BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Saham ADRO Lanjut Turun Meski Laba 2017 Naik, Ini Analisisnya

08 Maret 2018
Tags:
Saham ADRO Lanjut Turun Meski Laba 2017 Naik, Ini Analisisnya
Petugas memantau heavy dump truck yang menurunkan batubara di kawasan tambang batubara milik Adaro, Tabalong, Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Laba bersih Adaro naik 45 persen menjadi US$483 juta pada 2017

Bareksa.com - Seiring dengan peningkatan harga di pasar global, industri batu bara pada tahun 2017 menunjukkan performa yang menggembirakan, seperti dialami juga oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Meskipun demikian, saham emiten batu bara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia ini kembali terhempas dalam setelah indeks pertambangan pada kemarin, Rabu 7 Maret 2018 mencatatkan penurunan hingga 2 persen.

Kinerja Adaro sepanjang 2017 yang dirilis kemarin menunjukkan performa yang cukup baik. Pendapatan Adaro naik 29 persen menjadi US$3,2 miliar pada 2017, dari US$2,5 miliar pada 2016. Beban pokok pendapatan 2017 juga naik 15 persen menjadi US$2,1 miliar dari US$2,5 miliar.

Masih stabilnya permintaan batu bara global terutama di China dan India memberikan dampak positif pada pergerakan harga batu bara global, sehingga berdampak pada kenaikan pendapatan Adaro sepanjang 2017. Efeknya juga terasa pada pencapaian laba bersih Adaro yang naik 45 persen menjadi US$483 juta pada 2017 dari US$334 juta pada 2016.

Promo Terbaru di Bareksa

Illustration

Memang, tahun 2017 merupakan tahun yang menggembirakan bagi industri batu bara. Bagaimana tidak, harga batu bara global Newcastle (gCN) terus menunjukkan kenaikan dengan rata-rata mencapai US$88 per ton, atau naik 34 persen dari rata-rata tahun 2016. Khusus pada kuartal IV 2017, harga batubara global Newcastle bahkan mencapai rata-rata US$98 per ton, atau naik 4 persen dari harga rata-rata kuartal III 2017.

Pada saat yang sama, harga batu bara acuan domestik juga terus menguat sejak pertengahan tahun lalu. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan kenaikan pada Harga Batubara Acuan (HBA) bulan Maret, yaitu menjadi US$101,86 per metrik ton atau naik sebesar 1,16 persen dari HBA Februari sebesar US$100,69 per metrik ton. Harga acuan bulan Maret ini merupakan yang tertinggi sejak Mei 2012 dan merupakan peningkatan untuk sembilan bulan berturut-turut.

Jika dilihat lebih dalam, kinerja 2017 Adaro masih disokong oleh segmen pertambangan dan perdagangan batu bara menjadi US$3,04 miliar, naik 30 persen dibandingkan 2016 dan masih berkontribusi paling besar terhadap total pendapatan 2017 yaitu 93 persen. Adapun pendapatan jasa pertambangan menyumbangkan US$151 juta, dan pendapatan lainnya menjadi US$66 juta.

Illustration

Sementara itu, sebanyak 80 persen penjualan batu bara ADRO dijual ke pasar ekspor dan selebihnya masih untuk pasar domestik. Adapun rincian geografis konsumen ADRO pada 2017 adalah Indonesia 20 persen, Malaysia 15 persen, China 12 persen, dan masih ada juga dari beberapa negara di Asia lainnya.

Illustration

Tekanan Harga Saham

Sementara pada perdagangan Rabu 7 Maret 2018, harga saham ADRO dibuka menguat 1,28 persen ke level Rp2.360 per saham. Namun, hingga akhir perdagangan kemarin, saham ADRO turun cukup dalam ke level harga Rp2.160 per saham atau turun 7,29 persen.

Penurunan saham ADRO pada kemarin juga seiring dengan penurunan semua sektor di Bursa Efek Indonesia. Adapun sektor mining sendiri mencatatkan penurunan terbesar hingga penutupan perdagangan, yaitu turun 3,6 persen. Penurunan semua sektor pada kemarin mengakibatkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia merosot cukup dalam sebesar 2,03 persen.

Hingga pembukaan perdagangan pagi ini 8 Maret 2018, harga saham ADRO kembali melanjutkan penurunan. Setelah dibuka stagnan di Rp2.160, kini hingga pukul 9:58 WIB, harga saham ADRO turun 4,68 persen ke Rp2.060. Bahkan, saham ini sempat menyentuh level terendah intraday Rp1.995.

Khususnya sektor mining sendiri memang masih memiliki katalis negatif, seperti harga minyak global yang anjlok pada perdagangan kemarin. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah setelah data industri menunjukkan stok minyak mentah AS naik lebih dari yang diperkirakan pekan lalu. Dikutip dari Bloomberg, American Petroleum Institute melaporkan persediaan minyak mentah naik meningkat 5,66 juta barel pekan lalu.

Selain itu, penetapan harga khusus batu bara atau domestic market obligation (DMO) untuk penjualan kepada pembangkit listrik milik PLN. Meskipun pemerintah belum mengumumkan harga khusus tersebut, hal ini disinyalir menjadi penekan bagi sektor mining dan bagi sektor batu bara khususnya, karena diperkirakan harga batu bara DMO tersebut akan ada di kisaran US$70 per ton, jauh di bawah harga batu bara global saat ini.

Memang secara kinerja keuangan Adaro membukukan pertumbuhan yang baik, tetapi secara volume produksi masih tercatat turun. Berdasarkan laporan kinerja ADRO 2017, produksi batu bara Adaro pada kuartal empat 2017 turun 7 persen jika dibandingkan kuartal empat 2016, menjadi 12,43 juta ton. Sepanjang 2017 produksi batu bara Adaro menjadi 51,79 juta ton atau turun tipis 2 persen dari produksi tahun 2016.

Pada saat yang sama, volume penjualan juga turun menjadi 51,82 juta ton sepanjang 2017, atau turun 4 persen dari tahun sebelumnya. Ditambah lagi, terjadi kenaikan pada beban royalti yang dibayarkan kepada pemerintah. Beban ini naik 34 persen menjadi US$346 juta seiring dengan kenaikan pendapatan usaha.

Sebagai informasi, Adaro dilaporkan telah merealisasikan belanja modal pada 2017 naik 186 persen dibandingkan tahun 2016. Kemudian, pada tahun 2018 Adaro menganggarkan belanja modal di kisaran US$750 juta hingga US$900 juta. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,44

Up0,08%
Up3,33%
Up0,02%
Up5,55%
Up18,27%
-

Capital Fixed Income Fund

1.769,29

Up0,54%
Up3,38%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,32%
Up43,94%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,07

Down- 0,93%
Up3,17%
Up0,01%
Up3,84%
Up18,21%
Up46,65%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.036,37

Down- 0,18%
Up1,84%
Up0,01%
Up2,73%
Down- 2,13%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,65

Up0,48%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua