari oleh masyarakat. Belum lagi, imbuhnya, adanya perintah dari pemerintah yang menurunkan aparat kepolisian ataupun TNI untuk mengawasi penjualan masker.

“Jadi ada blunder, orang yang jual masker yang mengalami kenaikan bahan baku, tapi tetap disuruh dengan harga lama, kan gak bisa produksi. Kemudian ada pengawasan dari aparat kan pengusaha ya gak berani.” Makanya, imbuhnya, dari pada mendapatkan risiko lebih baik menunda produksinya hingga krisis covid-19 menjadi reda.

Insentif Tenaga Medis

Pemerintah bakal memberikan asuransi sekaligus insentif kepada tenaga medis yang menangani pasien virus corona (Covid-19). Hal tersebut sesuai dengan permintaan Presiden Joko Widodo lantaran tenaga medis telah menjadi garda terdepan penanganan virus korona. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, nantinya anggaran yang dialokasikan untuk asuransi dan insentif tenaga medis berkisar Rp3,1 triliun sampai Rp6,1 triliun.

Hingga kini, Kementerian Keuangan masih mematangkan besaran kebutuhan anggaran dan skema yang akan dilakukan. “Kita sedang perhitungkan agar segera bisa memberikan kepastian kepada seluruh tenaga medis, baik dokter spesialis, dokter umum, perawat, dan tenaga medis lain,” ujar dia di Jakarta, Jumat (20/3/2020) dilansir Kompas.com.

Ani memaparkan, dengan asuransi dan insentif tersebut diharapkan tenaga medis bisa terbantu serta memiliki kepastian dalam perlindungan dan keamanan kesehatan. Pemerintah, lanjut Sri Mulyani, juga akan memberi perhatian untuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selaku gugus tugas penanganan Covid-19.

Saat ini BNPB telah mengajukan anggaran Rp3,3 triliun untuk menangani masalah corona di Indonesia. "Sedang kita evaluasi dalam kemampuan BNPB lakukan tugas tersebut. Ini prioritas kita untuk bisa BNPB melakukan berbagai kegiatan urgensi yang sedang dilakukan," ujar dia.

Sebelumnya, Ani sempat mengatakan, pihaknya telah mengalokasikan anggaran untuk Kementerian Kesehatan dalam menangani pencegahan dan perawatan wabah virus corona. "Ini kita perkirakan dekati Rp1 triliun dan kita sudah sediakan untuk Kemenkes," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Jumat (13/3/2020).

Fintech Lending

Kebijakan pemerintah untuk mengurangi interaksi secara sosial atau social distancing karena virus corona, menjadikan fintech lending solusi bagi yang ingin mendapatkan akses pendanaan tanpa perlu bertatap muka. SVP Head of Corporate Affairs Uangteman Roberto Sumabrata mengatakan, ada pertumbuhan pengajuan di aplikasi UangTeman. Namun, mitigasi risiko tetap dilakukan.

Kata Roberto, dengan kemajuan teknologi E-KYC (Electronically Know Your Customer), semua proses mulai dari download aplikasi, pengajuan pinjaman, verifikasi data, perjanjian digital, pencairan, sampai dengan penagihan dapat dilakukan melalui teknologi finansial, sehingga kebutuhan keuangan masyarakat yang mungkin muncul dalam kondisi saat ini bisa tetap terpenuhi dengan baik.

"Bahkan kami mencatat ada pertumbuhan pengajuan di aplikasi UangTeman 20 persen dalam beberapa hari ini," ujar Roberto kepada Kontan.co.id, Jumat (20/3).

Head of Marketing and Alliances Kredivo Indiana Andamari mengatakan, mitigasi risiko Kredivo cukup kuat dan bukan hanya diterapkan karena adanya virus corona. "Sebagai lender yang konservatif, kami juga konservatif dalam appoval calon pengguna juga dalam pemberian kredit limit. Jadi untuk saat ini kami belum melihat adanya peningkatan risiko," ujar Indiana.

Indiana mengaku portofolio nasabah Kredivo dalam keadaan baik. Ia menambahkan, jika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerapkan stimulus pada fintech, tentunya akan mengikuti kebijakan tersebut.

Direktur Utama Akulaku Finance, Efrinal Sinaga mengatakan, mitigasi risiko yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan kualitas scoring, asuransi atas objek pembiayaan, dan Asuransi jiwa bagi nasabah. Efrinal mengaku, hingga saat ini keadaan nasabah Akulaku Finance Indonesia (AFI) masih normal dan stabil. "Belum ada peningkatan nasabah, masih normal saja," ujar Efrinal.

PT Indofarma Tbk (INAF)

PT Indofarma Tbk (INAF) mempercepat pengadaan 100 ribu paket rapid test corona yang didatangkan dari Cina dan Korea. Pengadaan ini sebagai bagian dari pemenuhan permintaan alat tes cepat pendeteksian virus corona atau Covid-19 di Tanah Air.

Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan setelah gelombang alat tes cepat ini datang, perusahaan juga langsung bersiap jika pemerintah meminta dilakukan tambahan importasi jika permintaan alat rapid test meningkat.

“Kalau barangnya, insya Allah Rabu (25/3/2020) atau Kamis (26/3/2020) sudah datang. Sebagai BUMN alkes (alat kesehatan), kami memang diminta. Jadi, intinya kami keroyokan saja,” ujar Arief kepada Bisnis, Jumat (20/3/2020).

Rapid test merupakan salah satu tes untuk mendeteksi virus corona atau Covid-19. Alat tes cepat ini bekerja dengan mengambil sampel darah pasien. Menurut Arief, alat tes ini nantinya akan didistribusikan ke 29 cabang dengan target potensi pasien positif corona terbanyak seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali.

Rapid test itu digunakan untuk orang-orang yang memang sudah ada gejala awal Covid-19. Didistribusikan ke rumah sakit, klinik, dokter dan tidak diperjualbelikan bebas,” ungkap Arief.

Selain rapid test, Indofarma berupaya untuk mengimpor lagi 5.000 paket thermometer dari Cina. Perseroan dengan kode saham INAF tersebut juga menyebut sudah melakukan kerja sama dengan uji coba pengadaan 500 ribu masker melalui perusahaan manufaktur lokal pada bulan April mendatang.

Adapun, Arief menyatakan saat ini Indofarma masih memiliki persediaan hand sanitizer dan disinfektan yang dapat ditemukan di 1.300 cabang outlet Kimia Farma di seluruh Indonesia.

(*)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,21

Down- 0,04%
Up3,59%
Up0,02%
Up5,46%
Up18,25%
-

Capital Fixed Income Fund

1.767,05

Up0,56%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,17%
Up43,56%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,46

Down- 0,79%
Up3,43%
Up0,01%
Up3,97%
Up18,39%
Up46,82%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,61

Down- 0,45%
Up1,56%
Up0,01%
Up2,14%
Down- 2,42%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,61

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua