IHSG Anjlok, Saatnya Cuan dari Saham BBRI, BBCA, dan BMRI Seperti 2018?
IHSG merosot 8% dalam 2 bulan, apakah ini peluang emas untuk strategi buy the dip saham BBRI, BBCA, dan BMRI? Simak analisisnya di sini!

IHSG merosot 8% dalam 2 bulan, apakah ini peluang emas untuk strategi buy the dip saham BBRI, BBCA, dan BMRI? Simak analisisnya di sini!
Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air sedang bergejolak. Dalam waktu kurang dari 2 bulan sejak awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot sekitar 8,7% jadi 6.465 pada sesi I Kamis (27/2/2025). Bisakah penurunan IHSG dimanfaatkan investor untuk menerapkan strategi buy the dip di saham big banks PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) seperti pada 2018?
Menurut Tim Analis Bareksa, penyebab gejolak IHSG di antaranya:
1. Penerapan tarif dagang oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada Kanada, Meksiko dan China, serta pembatasan penjualan chip komputer canggih ke Negara Panda. Kebijakan ini memicu balasan negara terkait, sehingga meningkatkan risiko perang dagang dan ketidakpastian ekonomi. Tarif tinggi mengakibatkan kenaikan harga barang dan mengerek inflasi, terutama di AS. Inflasi tinggi membuat prospek penurunan suku bunga The Federal Reserve mengecil dan kurs dolar AS tetap kuat, sehingga menarik arus dana dari pasar global ke negeri Paman Sam.
Promo Terbaru di Bareksa
2. China, mitra dagang utama Indonesia jadi sasaran utama kebijakan proteksionisme Trump. China yang saat ini masih berjibaku dengan masalah deflasi dan krisis sektor properti, mendapat tekanan baru sehingga bisa semakin memperlambat ekonomi. Jika ekonomi China melemah, maka ekspor Indonesia ke China terancam ikut melambat.
3. Dengan berdirinya Danantara, maka APBN tidak bisa lagi mengandalkan dividen BUMN Rp300 triliun sebagai pendapatan. Akibatnya pemerintah perlu memangkas anggaran atau mencari sumber pendapatan baru. Penghematan anggaran merupakan langkah yang baik, tetapi memiliki efek negatif yakni terganggunya industri yang selama ini tergantung pada belanja negara, seperti perhotelan. Pemangkasan anggaran perjalanan dinas, kunjungan kerja, seminar dan rapat di luar kantor pemerintah mengakibatkan penurunan pendapatan bagi hotel dan bisnis terkait.
4. Indeks saham MSCI Indonesia turun peringkat dari equal weight menjadi underweight akibat hambatan pertumbuhan dan penurunan return on equity (ROE). Sentimen negatif ini dapat memicu arus keluar dana asing dari pasar saham domestik, yang berpotensi menekan IHSG.
Rekomendasi Investasi Saham BBRI, BBCA dan BMRI
Tim Analis Bareksa menilai butuh waktu sekitar 35-72 hari perdagangan dari level terendah (bottom) sampai pembalikan arah (rebound) ke level tertinggi dan return di atas 15%, seperti gejolak pasar saham pada 2018 silam.
Belajar dari kondisi itu, investor bisa menerapkan strategi buy in the dip secara bertahap, karena level bottom pasar saham tidak ada yang bisa mengetahui. Apalagi jika pasar mulai rebound, biasanya saham perbankan besar Tanah Air yang naik terlebih dahulu.
Sejak awal tahun hingga Kamis siang pukul 14.48 WIB (27/2), saham BBRI sudah turun 13,06% jadi Rp3.660. Kemudian saham BBCA merosot 13,38% jadi Rp8.575 dan saham BMRI melorot 19,49% jadi Rp4.710.
Grafik: Pergerakan Saham BBRI, BMRI dan BBCA pada 2018
Sumber : TradingView
Saham BBRI direkomendasi beli dengan target harga tahun 2025 di Rp5.650 per saham. Senada saham BBCA juga direkomendasikan beli dengan target harga Rp11.600 per saham dan saham BMRI buy dengan target harga Rp7.200.
Dibandingkan harga saat ini, maka saham BBRI, BBCA dan BMRI masih punya potensi kenaikan masing-masing 54%, 35% dan 52%. Meski begitu, Tim Analis Bareksa, tetap mengingatkan investor agar mewaspadai risiko investasi saham seperti capital loss akibat fluktuasi pasar yang dipengaruhi kondisi ekonomi dan kinerja perusahaan.
Investasi Saham di Bareksa
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.124,59 | - | |||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.111,51 | - | - | ||||
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.896,77 | ||||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund | 1.088,21 | - | - | ||||
Capital Regular Income Fund Dividen | 1.030,5 | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.