BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : ASII Bagi Dividen Rp214 per Saham, INCO Divestasi 20% Saham

28 Februari 2019
Tags:
Berita Hari Ini : ASII Bagi Dividen Rp214 per Saham, INCO Divestasi 20% Saham
Kantor pusat PT Astra International Tbk (ASII). (Dok. Astra)

PGAS siapkan capex US$500 juta; WTON catat laba naik 32 persen; ADHI akan obligasi Rp2,1 triliun

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 28 Februari 2019 :

PT Astra International Tbk (ASII)

Grup Astra berencana membagikan dividen tahun buku 2018. Perusahaan berniat menebar dividen final Rp154 per saham, naik 18 persen dibanding tahun buku 2017. Pembagian ini bakal diusulkan dalam rapat umum pemegang saham tahunan pada April mendatang.

Promo Terbaru di Bareksa

Usulan dividen final tersebut bersamaan dengan dividen interim Rp60 per saham, sehingga dividen total ASII pada 2018 menjadi Rp214 per saham, naik 16 persen dibanding 2017.

Penetapan dividen itu tidak lepas dari menguatnya keuangan Astra sepanjang 2018. ASII sukses mencetak pendapatan Rp239,21 triliun, naik 16 persen dari 2017.

Sementara laba bersih naik 15 persen jadi Rp21,67 triliun. Padahal, kontribusi laba segmen bisnis otomotif merosot. Laba bersih dari bisnis otomotif turun sekitar 4 persen jadi Rp8,52 triliun.

PT Vale Indonesia Tbk (INCO)

Manajemen siap melaksanakan divestasi 20 persen saham, sesuai ketentuan. Meski kewajiban itu baru jatuh tempo Oktober tahun ini, INCO berkomitmen dengan melayangkan surat kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sejak akhir tahun lalu.

Direktur Utama PT Vale Indonesia Tbk Nicolas Kanter, menjelaskan hingga kini surat tersebut belum mendapatkan jawaban dari Kementerian ESDM. Padahal INCO sudah siap menjalankan proses divestasi lebih cepat dari batas waktu yang ditentukan.

"Belum ada kemajuan, sampai saat ini kami belum mendapatkan jawaban pemerintah. Kami punya kewajiban sampai Oktober, kalau bisa lebih cepat, kenapa tidak? Bagi kami, lebih cepat lebih baik," kata Nico.

Lantaran surat INCO belum mendapatkan respons Kementerian ESDM, proses divestasi masih menggantung. Pasalnya, belum ada mekanisme divestasi yang disepakati dengan pemerintah, termasuk kejelasan kepada siapa 20 persen saham Vale Indonesia ini akan terserap dan ditawarkan.

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

Tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai US$500 juta. Direktur Utama PGAS Gigih Prakoso mengemukakan dana tersebut akan digunakan untuk mendukung bisnis utama PGAS, yaitu pembangunan jaringan pipa gas. Selain itu, Subholding BUMN Migas ini menyiapkan belanja modal untuk proyek hulu migas.

"Sebesar 50 persen belanja modal untuk proyek upstream. Adapun separuhnya lagi untuk mendukung pembangunan pipa midstream dan downstream," ujar Gigih seperti dikutip Kontan.

Anak usaha PGAS di bidang hulu migas, Saka Energi Indonesia, memang berencana mengebor sumur pengembangan sebanyak 12 sumur pada tahun ini. Pengeboran sumur pengembangan terdiri dari 10 sumur di Blok Fasken di Amerika Serikat dan dua sumur di Blok Pangkah.

Selain itu, Saka Energi berencana melakukan pengeboran eksplorasi di tiga sumur. Pengeboran eksplorasi dilakukan di Blok Pangkah sebanyak dua sumur dan Blok Wokam di Papua sebanyak satu sumur.

Sementara untuk proyek pipa gas, PGAS akan tetap melanjutkan proyek pembangunan pipa gas Duri-Dumai. Proyek Duri-Dumai merupakan proyek pipa gas transmisi sepanjang 67 kilometer (km).

PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)

Perseroan menutup 2018 dengan kinerja keuangan positif. Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini membukukan pendapatan Rp6,93 triliun, naik 29 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp5,36 triliun.

Kenaikan pendapatan tersebut mampu mengompensasi kenaikan beban pokok sekitar 28 persen menjadi Rp6,05 triliun. Alhasil, WTON masih mampu mencatat kenaikan laba kotor sekitar 32 persen menjadi Rp882,42 miliar.

Selain itu, pemasukan dari bisnis patungan WTON juga moncer. Ini tercermin dari bagian laba pada ventura bersama perusahaan yang melompat 54 persen jadi Rp24,41 miliar.

Alhasil, sepanjang 2018, WTON membukukan laba bersih Rp486,35 miliar. Angka ini naik 44 persen dibanding periode 2017, Rp337,12 miliar.

Sejalan dengan kenaikan itu, laba bersih per saham atau earning per share (EPS) WTON mengalami kenaikan dengan persentase yang sama, menjadi Rp55,8 per saham.

Sejatinya, positifnya kinerja WTON sudah terlihat dari perolehan kontrak baru perusahaan ini. WTON membukukan kontrak baru Rp7,7 triliun sepanjang tahun lalu. Realisasi ini 3 persen di atas target sebelumnya, Rp7,5 triliun.

“Kontribusi pendapatan kontrak terbesar masih dari pembangunan proyek infrastruktur, yakni sebesar 69 persen," ujar Manager Investor Relations WTON Yushadi seperti dikutip Kontan.

PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

Perseroan tengah menyiapkan sejumlah skenario pendanaan. Hal ini dilakukan untuk menutup kekurangan dana operasional dan investasi tahun ini, sekitar Rp2 triliun. Salah satu yang siap dilakukan untuk menutup kekurangan tersebut adalah merealisasikan penerbitan obligasi senilai Rp2,1 triliun.

Ini merupakan sisa emisi Obligasi Berkelanjutan I tahun 2017 dengan nilai plafon Rp5 triliun. Tahap pertama senilai Rp2,9 triliun telah diterbitkan pada pertengahan 2017.

ADHI akan menerbitkan sisa obligasi tersebut pada pertengahan tahun ini. Meski demikian, aksi korporasi tersebut bisa menjadi skenario pendanaan terakhir. Sebab, emiten pelat merah tersebut masih mencari opsi pendanaan lain. ADHI mencari instrumen dengan cost of fund yang lebih murah.

"Bisa pinjaman bank, atau justru penerbitan RDPT," ujar Direktur Keuangan ADHI Entus Asnawi Mukhson seperti dikutip Kontan.

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO)

Perseroan menargetkan volume produksi crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mentah 5 -10 persen year on year (yoy). Target tersebut lebih kecil ketimbang realisasi pertumbuhan produksi CPO tahun lalu yang lebih dari 20 persen yoy.

Penetapan target itu mengacu pada periode masa panen kelapa sawit. Tahun lalu, merupakan masa panen puncak bagi Sampoerna Agro. Alhasil, perusahaan berkode saham SGRO di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut, tak bisa mematok target setinggi realisasi tahun lalu.

Manajemen Sampoerna Agro mengaku, semula mematok target pertumbuhan produksi CPO sebesar 15 persen-20 persen pada tahun lalu. "Tapi ternyata pencapaiannya melebihi target 20 persen, jadi tahun lalu merupakan tahun yang baik dari sisi operasional," ujar Head of Investor Relations PT Sampoerna Agro Tbk Michael Kesuma.

Lonjakan volume produksi itu paling tidak bisa menahan penurunan kinerja keuangan lebih dalam. Maklum, harga CPO tahun berada dalam tren penurunan. Manajemen perusahaan mengaku harga CPO menjadi biang kerok menyusutnya penjualan sepanjang sembilan bulan 2018.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

STAR Stable Income Fund

1.917,73

Up0,52%
Up2,95%
Up0,02%
Up6,35%
Up30,73%
Up60,39%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua