BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Studi Schroders : 2021, Investor Lebih Cenderung Berinvestasi di Aset Berisiko

Abdul Malik14 Desember 2021
Tags:
Studi Schroders : 2021, Investor Lebih Cenderung Berinvestasi di Aset Berisiko
Ilustrasi Schroders. (Shutterstock)

Persentase investor yang berinvestasi di produk berisiko tinggi tersebut meningkat jadi 44 persen untuk kelompok usia 18 - 37 tahun

Bareksa.com - Laporan Studi Investor Global Schroders 2021 mengungkapkan investor lebih cenderung beralih ke produk investasi berisiko tinggi di tengah pandemi sepanjang tahun ini.

Laporan yang berfokus pada investor ritel dan dirilis hari ini (14/12/2021) menyurvei lebih dari 23.000 responden dari 33 lokasi global, menemukan 37 persen investor bersedia untuk mengalokasikan investasi ke aset berisiko tinggi.

Persentase investor yang berinvestasi di produk berisiko tinggi tersebut meningkat jadi 44 persen untuk kelompok usia18- 37 tahun.

Promo Terbaru di Bareksa

"Hasil tersebut menunjukkan banyak orang merasa terdorong untuk mengambil risiko lebih besar untuk mengimbangi ketidakpastian pandemi Covid-19 dan kekhawatiran yang disebabkan oleh kenaikan inflasi, dan ini terjadi pada investor yang berusia lebih muda," ungkap laporan tersebut.

Menurut studi Schroders generasi lebih muda memiliki appetite atau selera risiko yang lebih besar dibandingkan generasi yang lebih tua.

Illustration

Sumber : Schroders

Survei ini menemukan 56 persen responden yang berusia 18-37 tahun dan 38-50 tahun mengharapkan imbal hasil di atas 10 persen per tahun dalam 5 tahun ke depan.

Harapan imbal hasil itu jauh lebih tinggi dibandingkan investor yang berusia di atas 71 tahun. di mana 39 persen responden mengharapkan imbalan 5 - 9 persen per tahun.

Generasi lebih tua mengharapkan pengembalian yang lebih rendah, karena orang umumnya melakukan penyesuaian terhadap profil risiko di tahap usia yang lebih lanjut. Umumnya usia semakin tua, biasanya investor lebih menghindari risiko.

Illustration

Sumber : Schroders

Investasi ke Aset Lebih Berisiko

Ketika dihadapkan pada skenario di mana suku bunga nol persen atau negatif, ditemukan 57 persen investor yang berusia 18-37 tahun mengatakan mereka akan berinvestasi ke aset yang lebih berisiko demi mengejar imbal hasil.

Sementara itu hanya 17 persen, responden investor yang berusia tersebut menyatakan mungkin akan membelanjakan uangnya dan kurang cenderung untuk menyimpan. Meskipun 68 persen dari kelompok usia ini menyatakan kinerja investasi mereka berdampak terhadap kesehatan mental mereka.

Kondisi berkebalikan terjadi di investor berusia 71 tahun ke atas, di mana 40 persen dari mereka lebih cenderung membelanjakan daripada menyimpan dananya ketika suku bunga 0 persen atau negatif.

Laporan Schroders menyatakan investor yang berusia lebih tua cenderung untuk tidak mengambil risiko dan lebih mungkin untuk membelanjakan. Meski begitu, mereka memiliki minat yang mengejutkan pada aset kripto.

Illustration

Sumber : Schroders

Dari perspektif geografis, 59 persen investor di Asia lebih mungkin untuk berinvestasi di aset lebih berisiko dalam kondisi suku bunga rendah, selanjutnya diikuti oleh Amerika (53 persen) dan Eropa (49 persen).

Untuk mengejar potensi keuntungan yang lebih tinggi ini, kebanyakan investor berinvestasi di aset-aset yang sebelumnya mereka anggap terlalu berisiko.

Secara khusus, sektor-sektor baru dan sedang berkembang, ada 3 jenis investasi teratas pertama kalinya selama setahun terakhir.

Tiga jenis investasi itu yakni saham-saham terkait kendaraan listrik menduduki posisi teratas paling diminati (24 persen), disusul reksadana biotech dan farmasi(23 persen). Sedangkan saham-saham internet dan teknologi dan mata uang kripto ada di urutan ketiga (22 persen).

Banyak yang masuk ke aset-aset baru yang berisiko lebih tinggi untuk pertama kalinya karena appetite/selera risiko meningkat

Illustration

Sumber : Schroders

Riset ini juga menemukan investor yang lebih terbuka untuk berinvestasi pada aset-aset berisiko tinggi, juga memiliki minat besar pada saham-saham internet dan teknologi, daripada reksadana real estate.

Investor yang lebih menyukai risiko, memiliki minat yang tinggi terhadap saham-saham internet dan teknologi. Meski begitu, mereka juga memiliki minat cukup tinggi untuk berinvestasi di logam mulia, meskipun outlook mereka pada dua sektor tersebut belum tentu bullish.

Jenis-jenis investasi teratas yang dibuat oleh orang dengan appetite/selera risiko lebih besar, selama setahun belakangan

Illustration

Sumber : Schroders

Mengejar Imbal Hasil Tinggi

"Riset kami mengindikasikan banyak orang merasa bahwa mereka sekarang harus mengambil lebih banyak risiko demi mengejar pengembalian (imbal hasil) karena pandemi yang terjadi," kata Lesley-Ann Morgan, Head of Multi-Asset Strategy Schroders.

Dia mengatakan kondisi ekonomi yang menantang tahun lalu tampaknya menyebabkan hal tersebut. Di tengah kondisi suku bunga rendah, pilihan-pilihan investasi yang lebih berisiko telah secara mengejutkan menjadi menarik, terutama untuk investor-investor yang lebih muda.Investor juga didorong untuk melihat ke kelas aset yang lebih luas.

Secara keseluruhan, kata dia, temuan-temuan ini menunjukkan proporsi investor yang terbuka untuk menerima risiko yang lebih besar telah meningkat. Meski begitu, sebanyak 63 persen investor menyatakan kinerja investasi mereka juga memiliki pengaruh pada kesehatan mental mereka.

"Karena itu seharusnya mereka melakukan pendekatan risiko yang lebih bijaksana," ungkap Lesley.

Michael T. Tjoajadi, Presiden Direktur Schroders Indonesia menambahkan temuan ini juga kembali menegaskan pentingnya investor untuk selalu memperhatikan tujuan investasi, horizon investasi dan profil risikonya.

"Sehingga investor dapat memilih produk investasi yang sesuai, tidak sekedar mengikuti tren yang terjadi tanpa memahami risiko sebuah investasi,” ujarnya.

Laporan ini merupakan hasil studi Schroders yang menugaskan Raconteur Media and iResearch untuk menyelenggarakan sebuah survei online independen ke 23.950 orang yang berinvestasi di 33 lokasi di seluruh dunia, termasuk Eropa, Asia dan Amerika dan lainnya.

Sebanyak 32 negara disurvei antara 16 Maret – 7 Mei 2021, sedangkan Malaysia disurvei pada 5 Juli – 2 Agustus 2021. Riset ini mendefinisikan responden yang merupakan investor sebagai mereka yang akan berinvestasi sekurangnya €10,000 (atau setara) dalam 12 bulan ke depan. Responden yang disurvei juga telah mengubah investasi mereka dalam 10 tahun terakhir.

​***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.


Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,22%
Up17,48%
Up42,87%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua