Obligasi Indonesia Tertekan Jelang Rapat The Fed, Investor Pilih Dolar AS?
Investor sepertinya mulai mengambil posisi menantikan rapat The Fed pada 13 Juni

Investor sepertinya mulai mengambil posisi menantikan rapat The Fed pada 13 Juni
Bareksa.com - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia masih dalam tren melemah seiring tekanan dari pasar global. Sepertinya aksi jual masih menekan pasar Surat Berharga Negara (SBN), yang terlihat dari peningkatan imbal hasilnya.
Per 6 Juni 2018, yield SBN seri FR0064 tenor 10 tahun berada di 7,09 persen. Bahkan, hingga pukul 10.45 WIB hari ini 7 Juni 2018, yield FR0064 terus melemah dan saat ini sudah berada di level 7,22 persen.
Sebagai informasi, kenaikan yield menunjukkan terjadi tekanan di pasar obligasi karena harga turun. Penurunan harga berarti SBN sedang kurang peminat atau malah terjadi aksi jual.
Promo Terbaru di Bareksa

Sumber : Bareksa.com
Menurut analisis Bareksa, kemungkinan arus modal mengarah ke Amerika Serikat (AS). Ini terlihat dari yield obligasi negara Negeri Paman Sam yang turun. Untuk tenor 10 tahun, saat ini yield berada di 2,974 persen. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 2,975 persen.
Investor sepertinya mulai mengambil posisi menantikan rapat The Fed pada 13 Juni. Kemungkinan besar The Fed akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 1,75-2 persen. Probabilitasnya mencapai 93,8 persen, mengutip CME Fedwatch.

Sumber : CMEgroup.com
Potensi kenaikan suku bunga acuan di AS semakin nyata dengan rilis sejumlah data terbaru. Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan membaiknya data pengangguran AS yang pada Mei 2018 kembali turun menjadi 3,8 persen dari sebelumnya 3,9 persen atau yang terendah sejak April 2000. (Baca Juga : Data Pengangguran AS Terus Membaik, The Fed Kembali Naikkan Suku Bunga?)
Jumlah pengangguran AS turun 281.000 menjadi 6,07 juta jiwa dan jumlah tenaga kerja meningkat 293.000 menjadi 155,47 juta jiwa. Menurunnya tingkat pengangguran merupakan salah satu indikator semakin membaiknya perekonomian AS.
Menurunnya tingkat pengangguran ini juga di bawah ekspektasi konsensus yang berarti bagus bagi pertumbuhan ekonomi AS.
Ada satu lagi, yaitu neraca perdagangan AS yang membaik. Pada April, neraca perdagangan AS mencatat defisit US$46,2 miliar. Ini lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar yaitu minus US$49 miliar. Juga lebih baik dibandingkan neraca perdagangan Maret, yang membukukan defisit US$47,2 miliar.
Dengan adanya potensi kenaikan suku bunga, memegang aset dalam dolar AS atau greenback menjadi menguntungkan. Mungkin faktor ini yang menyebabkan investor masuk ke pasar obligasi AS dan meninggalkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.202,74 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.182,32 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,7 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.045,13 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.