Harga Sukuk Mahal, Reksa Dana Syariah Bisa Jadi Alternatif Yang Menguntungkan

Bareksa.com – Sebagai salah satu jenis investasi syariah, sukuk atau obligasi berbasis syariah dapat menjadi alternatif pilihan investasi yang cukup menarik di tengah suku bunga yang mengalami tren penurunan saat ini. Apalagi, sukuk yang diterbitkan pemerintah memiliki tingkat keamanan tinggi dalam hal pembayarannya karena dijamin oleh Undang-Undang Surat Utang Negara dan APBN. (Baca Juga: Sepanjang 2016, Sukuk & Reksa Dana Syariah Cetak Untung Melebihi Bunga Acuan)

Hal tersebut, tak ayal membuat sukuk pemerintah semakin diminati oleh investor. Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), indeks komposit sukuk pemerintah (IGSIX) telah meningkat sejak awal tahun hingga per 7 November 2016 sebesar 14,12 persen dari 168,50 menjadi 192,23. Melonjaknya permintaan (demand) sukuk pemerintah ini tentunya menjadikan harga di pasar kian meningkat dan tergolong mahal (overvalued) dibandingkan dengan nilai wajarnya.

Salah satu contohnya sukuk yang diterbitkan pemerintah pada 10 Maret 2016 lalu, yakni SR-008. Saat ini harga di pasar sekunder telah naik menjadi 102 persen per tanggal 08 November 2016. Artinya, apabila kita ingin membeli sukuk ini di pasar sekunder dengan nilai nominal Rp10.000.000, maka kita harus membayarnya sekitar Rp10.200.000.

Padahal dengan kupon yang ditawarkan 8,03 persen per tahun dengan pembayaran kupon setiap bulan dan bersisa waktu jatuh tempo 2,36 tahun (sekitar 28 bulan), harga wajar sukuk ini sekitar Rp10.138.935.935 berdasarkan perhitungan present value (mendiskonto) dari kupon yang diterima setiap bulan dan pokok nominal pada saat jatuh tempo

Tentunya dengan harga pembelian sukuk yang terlalu mahal ini, akan membuat potensi tingkat pengembalian investasi kita pada sukuk akan berkurang. Oleh karena itu, agar tetap merasakan keuntungan berinvestasi syariah dengan risiko yang relatif rendah seperti sukuk, kita dapat memilih reksa dana pendapatan tetap syariah sebagai alternatifnya.

Reksa dana pendapatan tetap sendiri adalah salah satu produk keuangan yang minimal 80 persen asetnya berupa obligasi yang dikelola oleh Manajer Investasi dengan dana investasi yang bersumber dari sekumpulan nasabah (secara kolektif).

Salah satu reksa dana pendapatan tetap syariah yang memiliki potensi keuntungan yang baik adalah reksa dana MNC Dana Syariah. Dengan menggunakan Simulator Reksa Dana Bareksa, apabila kita menginvestasikan uang sebesar Rp10.000.000 pada reksa dana ini dalam kurun waktu 2,34 tahun (sekitar 28 bulan), maka potensi keuntungan yang didapat bisa mencapai 21,41 persen. Hal tersebut tampak pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel: Simulasi Investasi Reksa Dana MNC Dana Syariah

Hasil Investasi reksa dana MNC Dana Syariah dalam kurun waktu 2,34 tahun

Sumber: Bareksa.com

Berdasarkan Simulator tersebut, uang yang semula diinvestasikan sebesar Rp10 juta kini telah bertumbuh menjadi Rp12.141.360,46 dalam kurun waktu kurang lebih 2,34 tahun. Artinya, dalam hal ini rupanya menyimpan uang pada reksa dana pendapatan tetap seperti MNC Dana Syariah telah memberikan keuntungan sekitar Rp2.141.360,46.

Selain hasil yang lebih besar, rupanya hasil dari berinvestasi pada reksa dana juga bersifat bersih (nett) yang tidak dikenakan pajak. Jika kita berinvestasi langsung pada sukuk atau obligasi, maka kita bisa dikenakan pajak sebesar 15 persen dari hasil kupon (bunga) yang kita terima. Oleh karena itu berinvestasi pada reksa dana bisa lebih unggul dari sisi pajak sehingga keuntungan yang didapat bisa maksimal. (hm)

***

Butuh bantuan?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Hasil pemantauan dan penilaian ini hanya dapat dipergunakan sebagai tambahan informasi tambahan saja, bukan merupakan bentuk penawaran ataupun bentuk suatu rekomendari untuk membeli produk tersebut. Investor yang akan berinvestasi diwajibkan untuk membaca dan mengerti isi dari prospektus reksa dana masing-masing, melakukan tes asesmen profil resiko, menyesuaikan produk keuangan yang dibeli dengan jangka waktu dan profil risiko masing-masing, serta risiko dari masing-masing produk.