BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

IHSG Sudah Longsor 22,1 Persen YtD, Strategi Ini Bisa Dipilih Investor Reksadana

16 Maret 2020
Tags:
IHSG Sudah Longsor 22,1 Persen YtD, Strategi Ini Bisa Dipilih Investor Reksadana
Warga mengamati layar yang menampilkan infornasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/3/2020). BEI melakukan pembekuan sementara perdagangan ('trading halt') pada sistem perdagangan di bursa efek pada Kamis (12/3) pukul 15.33 WIB karena dipicu penurunan IHSG hingga 5,1 persen. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

IHSG telah merosot 10,75 persen ke level 4.907 pekan lalu, menjadikannya kinerja mingguan terburuk sejak Oktober 2008

Bareksa.com - Pasar saham Indonesia terus mengalami tekanan hebat dalam beberapa waktu terakhir. Sepanjang pekan lalu saja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah merosot 10,75 persen ke level 4.907,57, menjadikannya kinerja mingguan terburuk sejak Oktober 2008. Sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu, bursa saham tercinta Indonesia ini sudah merosot 22,1 persen year to date (YtD).

Penyebab utama anjloknya IHSG adalah penyebaran wabah virus corona atau COVID-19 yang melonjak di luar China. Wabah yang sudah resmi dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) ini dikhawatirkan akan menekan pertumbuhan ekonomi global cukup dalam.

Mengetahui kondisi pasar yang sangat tidak kondusif seperti saat ini, sejumlah investor pun khawatir nilai investasi mereka bisa terus merosot, apalagi kalauia hanya memiliki satu jenis produk saja.

Promo Terbaru di Bareksa

Meskipun demikian, investor reksadana yang memiliki profil risiko tinggi (risk taker) bisa menghadapinya dengan santai, bahkan mungkin memiliki strategi yang justru dapat mengambil keuntungan dalam kesempatan ini.

Lantas, strategi apakah itu?

Strategi yang bisa dipilih untuk mengatasi volatilitas pasar bagi yang berinvestasi reksadana ialah dengan menggunakan asset allocation (alokasi aset).
Alokasi aset adalah strategi investasi dengan menentukan porsi atau memberi bobot tertentu masing-masing instrumen investasi atau aset terhadap portofolio untuk tujuan menyeimbangkan risiko dan imbal hasil (return).

Pada dasarnya, setiap jenis aset (asset class) memiliki profil imbal hasil dan risiko yang berbeda. Masing-masing jenis aset juga memiliki perilaku yang berbeda pula. Jika pada suatu saat suatu aset naik nilainya, aset yang lain mungkin justru turun atau tidak naik nilainya, demikian pula sebaliknya.

Proses alokasi aset mencakup pembagian suatu portofolio investasi ke dalam berbagai kategori aset, seperti saham, obligasi dan kas. Proses penentuan komposisi aset dalam portofolio ini merupakan proses yang unik bagi setiap investor; alokasi aset yang pas bagi seorang investor akan sangat bergantung pada horizon waktu berinvestasi serta toleransi terhadap risiko.

Setidaknya ada tiga jenis aset yang biasa dipakai dalam reksadana, yakni saham, obligasi atau surat utang, serta kas atau setara kas. Setiap jenis aset ini tentu memiliki tingkat risiko dan potensi imbal hasil berbeda, sehingga sifatnya berbeda tergantung jangka waktunya.

Setiap produk reksadana memiliki alokasi asetnya masing-masing. Hal ini juga bergantung pada jenis reksadananya. Sebagai contoh, reksadana saham pasti memberi bobot yang besar pada aset saham (yakni minimal 80 persen), sedangkan reksadana pasar uang beratnya bertumpu pada instrumen pasar uang seperti deposito dan obligasi yang jatuh tempo kurang dari setahun.

Kemudian, reksadana pendapatan tetap memiliki bobot besar pada aset bersifat utang atau obligasi (yakni minimal 80 persen). Terakhir, portofolio reksadana campuran terbagi-bagi ke saham, obligasi, dan pasar uang, yang masing-masing bobotnya maksimal 79 persen dari nilai aktiva bersih.

Bagi investor yang portofolionya sudah terlanjur banyak ditempatkan dalam reksadana saham, dengan kondisi ini, ia bisa mempertimbangkan untuk pindah ke aset lain seperti reksadana campuran atau pendapatan tetap.

Kemudian bagi yang hanya memiliki satu produk saham saja tetapi sudah jatuh dalam, sebaiknya memindahkan portofolionya ke reksadana indeks yang memiliki kinerja lebih sesuai dengan indeks acuannya.

Jika ternyata dana yang investor tempatkan di reksadana saham adalah dana yang akan segera dipergunakan dalam jangka waktu pendek, dia harus segera mengubah strategi investasinya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menjual reksadana saham tersebut, lalu menggantinya dengan jenis investasi yang jauh lebih aman, misalnya reksadana pasar uang.

Dengan memasukkan berbagai asset class dengan imbal hasil yang naik turun dalam kondisi pasar yang berbeda-beda ke dalam suatu portofolio, investor dapat melindungi dirinya dari kerugian yang besar.

Secara historis, imbal hasil dari ketiga asset class utama umumnya tidak bergerak naik atau turun secara bersamaan. Kondisi pasar yang mengakibatkan suatu asset class memberikan imbal hasil tinggi mungkin saja menyebabkan asset class yang lain malah menghasilkan imbal hasil yang rendah.

Dengan berinvestasi di lebih dari satu asset class maka investor dapat mengurangi risiko kerugian dan fluktuasi imbal hasil portofolio secara keseluruhan akan menjadi lebih stabil. Jika investasi di suatu asset class mengalami kerugian, maka investasi di asset class lainnya bisa memberikan imbal hasil tinggi sehingga menutupi kerugian tersebut.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,46

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua