Pasar Saham Tren Penguatan, Bareksa Robo Advisor Masih di Posisi Bullish
Pasar saham menguat dan dana asing berpindah ke blue chip, membuat Bareksa Robo Advisor tetap bullish dengan fokus saham dan obligasi korporasi

Pasar saham menguat dan dana asing berpindah ke blue chip, membuat Bareksa Robo Advisor tetap bullish dengan fokus saham dan obligasi korporasi
Bareksa - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,28% menjadi 8.163 pada akhir Oktober 2025, dan sempat membuat level tertinggi sepanjang masa di 8.351. Sepanjang tahun ini IHSG telah menguat 15,3%. Kenaikan juga ditopang oleh partisipasi investor yang meningkat.
Selama Oktober, BEI mencatat rekor transaksi saham harian senilai Rp25 triliun. Investor asing juga membukukan pembelian bersih (net buy) Rp13 triliun.
Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 4,75% di September dan langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memindahkan dana pemerintah Rp200 triliun dari BI ke bank Himbara jadi sinyal kuat BI dan pemerintah ingin menggenjot pertumbuhan dalam negeri melalui peningkatan kredit (pro growth). Hal ini dilakukan di tengah kondisi inflasi dalam negeri yang tergolong rendah dan kebijakan moneter longgar secara global.
Promo Terbaru di Bareksa
Selain pasar saham, pasar obligasi pun ikut bergairah yang tercermin dari penurunan yield (imbal hasil) SBN 10 tahun dari 6,34% menjadi 6,1%. Pembelian terbesar dilakukan oleh bank umum Rp34 triliun. Asing tercatat melakukan net sell Rp28 triliun.
Apa Artinya?
Peralihan dana asing dari obligasi pemerintah ke saham menunjukkan optimisme terhadap pasar saham Indonesia. Selain itu Indeks LQ45 terlihat mengejar ketertinggalan dengan melejit 4,7%, jauh melebihi IHSG.
Hal ini berarti dana investor tidak hanya terpusat pada saham konglomerasi dan sudah mulai berpindah ke saham-saham berkapitalisasi besar (blue chip). Oleh karena itu Bareksa Robo Advisor tetap mempertahankan komposisi saham yang tinggi agar investor bisa menikmati reli di pasar saham yang semakin merata.
Apa Efeknya ke Portofoliomu?
Tabel: Kinerja Bareksa Robo Advisor
Profil Risiko | Return Oktober 2025 |
|---|---|
Risk Averse | 0,34% |
Conservative | 0,27% |
Moderate | 0,26% |
Aggressive | 0,03% |
Very Aggressive | -0,07% |
Sumber: Tim Analis Bareksa
Kinerja Bareksa Robo Advisor sesuai dengan pergerakan alokasi serta bobot masing-masing reksadana yang dipilih dalam daftar Robo dan profil risiko investor.
Di bulan November, Bareka Robo Advisor tetap mempertahankan default produk reksadana saham di BRI Indeks Syariah yang terus mempertahankan momentum kenaikan. Selain itu juga ditopang produk reksadana pendapatan tetap Trimegah Dana Obligasi Nusantara yang fokus di obligasi korporasi, karena penurunan yield SBN turut mendongkrak harga obligasi korporasi.
Secara historis, yield SBN di 6,1% tergolong rendah dan ada risiko pembalikan arah. Sehingga strategi tetap bertahan di produk obligasi korporasi merupakan langkah konservatif agar terhindar dari koreksi harga SBN.
Investasi di Bareksa Robo Advisor
(Christian Halim/AM)
***
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.201,44 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.181,6 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,06 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.047,01 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.