BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : BUMI Bidik Volume Produksi 92 Juta Ton, HRUM Akuisisi AKR Coal

28 Maret 2018
Tags:
Berita Hari Ini : BUMI Bidik Volume Produksi 92 Juta Ton, HRUM Akuisisi AKR Coal
Sejumlah pekerja berada di atas kapal tongkang berisi batu bara saat akan bersandar di Pelabuhan Tegal, Jawa Tengah, Senin (16/5). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Realisasi kredit sindikasi BNGA Rp45,9 triliun, WSKT divestasi tiga ruas tol melalui RDPT, penjualan SGRO Rp3,62 triliun

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu 28 Maret 2018 :

PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Emiten pertambangan batu bara, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menargetkan volume produksi pada 2018 sebesar 92 juta ton, naik 9,52 persen year on year (yoy) dari realisasi 2017 sebesar 84 juta ton.

Promo Terbaru di Bareksa

Direktur & Corporate Secretary Bumi, Resources Dileep Srivastava, mengungkapkan pada 2017 perusahaan merealisasikan penjualan 84 juta ton dari kedua anak usahanya, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin.

Atas kinerja penjualan 2017, kami menerima pendapatan secara konsolidasi US$4,7 miliar. Tapi laporan keuangan resmi baru keluar Kamis nanti.

PT Harum Energy Tbk (HRUM)

Emiten pertambangan batu bara HRUM membeli 99,99996 persen saham PT Bumi Karunia Pertiwi senilai Rp31,5 miliar.

Direktur Utama Harum Energy, Ray A. Gunara, menyebutkan pada 23 Maret 2018 perusahaan telah membeli sekitar 2,5 juta saham milik PT Anugrah Karya Raya dalam PT Bumi Karunia Pertiwi atau setara dengan 99,99996 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor.

"Harga jual beli sekitar Rp31,5 miliar. Dampak terhadap kegiatan operasional, keuangan, hukum, dan kelangsungan usaha tidak ada," paparnya dalam keterbukaan informasi.

Berdasarkan data di situs, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), perusahaan memasuki bisnis pertambangan batu bara pada 2009 dengan mengakuisisi 87,5 persen saham PT Anugrah Karya Raya, yang kemudian disebut sebagai AKR Coal.

Saat ini, AKRA sudah memiliki 96,75 persen saham AKR Coal. AKR Coal mengendalikan 5 konsesi yang mencakup luasan tambang 24.388 hektare di Kalimantan Tengah.

PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA)

BNGA mencatat realisasi kredit sindikasi Rp45,9 triliun sepanjang 2017 lalu. Keterlibatan Bank CIMB Niaga dalam kredit sindikasi 15 persen.

Seiring dengan pertumbuhan kredit sindikasi, komposisi kredit modal kerja tercatat juga mengalami kenaikan. Pada akhir 2017 komposisi kredit modal kerja sebesar 53,1 persen dari total kredit

PT Waskita Karya Tbk (WSKT)

Anak usaha WSKT, PT Waskita Toll Road (WTR) akan menjual kepemilikannya di tiga ruas tol yang dimiliki perusahaan lewat PT Waskita Tol Transjawa. Divestasi itu akan dilakukan lewat instrumen Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT). Adapun ketiga ruas tol tersebut adalah Kanci - Pajagan, Pajagan - Pemalang, dan Pasuruan - Probolinggo.

Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan (KSPP) Kementerian BUMN Ahmad Bambang mengungkapkan sejauh ini, RDPT Waskita Karya sudah mendapat surat efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Divestasi tiga ruas tol lewat RDPT itu membidik dana Rp 5 triliun.

PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR)

Emiten industri kemasan plastik, IGAR membukukan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp52,01 miliar, atau naik 11,2 persen year-on-year.

Meskipun penjualan bersih Champion Pacific Indonesia mengalami turun 3,8 persen secara tahunan menjadi Rp761,92 miliar pada 2017, dari posisi Rp792,79 miliar pada 2016.

Adapun, penjualan bersih yang dimiliki oleh emiten plastik untuk segmen farmasi senilai Rp659,63 miliar, dan non-farmasi senilai Rp102,29 miliar. Penjualan bersih ke segmen farmasi tumbuh 3,95 persen secara tahunan pada 2017, dan non farmasi turun 35 persen sepanjang 2017.

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO)

Emiten perkebunan SGRO mengantongi penjualan sebesar Rp3,62 triliun pada 2017, naik 24,4 persen year-on-year (yoy) dari sebelumnya Rp2,91 triliun.

Pendapatan 2017 mencapai Rp3,62 triliun, atau naik 24,4 persen dari 2016 sebesar Rp2,91 triliun. Beban pokok juga meningkat menjadi Rp2,65 triliun dari sebelumnya Rp2,27 triliun.

Namun, pada 2017 perusahaan mengalami beban pajak penghasilan Rp178,30 miliar, berbalik dari manfaat pajak penghasilan pada 2016 sejumlah Rp192,53 miliar. Faktor tersebut menekan laba tahun berjalan menjadi Rp303,03 miliar dari sebelumnya Rp459,36 miliar.

Laba bersih perusahaan terkoreksi menjadi Rp287,66 miliar. Nilai itu turun 34,9 persen yoy dari pencapaian 2016 sebesar Rp441,88 miliar.

PT Electronic City Indonesia Tbk. (ECII)

Rugi emiten peritel elektronik, ECII sepanjang 2017 menyusut dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun, rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp9,79 miliar per 2017, mengecil dari posisi Rp32,26 miliar pada 2016.

Nilai pendapatan yang dibukukan oleh Electronic City Indonesia pada 2017 mencapai Rp1,81 triliun, atau naik 9,69 persen dari posisi Rp1,65 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. (AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.203,01

Up0,38%
Up5,34%
Up9,67%
Up9,80%
Up18,64%
Up8,72%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,67

Up0,46%
Up5,00%
Up8,82%
Up9,04%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.153,01

Up0,41%
Up4,45%
Up9,63%
Up9,89%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.044,45

Up1,10%
-----
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua