Investor Harus Kenali Resiko Pasar, Agar Tahu Cara Menghadapinya
Dalam berinvestasi pada reksadana, bukan hanya keuntungan saja yang perlu diperhatikan oleh investor, tetapi juga risiko

Dalam berinvestasi pada reksadana, bukan hanya keuntungan saja yang perlu diperhatikan oleh investor, tetapi juga risiko
Bareksa.com – Dalam berinvestasi pada reksadana, bukan hanya keuntungan yang perlu diperhatikan oleh investor, tetapi juga risikonya. Salah satu risiko yang selalu muncul adalah risiko pasar (market risk). (Baca Juga: Investasi Reksa Dana Tawarkan Untung, Tapi Ketahui Juga 6 Risikonya)
Risko pasar ini adalah risiko fluktuasi atau naik turunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang disebabkan oleh perubahan sentimen pasar keuangan (seperti saham dan obligasi) yang menjadi aset dalam pengelolaan portofolio reksa dana.
Risiko ini juga sering disebut dengan risiko sistematik (systematic risk) yang berarti risiko ini tidak bisa dihindari dan pasti akan selalu dialami oleh investor.
Promo Terbaru di Bareksa
Perubahan pergerakan aset di pasar keuangan ini banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Apalagi pada aset berupa saham atau reksadana jenis saham yang sangat sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kondisi politik di dalam negeri maupun luar negeri (global) yang melakukan kerjasama terhadap negara yang bersangkutan.
Fluktuasi harga atau NAB reksadana ini cenderung terjadi dalam jangka pendek. Misalnya saja pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menggambarkan pergerakan harian harga saham secara keseluruhan
Pada grafik di bawah ini, terlihat terjadi kenaikan, bahkan IHSG menyentuh level tertinggi sepanjang masa di level 6.685,25. yang menjadi katalis positif pergerakan IHSG karena adanya sejumlah sentimen positif dari dalam negeri. Surplus neraca pembayaran Indonesia 2017 tercatat US$ 11,6 miliar.
Bank Indonesia (BI) menyebutkan surplus ini ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat dibanding tahun sebelumnya, terutama dalam bentuk investasi langsung dan investasi portofolio.
Investor juga menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, yang akan memutuskan mengenai BI 7-Days Repo Rate. Selain itu, pelaku pasar tengah menunggu kinerja laporan keuangan emiten, yang diharapkan bisa menjadi katalis positif untuk menggerakkan pasar.
Pergerakan IHSG Periode 1 Tahun Terakhir

Sumber: Bareksa.com
Namun hingga penutupan perdagangan kemarin, IHSG parkir di level 5.667,32.
Sinyal awal tren pelemahan IHSG terjadi sejak adanya penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah. Hal itu disebabkan oleh adanya rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) yang ingin menaikan suku bunganya.
Seperti pada 26 Februari 2018, IHSG mulai turun 65,673 poin (0,98 persen) ke 6.554,673. Saat itu dolar AS mulai menuju level Rp13.700.
Setelah dolar tembus level Rp13.800, IHSG pun semakin terpuruk. Investor asing mulai menarik dananya dari pasar modal. Apalagi kini rupiah berada di level Rp14.300
Perbandingan Kinerja Reksa Dana dengan IHSG, Periode Setahun Terakhir

Sumber: Bareksa.com
Karena itu, dalam pergerakan harian pergerakan pasar keuangan seperti saham atau reksadana saham cukup fluktuatif karena adanya sentimen-sentimen.
Namun, apabila ditarik dalam jangka waktu yang relatif panjang, IHSG cenderung meningkat misalnya dalam tiga terakhir seperti yang tampak pada grafik di atas. IHSG tercatat meningkat 18,42 persen dan indeks reksadana saham juga tumbuh 4,59 persen di periode yang sama.
Menghadapi risiko fluktuasi pasar, masyarakat tidak perlu panik dan langsung mencairkan dana investasinya. Sebab, penurunan atau peningkatan aset seperti ini tidak terjadi secara terus-menerus (permanen).
Adakalanya harga atau NAB reksa dana akan jatuh lebih dalam atau kembali naik lagi secara signifikan. Kerugian yang terjadi akibat penurunan aset ini hanya sebagai pontesi rugi (potential loss) sepanjang investor tidak merealisasikan atau menjual reksadana tersebut.
Berinvestasi pada aset keuangan yang berisiko tinggi, ada baiknya investor menempatkan uangnya dalam jangka yang relatif panjang.
Selain return yang dihasilkan akan jauh lebih besar, potensi kerugian investasi dalam jangka pendek pun dapat diminimalisir.
Namun dalam hal ini, investor juga perlu menyesuaikan pemilihan produk keuangan yang tepat dengan tujuan investasi dan profil risiko masing-masing. (Baca Juga: Benarkah Investasi Reksa Dana Bisa Menguntungkan? Ini Rekam Jejak 10 Tahun)
(AM)
* * *
Ingin berinvestasi reksa dana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.202,74 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.182,32 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,7 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.045,13 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.