BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Schroders : Reksadana Campuran, Pilihan Investasi Bijak Saat Pasar Bergejolak

Bareksa28 September 2018
Tags:
Schroders : Reksadana Campuran, Pilihan Investasi Bijak Saat Pasar Bergejolak
Karyawan bekerja di kantor Schroders Indonesia, Jakarta.

Kuncinya jika ingin berinvestasi harus dalam jangka panjang

Bareksa.com - Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve/The Fed dalam menaikkan suku bunga acuannya 25 basis poin (0,25) persen menjadi 2-2,25 persen menjadi salah satu sentimen yang paling menggerakkan pasar.

Dalam pernyataannya, The Fed menyatakan informasi yang diterima Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) sejak bertemu pada Agustus menunjukkan pasar tenaga kerja terus menguat dan kegiatan ekonomi telah meningkat pada tingkat yang kuat.

Penambahan lapangan kerja cukup kuat, secara rata-rata, dalam beberapa bulan terakhir, dan tingkat pengangguran tetap rendah. Pengeluaran rumah tangga dan investasi aset tetap bisnis telah tumbuh kuat.

Promo Terbaru di Bareksa

The Fed juga mempertahankan rencana untuk terus mengetatkan kebijakan moneternya, karena memperkirakan bahwa ekonomi AS akan menikmati setidaknya tiga tahun lagi pertumbuhan.

Selain itu, lembaga di bawah komando Jerome Powell tersebut memperkirakan masih akan ada kenaikan suku bunga lainnya pada bulan Desember, disusul tiga kali tahun depan, dan satu kali pada 2020.

Dengan demikian, median Federal Funds Rate menjadi 3,4 persen atau sekitar 50 bps (0,5 persen) di atas suku bunga yang dianggap netral. Karena itu, The Fed sudah resmi masuk ke fase kebijakan moneter ketat dan tidak ada lagi kata akomodatif.

Sikap kebijakan ketat yang diambil The Fed diproyeksikan akan tetap berlangsung sampai 2021, sesuai kerangka waktu proyeksi ekonomi terbaru dari bank sentral Negeri Paman Sam tersebut.

The Fed melihat bahwa pertumbuhan ekonomi AS lebih cepat dari perkiraan 3,1 persen tahun ini dan terus berkembang untuk setidaknya tiga tahun lagi, di tengah tingkat pengangguran yang rendah dan inflasi yang stabil di dekat target 2 persen.

Illustration
Sumber : Federal Reserve System

Menyusul kenaikan Fed Funds Rate, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung kemarin juga memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan 25 bps (0,25 persen) ke level 5,75 persen.

BI mempertimbangkan beberapa alasan yang menjadikan suku bunga acuan harus dinaikkan. Pada intinya, kenaikan suku bunga acuan tersebut demi menjaga daya tarik pasar keuangan domestik agar aliran modal tetap masuk ke dalam negeri.

Pada perdagangan Kamis, 27 September 2018, IHSG ditutup menguat 0,95 persen dengan berakhir di level 5.929,22 setelah tiga hari beruntun mengalami tekanan di awal pekan ini.

Bank Indonesia (BI) mempertimbangkan beberapa alasan yang menjadikan suku bunga acuan harus dinaikkan. Pada intinya, kenaikan suku bunga acuan tersebut demi menjaga daya tarik pasar keuangan domestik agar aliran modal tetap masuk ke dalam negeri.

"Fed Funds Rate naik karena memang respons terhadap inflasi AS yang naik. Jadi, sebenarnya secara teori, kalau bank sentral di negara itu menaikkan suku bunga, otomatis mata uang yang bersangkutan menjadi sangat kuat, The Fed menaikkan suku bunga juga berarti mata uang AS akan kuat, dampaknya ekspor akan jadi problem bagi AS," kata Bonny Iriawan, Excecutive Vice President Intermediary Business PT Schroder Investment Management Indonesia atau Schroders Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/9) .

Di tengah peliknya kondisi market Indonesia, dalam acara yang bertajuk "Pilihan Investasi Saat Market Bergejolak" diselenggarakan oleh Schroders ini Bonny Iriawan juga menjelaskan bahwa pilihan investasi yang cukup bijak bagi nasabah atau investor adalah dengan melakukan pendekatan portofolio.

"Pilihan investasi yang cukup bijak bagi nasabah adalah dengan melakukan diversifikasi portofolio, nasabah harus memahami portofolio investasi harus ada unsur pasar uang, obligasi dan sahamnya," ujar Bonny.

Bonny juga menjelaskan miniatur portofolio yang baik saat market bergejolak seperti sekarang ini adalah reksadana campuran. Selain itu, untuk masyarakat yang akan memulai berinvestasi di reksadana, ia mengibaratkan layaknya bayi yang baru berjalan.

"Ini sama seperti bayi yang baru berjalan ya, jadi masuk saja dulu ke reksadana pasar uang, ke obligasi (pendapatan tetap), campuran baru setelah itu ke saham, jadi menurut saya harus konservatif jadi masuk ke (reksadana) campuran dulu," kata Bonny.

Dia menyarankan bagi investor yang sudah lama berinvestasi di reksadana, terutama reksadana jenis saham. Investor sebaiknya berinvestasi di jangka panjang.

"Bagi investor yang investasinya masuk di awal tahun ya unrealize lost belum lost loh, kan sekarang harganya lebih turun, tapi untuk nasabah yang 3,5 sampai 10 tahun, dia sudah dapat gain. Mungkin kuncinya adalah kalau mau investasi itu harus jangka panjang," ungkapnya.

Dalam daftar reksadana yang tersedia di marketplace Bareksa, terdapat empat reksadana campuran kelolaan Schroders.

Di antaranya, reksadana Schroder Dana Terpadu II yang mencetak return 33,9 persen dalam 3 tahun per 27 September 2018 dan Schroder Dana Kombinasi yang mencetak untung 40 persen dalam 5 tahun per 27 September 2018.

Return Reksadana Campuran Schroders di Marketplace Bareksa per 27 September 2018

Illustration
Sumber : Bareksa

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.203,01

Up0,38%
Up5,34%
Up9,67%
Up9,80%
Up18,64%
Up8,72%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,67

Up0,46%
Up5,00%
Up8,82%
Up9,04%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.153,01

Up0,41%
Up4,45%
Up9,63%
Up9,89%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.044,45

Up1,10%
-----

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua