Direktur Schroders Indonesia, Irwanti : Outlook Pasar Modal Dibayangi Risiko Resesi Global 2023
Pasar saham masih akan cukup baik tahun depan, namun tidak sekuat di 2022, seiring normalisasi dari pertumbuhan laba korporasi
Pasar saham masih akan cukup baik tahun depan, namun tidak sekuat di 2022, seiring normalisasi dari pertumbuhan laba korporasi
Bareksa.com - Kinerja pasar modal sepanjang 2022 hingga Oktober memang bergejolak di tengah tekanan inflasi tinggi dan risiko resesi global di 2023. Bank Indonesia mencatat sepanjang 2022, berdasarkan data setelmen sampai dengan 27 Oktober, investor asing (nonresiden) mencatatkan jual bersih Rp177,08 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan beli bersih Rp74,73 triliun di pasar saham.
Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.565 per dolar AS dan yield (imbal hasil) SBN 10 tahun di level 7,55%. Sepanjang tahun berjalan hingga 27 Oktober, pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 7,75% di level 7.092.
Sumber : Bareksa
Promo Terbaru di Bareksa
Seiring gejolak pasar modal, kinerja industri reksadana nasional pada periode Januari - September 2022 juga belum menggembirakan. Meskipun mayoritas indeks reksadana di Bareksa membukukan kenaikan imbal hasil sepanjang tahun tahun berjalan (YTD), namun dari sisi dana kelolaan dan unit penyertaan masih menurun.
Hal ini terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan di mana dana kelolaan reksadana nasional mencatatkan penurunan pada periode Januari - Juli 2022 atau dalam 7 bulan beruntun. Baru kemudian pada Agustus 2022, dana kelolaan reksadana nasional mulai bangkit dengan kenaikan, namun belum mampu menutup penurunan yang sudah terjadi sebelumnya.
Setelah sempat naik pada Agustus 2022, dana kelolaan industri reksadana kembali menurun pada September 2022 senilai Rp533,9 triliun, secara bulanan turun 2% dan sepanjang tahun berjalan berkurang 8%. Unit penyertaan reksadana juga tercatat menurun 2% secara bulanan pada September 2022 dan minus 7% sepanjang tahun berjalan jadi 393,2 miliar unit.
Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report September 2022
Hingga kuartal III 2022, jenis reksadana di Bareksa yang mengalami kenaikan terbesar adalah reksadana campuran, disusul oleh reksadana indeks, reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap.
Melihat tingginya gejolak pasar modal hingga September, bagaimana prediksi kinerja pasar saham, SBN dan reksadana hingga akhir 2022 dan 2023? Berikut kutipan hasil wawancara Abdul Malik dari Bareksa dengan Irwanti, Investment Director, PT Schroder Investment Management Indonesia atau Schroders Indonesia (31/10/2022) :
Bagaimana gambaran industri pasar modal hingga akhir 2022, termasuk pasar saham (IHSG), SBN dan reksadana?
Kami melihat tahun 2022 merupakan tahun yang baik untuk saham seiring dengan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan laba korporasi pasca pandemi, serta Indonesia yang merupakan beneficiary dari harga komoditas yang melambung tinggi. Alhasil, investor asing berlomba-lomba masuk ke pasar saham Indonesia, melihat opsi yang cukup terbatas di pasar saham global yang saat ini menghadapi tekanan inflasi dan isu geopolitik.
Sebaliknya kenaikan inflasi dan suku bunga menyebabkan pasar SBN tertekan di tahun ini. Kami melihat sampai akhir tahun ini pasar saham masih akan terjaga dan cukup stabil di level sekarang melihat asing yang masih melihat Indonesia menarik secara valuasi dan fundamental serta melihat harga komoditas yang masih tinggi.
Melihat inflasi dan suku bunga yang mulai naik di Indonesia, maka kami melihat pasar obligasi masih banyak tekanan namun melihat kepemilikan asing yang telah turun sampai 15% dari 40% pre-covid dan dana asing yang outflow (keluar) cukup besar secara YTD, maka kami melihat downside (potensi penurunan) pasar obligasi sudah cukup terbatas dari level sekarang.
Return dari reksadana juga mengikuti kelas aset masing-masing, sehingga kami melihat pertumbuhan industri reksadana pun masih cukup sehat, melihat likuiditas di sistem perbankan yang masih besar. Hanya saja pemilihan kelas aset akan menyesuaikan dengan kondisi pasar.
Bagaimana outlook pasar modal di 2023, gambaran pasar saham, SBN dan reksadana di 2023?
Kami menilai pasar saham masih akan cukup baik di tahun depan namun tidak sekuat di tahun 2022, seiring normalisasi dari pertumbuhan laba korporasi di mana tahun 2022 sangat tertopang sektor komoditas. Di waktu yang sama negara-negara developed market (maju) juga terkena risiko resesi.
Sehingga kami melihat pasar saham dapat menghadapi volatilitas tahun depan. Namun selama pertumbuhan ekonomi terjaga dan penurunan harga komoditas lebih moderat, maka kami menilai pasar saham masih memiliki prospek yang cukup baik.
Pasar obligasi kemungkinan akan berbalik arah dan mulai menunjukkan penguatan di paruh kedua tahun 2023 dengan pemerintah yang berfokus untuk menurunkan defisit fiskal ke bawah 3%, serta Bank Indonesia yang kemungkinan sudah tidak agresif menaikkan suku bunga.
Tren-tren baru atau inovasi-inovasi apa di industri reksadana sepanjang 2022 dan apa yang akan jadi tren baru di 2023?
Dalam beberapa tahun ini distribusi reksadana telah banyak bisa menjangkau lebih banyak kalangan masyarakat secara lebih luas didukung oleh tersedianya saluran distribusi online.
Namun, penting untuk selalu memastikan pertumbuhan jumlah investor ini juga perlu dibarengi dengan literasi keuangan dan investasi. Selain itu, kami melihat bahwa ke depannya faktor keberlanjutan dan ESG (environment, social and governance) atau berwawasan lingkungan, sosial dan tata kelola yang baik akan semakin penting menjadi pertimbangan dalam dunia keuangan termasuk industri reksadana.
Kira-kira reksadana jenis apa yang akan cuan di 2023?
Kami menilai reksadana saham akan outperform dari reksadana obligasi di tahun 2022. Sedangkan untuk 2023, kami merasa di awal tahun reksadana saham masih akan bekinerja lebih baik dari obligasi, namun reksadana obligasi akan mulai membaik di semester II tahun 2023. Melihat keadaan tersebut reksadana campuran dapat menjadi pilihan di tahun 2023.
Apa saran Ibu buat investor agar bisa meraih cuan dari investasinya sepanjang tahun ini dan tahun depan?
Penting untuk selalu memperhatikan perkembangan pasar baik di pasar saham maupun obligasi. Namun demikian, perlu untuk selalu diingat bahwa investasi harus disesuaikan dengan kebutuhan, tujuan dan toleransi risiko masing-masing investor. Investor juga dapat berinvestasi dengan berkala dan melakukan diversifikasi untuk meminimalkan risiko, serta melakukan rebalancing portofolio investasinya jika dirasa perlu.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.368,28 | 0,86% | 4,08% | 6,43% | 7,84% | 18,84% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.086,49 | 0,90% | 4,61% | 6,31% | 6,76% | 3,36% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.831,16 | 1,04% | 4,02% | 5,89% | 7,46% | 17,42% | 41,90% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.070,1 | 0,76% | 3,88% | 6,14% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.246,28 | 0,68% | 3,59% | 5,41% | 6,88% | 19,54% | 35,46% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.