BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Bahana TCW : Potensi Gagal Bayar Evergrande Direspons Optimistis Pasar Domestik

Abdul Malik27 September 2021
Tags:
Bahana TCW : Potensi Gagal Bayar Evergrande Direspons Optimistis Pasar Domestik
Ilustrasi potensi gagal bayar perusahaan properti raksasa asal China, Evergrande Group yang mengakibatkan gejolak pasar beberapa waktu terakhir. (Shutterstock)

Jika sampai terjadi gagal bayar, dampaknya pun diperkirakan tidak akan separah krisis subprime mortgage 2008 karena ada dua point penting yang membedakan kedua kondisi tersebut

Bareksa.com - Potensi ketidakmampuan Evergrande Group atau Evergrande Real Estate Group dalam membayar kewajibannya yang jatuh tempo menimbulkan kekhawatiran para pelaku pasar global, tak terkecuali di Indonesia.

Para pelaku pasar dalam negeri merespons beragam terkait isu gagal bayar perusahaan pengembang properti terbesar kedua di Tiongkok ini dan meminta semua pihak untuk mengantisipasi dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.

Hal ini didasarkan pada eratnya hubungan perekonomian China-Indonesia dan posisi China sebagai salah satu tujuan utama ekspor Indonesia. Sehingga dikhawatirkan potensi goncangan pada perekonomian China akan memberikan spillover pada perekonomian Indonesia. Pasalnya, China adalah salah satu mitra dagang dan tujuan ekspor utama Indonesia bersama Amerika Serikat dan Jepang.

Promo Terbaru di Bareksa

Bahkan ada pandangan yang mengaitkan potensi permasalahan yang membelit Evergrande Group ini dengan krisis subprime mortgage 2008. Seperti diketahui, krisis tersebut telah menyeret Lehman Brothers ke jurang kebangkrutan dan mengakibatkan krisis keuangan yang menguncang ekonomi di dunia.

Menanggapi hal ini, Kepala Ekonom PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW), Budi Hikmat, mengatakan, sejauh ini, regulator dan pelaku pasar masih menanggapi secara optimistis isu gagal bayar Evergrande. Jika pun memang terjadi gagal bayar, dampaknya pun diperkirakan tidak akan separah krisis subprime mortgage 2008 karena ada dua point penting yang membedakan kedua kondisi tersebut.

Pertama, berbeda dengan kejadian 2008, permasalahan gagal bayar Evergrande ini telah diketahui dan dapat diperkirakan sejak lama oleh pasar. Ketika tiga seri surat utang Evergrande telah mengalami penurunan nilai sejak Mei 2021, pada bulan Juni 2021 S&P telah men-downgrade peringkat utang mereka dan ujungnya September Evergrande disebut hampir default. Ada masa di mana pasar telah aware akan potensi ini dan memberikan ruang untuk mengantisipasi dampaknya,” jelas Budi dalam keterangannya (27/9/2021).

“Kedua, menghadapi potensi gagal bayar ini, Evergrande masih memiliki land and property inventory (cadangan lahan dan properti) yang cukup mumpuni dan dapat dikonversi untuk membayar utang jatuh tempo mereka. Hal ini berbeda dengan kejadian 2008 di mana perusahaan yang berpotensi gagal bayar hanya memiliki paper assets berupa derivative.” Tambah Budi.

Bayar Obligasi

Hal positif lain yang direspons pasar dan membuat isu gagal bayar Evergrande adalah, Evergrande melalui keterbukaan informasi ke otoritas bursa Tiongkok menyatakan mereka akan tetap membayar bunga salah satu bond berdenominasi yuan yang jatuh tempo pada 23 September 2021 sebesar 232 juta Yuan.

Selain itu, pemerintah China melalui beberapa kesempatan dikabarkan akan turun tangan dalam melakukan restrukturisasi utang Evergrande dan likuidasi sejumlah aset potensial.

“Sehingga dalam jangka pendek, kami masih optimistis potensi gagal bayar Evergrande ini hanya akan berdampak minim terhadap perekonomian Indonesia dan tidak akan se-sistemik krisis 2008 lalu. Memang permasalahan ini akan berdampak pada bondholders Evergrande, namun belum akan membuat sistem keuangan global kolaps," Budi menjelaskan.

Namun, apabila ke depan diketahui ternyata permasalahan semakin besar dan di luar kendali Pemerintah China, kata Budi, maka perlu diwaspadai potensi pelemahan sektor properti dan infrastruktur China pasca kejadian tersebut. Karena hal ini mungkin akan berdampak pada demand ekspor komoditas Indonesia, khususnya pada ekspor iron and steel ke China yang selama ini menjadi salah satu komoditas unggulan ke negeri Tirai Bambu tersebut.

"Karena itu, walaupun kondisi saat ini masih positif, namun pelaku pasar di Indonesia masih perlu memberikan perhatian dan melakukan analisa tajam untuk mengantisipasinya,” tutup Budi.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,83

Up0,43%
Up3,55%
Up0,02%
Up5,95%
Up19,11%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,51

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,20%
Up17,66%
Up42,85%

STAR Stable Income Fund

1.915,47

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,99%
Up60,26%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.758,34

Down- 0,10%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,30%
Up47,85%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,12

Up0,08%
Up2,01%
Up0,02%
Up2,91%
Down- 1,48%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua