BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Suku Bunga AS Diyakini Bakal Turun, Begini Potensi Kinerja Industri Reksadana

31 Juli 2019
Tags:
Suku Bunga AS Diyakini Bakal Turun, Begini Potensi Kinerja Industri Reksadana
Ilustrasi suku bunga acuan the fed yang dilambangkan dengan panah grafik dan boneka figure kecil di atas uang kertas dolar AS

Rilis Inflasi AS Hanya 1,6 persen atau di bawah konsensus 1,7 persen

Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan pada penutupan perdagangan pada Selasa (30/7). IHSG naik 1,24 persen atau setara 77,96 poin ke level 6.376,99. Perdagangan saham IHSG hari ini di buka di level 6.317,57. Sementara, support di level 6.317,03 dan resistance ke 6.376,99.

Performa IHSG hari ini meningkat dibandingkan Senin (29/7) yang turun 0,41 persen atau setara 26,2 poin. Performa pekan lalu juga menurun 0,42 persen. Akan tetapi, berdasarkan data RTI, aksi jual bersih asing (net foreign sell) pada Selasa masih tinggi yang mencapai Rp103,04 miliar. Sementara dalam sebulan, asing melakukan aksi jual bersih hingga Rp2,07 triliun.

Penyebab Asing Melakukan Net Sell

Promo Terbaru di Bareksa

Menurut analisis Bareksa, terjadinya net sell pada perdagangan kemarin dikarenakan pengaruh pasar saham yang sedang menunggu keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) perihal ketetapan suku bunga acuannya.

Aksi jual bersih asing ini sudah terjadi pertama kali dimulai saat Bank Sentral Eropa (ECB) pada pekan lalu memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Kemudian, sehari setelah pengumuman ECB, Amerika Serikat (AS) merilis berbagai laporan kinerja perusahaan dengan angka pertumbuhan kuartal kedua yang melambat.

Selain itu, aksi jual bersih asing ini juga disebabkan oleh rilis laporan keuangan beberapa emiten Indonesia yang tidak begitu bagus. Sehingga tidak menunjukkan impresif yang kuat terhadap investor asing.

Rilis Inflasi AS 1,6 Persen atau di Bawah Konsensus 1,7 Persen

Rilis angka inflasi ternyata gagal mengerek kinerja bursa saham AS. Pada hari ini, Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index diumumkan tumbuh 1,6 persen secara tahunan pada Juni 2019, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv 1,7 persen.

Sebagai informasi, dua indikator utama yang diperhatikan The Federal Reserve (The Fed) dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuannya adalah inflasi dan pasar tenaga kerja. Core PCE price index merupakan acuan yang digunakan oleh The Fed untuk mengukur inflasi.

Seharusnya, rilis angka inflasi yang berada di bawah ekspektasi bisa mendongkrak optimisme bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam pertemuan pekan ini. Namun ternyata, sejauh ini pelaku pasar masih meyakini bahwa pemangkasan yang akan dieksekusi oleh The Fed hanyalah 25 bps.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund Futures per 30 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan 25 bps pada pertemuan pekan ini adalah 75 persen, tak banyak berubah jika dibandingkan dengan posisi sebelum rilis angka Core PCE price index.

Memang, terbilang cukup sulit jika mengharapkan The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam satu pertemuan saja. Pasalnya, pasar tenaga kerja AS saat ini bisa dibilang sedang bergairah.

Suku Bunga AS Berpeluang Turun, Industri Reksadana Berpeluang Menguat

Adanya kabar positif diatas, dimana para pelaku pasar memprediksi adanya penurunan suku bunga AS diharapkan menjadi katalis positif bagi pasar, tak terkecuali industri reksadana.

Untuk sisa di enam bulan kedua pada tahun ini, kinerja reksadana secara umum diharapkan bisa berbalik positif dengan catatan sentimen negatif global berupa perang dagang serta bank sentral yang mau melonggarkan kebijakan moneternya.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA02/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,46

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua