BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Biden atau Trump Menang Pilpres AS? Ini Dampak ke IHSG dan Reksadana Saham

Hanum Kusuma Dewi06 November 2020
Tags:
Biden atau Trump Menang Pilpres AS? Ini Dampak ke IHSG dan Reksadana Saham
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) dan kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden (kanan) saat debat kampanye calon presiden putaran kedua di Belmont University di Nashville, Tennessee, AS pada 22 Oktober 2020. (REUTERS/Jonathan Ernst)

Dalam skenario dasar Maybank AM, pasar saham bisa memberi return 8-10 persen di 2021

Bareksa.com - Belakangan ini, fokus pelaku pasar tertuju pada pemilihan umum presiden Amerika Serikat (pilpres AS) dengan pertarungan ketat antara petahana Donald Trump dari Partai Republik melawan Joe Biden dari Partai Demokrat.

Pada perdagangan kemarin, Kamis 5 November 2020, pasar saham dan pasar obligasi negara Indonesia bergerak positif, terdorong sentimen pilpres AS yang berjalan lancar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang jadi acuan pasar modal ditutup naik 3 persen dan obligasi negara bertenor 10 tahun mengalami penurunan yield ke 6,6 persen.

Grafik Pergerakan IHSG Sejak Awal Pekan

Promo Terbaru di Bareksa

Illustration
Sumber: Yahoo Finance

Head of Research & Fund Manager PT Maybank Asset Management, Bagus Adi Yoga Prawira, menjelaskan bahwa sejauh ini penyelenggaraan pilpres AS berjalan lancar.

"Ini implikasinya positif bila para kandidat bisa menerima hasil baik menang ataupun kalah," ujarnya dalam Webinar Talkshow oleh Maybank Asset Management bertajuk The Impact of US Election on Indonesian Capital Market and Political Landscape.

Yoga memandang bahwa kemenangan Joe Biden bisa memberikan sentimen positif terhadap pasar saham dalam jangka menengah. Akan tetapi, setelah itu belum dapat dipastikan karena stimulus dan kebijakannya masih belum terlihat.

Di samping itu, hal yang juga menjadi sorotan pasar saham adalah stimulus ekonomi yang masih tertunda hingga penyelenggaraan pilpres AS. Presiden Donald Trump sebelumnya sudah setuju untuk memberikan stimulus, tetapi nilainya belum disepakati oleh senat dan parlemen.

"Senat yang didominasi Partai Republik mau stimulus US$400 miliar, tetapi Demokrat mau Rp2 triliun. Akhirnya diajukan stimulus US$1,8 triliun, yang belum disepakati senat, padahal Trump sudah oke. Sebenarnya, stimulus US$700 miliar sampai US$1 triliun sudah cukup positif bagi pasar," kata Yoga.

Bila Biden menang, lanjut Yoga, bisa menjadi satu katalis positif yang tidak langsung bagi Indonesia dan bisa membawa dana asing masuk pasar saham (capital inflow). Dengan hasil pilpres AS yang aman, Biden menang, dolar bisa melanjutkan tren pelemahan dan rupiah jadi menguat. "Ini satu katalis untuk capital inflow, tetapi fundamental tidak banyak berubah karena efeknya tidak langsung," jelasnya.

Grafik Pergerakan Kepemilikan Asing di Pasar Saham

Illustration
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Bareksa.com

Sementara itu, bila Trump menang, Yoga melihat dampaknya bagi negara emerging market seperti Indonesia kurang menarik. Sebab, sifat Trump sulit diprediksi (unpredictable) sehingga mudah membuat pasar fluktuasi.

"Siapapun yang menjadi presiden AS, kandidat yang bisa didukung oleh Kongres itu bisa positif bagi pasar," ujar Yoga.

Ke depannya, Yoga memandang bahwa efek pemilu AS ini hanya sebentar dan akan ada volatilitas lagi kedepan, dengan tema utama penemuan vaksin di 2021. Bila vaksin bisa didistribusikan dengan baik pada kuartal pertama tahun depan, pasar optimis bisa memberikan imbal hasil baik (return).

"Kita expect return bisa 8-10 persen pada 2021 dengan base case. Kalau good case, vaksin bisa diberikan lebih awal, return bisa mencapai 15 persen di 2021," kata Yoga.

Maybank AM sendiri akan lebih fokus pada saham-saham dengan valuasi baik (value stock). Bila ekonomi kembali normal, dari keadaan sekarang yang tertekan, saham-saham perusahaan dengan bisnis baik akan kembali tumbuh seperti di sektor ritel, konsumer, hingga semen.

Adapun faktor lain dari domestik seperti stimulus ekonomi Indonesia, yaitu Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), realisasinya belum optimal karena masih di bawah 55 persen. Selain itu, regulasi pendukung Omnibus Law UU Cipta Kerja juga masih ditunggu. Kemudian, rencana pembentukan Sovereign Wealth Fund atau Lembaga Pengelola Investasi juga bisa berdampak pada sektor infrastruktur dan properti.

Bagi investor pasar modal, baik mereka yang investasi saham ataupun reksadana saham, ada baiknya untuk terus berinvestasi. Meski ada volatilitas di pasar saham, penurunan bisa menjadi peluang membeli di harga murah dengan harapan nilai investasi akan naik bila ekonomi dan pasar kembali tumbuh di masa depan.

* * *

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.



Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,21

Down- 0,04%
Up3,59%
Up0,02%
Up5,46%
Up18,25%
-

Capital Fixed Income Fund

1.767,05

Up0,56%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,17%
Up43,56%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,46

Down- 0,79%
Up3,43%
Up0,01%
Up3,97%
Up18,39%
Up46,82%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,61

Down- 0,45%
Up1,56%
Up0,01%
Up2,14%
Down- 2,42%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,61

Up0,53%
-
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua