BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Bahana TCW : IHSG Berpeluang Ditutup Menghijau di 6.222 pada Akhir Tahun 2019

03 Desember 2019
Tags:
Bahana TCW : IHSG Berpeluang Ditutup Menghijau di 6.222 pada Akhir Tahun 2019
Anggota Labfor Mabes Polri mengumpulkan barang bukti di TKP ledakan di kawasan Monas, Jakarta, Selasa (3/12/2019). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.

Ledakan di Monas memberikan sentimen pada IHSG pagi ini

Bareksa.com - Budi Hikmat, Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management (BTIM) menyampaikan selama 12 tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak pernah minus setiap setiap bulan Desember.

Salah satu faktor pendorongnya, adalah aksi window dressing yang sering dilakukan emiten dan institusi keuangan agar kinerja saham tercatat menawan pada akhir tahun.

Pekan lalu, IHSG sempat terkoreksi di bawah level 6.000 sebelum akhirnya beranjak kembali di level 6.011,83 pada akhir pekan. Sepekan terakhir, IHSG melemah 1,45 persen, atau terkoreksi sebesar 3,15 persen sepanjang November lalu.

Promo Terbaru di Bareksa

"Berdasarkan historikal selama 12 tahun terakhir, IHSG rata-rata tumbuh sekitar 3,5 persen pada bulan Desember. Jika angka rata-rata ini dijadikan acuan untuk memproyeksikan kenaikan bulan Desember 2019, maka IHSG berpeluang ditutup pada posisi 6222," kata Budi Hikmat dalam keterangan tertulis, Senin (2/12).

Kendati demikian, Budi mengingatkan IHSG dipengaruhi lima faktor yang diringkas sebagai ELVIS (earning, liquidity, interest rate, valuation, sentiment). Kajian urutan yang paling relevan saat ini menyebutkan, SILVE (sentiment, interest rate, liquidity, valuation, earning) mengingat Indonesia belum memiliki mesin ekspor penopang daya beli pengganti komoditas primer yang harganya sedang turun.

Selain faktor internal, kata Budi, pelemahan IHSG pada November dipicu faktor eksternal terutama, memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan China seusai Presiden AS Donald Trump menandatangani Undang-undang (UU) penegakan demokrasi dan hak asasi manusia di Hong Kong.

Kondisi dimaksud, membuat kuatir para investor terhadap memburuknya prospek damai dagang oleh dua negara perekonomian terbesar dunia ini.

Tak ayal, investor memilih tak berinvestasi di portofolio berisiko di negara berkembang. Satu pekan lalu, investor asing mencatat penjualan bersih Rp2,68 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di sisi lain, IHSG pada hari ini, dibuka melemah 0,18 persen dari penutupan kemarin (2/12). Adapun pasar dibuka di level 6.119,02.

Efek Ledakan Monas

Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi seperti dikutip Kontan.co.id, mengatakan penurunan IHSG pagi hari ini tersebut salah satunya disebabkan oleh ledakan yang terjadi pagi ini di Monas, Jakarta Pusat.

"Mudah-mudahan tidak apa-apa, saya juga baru baca. IHSG turun ya, pastilah. Tapi artinya naik turunnya indeks lebih ke arah seperti itu, ada bom ada koreksi," ujar Inarno usai membuka perdagangan, Selasa (3/12).

Lebih lanjut, Inarno juga menyinggung soal kasus reksadana yang disebut-sebut membuat pasar tertekan (IHSG) di akhir November kemarin. Menurutnya, dampak dari kasus reksadana cenderung kecil terhadap pergerakan IHSG. Penurunan IHSG lebih disebabkan oleh faktor eksternal dan regional yang memang turun.

"Enggaklah, artinya pengaruhnya kecil (terhadap IHSG), kita juga udah lihat bahwasanya pengaruh naik turun lebih kepada eksternal, dari penurunan itu banyak dari saham yang bluechips memang ada penurunan dan regional juga. Jadi wajar," jelas dia.

Kontan menyebutkan IHSG dibuka di zona merah mengikuti jejak pasar regional, Selasa (3/12). Mengutip RTI, indeks terkoreksi 0,29 persen ke level 6.112,759. Tercatat 129 saham turun, 99 saham naik, dan 121 saham stagnan. Total volume 443 juta saham dengan nilai transaksi capai Rp297 miliar.

Sementara itu sembilan dari 10 indeks sektoral membebani pergerakan IHSG. Sektor barang konsumsi paling dalam penurunannya 0,59 persen dan hanya sektor konstruksi di zona hijau 0,11 persen.

Disebutkan, pergerakan IHSG juga terseret aksi investor asing yang mengambil posisi jual. Pagi ini, net sell asing Rp18,546 miliar di pasar reguler dan Rp18,765 miliar keseluruhan market.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,21

Down- 0,04%
Up3,59%
Up0,02%
Up5,46%
Up18,25%
-

Capital Fixed Income Fund

1.767,05

Up0,56%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,17%
Up43,56%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,46

Down- 0,79%
Up3,43%
Up0,01%
Up3,97%
Up18,39%
Up46,82%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,61

Down- 0,45%
Up1,56%
Up0,01%
Up2,14%
Down- 2,42%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,61

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua