BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Schroders Prediksi Laba per Saham IHSG Naik 13,6 Persen, Sektor Apa Pilihannya?

02 Maret 2018
Tags:
Schroders Prediksi Laba per Saham IHSG Naik 13,6 Persen, Sektor Apa Pilihannya?
Tiga orang wanita melintasi layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/2). Pada penutupan perdagangan akhir pekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 39 poin atau 0,6 persen ke level 6.505. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Pertumbuhan EPS tahun ini akan ditopang oleh sektor finansial, terutama perbankan

Bareksa.com – PT Schroders Investment Management Indonesia menilai pasar saham tahun 2018 masih akan menarik karena masih memiliki ruang untuk menguat. Schroders memperkirakan laba bersih per saham (earning per share ratio/EPS) emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia bakal tumbuh sekitar 13,6 persen.

Executive Vice President Intermediary Business Schroders Indonesia, M Renny Raharja mengatakan, pasar saham Indonesia masih berpotensi menguat. Dia juga mengatakan bahwa banyak klien Schroders yang menyatakan tidak takut untuk masuk ke pasar saham.

“Investor tidak takut karena pasar saham likuid, dan saat mendekat pemilu and Pilkada biasanya pasar modal bergairah,” terangnya di Jakarta, Kamis, 1 Maret 2018.

Promo Terbaru di Bareksa

Hal yang berbeda dialami sektor riil. Masyarakat dan pengusaha masih menahan diri untuk berinvestasi di sektor riil karena menunggu perkembangan arah politik.

Dia juga memandang, perekonomian Indonesia tahun ini diprediksi masih solid. Pada dasarnya setiap pagelaran pemilu terjadi akan memacu konsumsi masyarakat. Oleh sebab itu, dia memperkirakan pertumbuhan EPS sektor konsumer bahan pokok menjadi salah satu sektor yang bakal positif tahun ini.

Menurut Schroders, pertumbuhan EPS tahun ini akan ditopang oleh sektor finansial, terutama perbankan, yang akan berkontribusi sebesar 6,4 persen. Kemudian, sektor bahan pokok diproyeksi menyumbang 1,9 persen, telekomunikasi 1,8 persen dan discretionary 1,5 persen. Sementara sektor lainnya diperkirakan akan tumbuh di bawah 1 persen.

Sementara itu, sepanjang tahun lalu, bursa saham di Asia Pasifik sudah meningkat signifikan. Beberapa negara bahkan mencapai pertumbuhan hingga 30-40 persen dalam satu tahun.

Setelah meningkat tinggi, harga saham-saham di negara tersebut tentunya sudah tidak murah. Dia juga memperkirakan pertumbuhan laba bersih emiten Indonesia tahun ini seharusnya lebih baik.

“Harusnya tahun ini growth pasar saham Indonesia lebih kompetitif dibandingkan negara lain,” ujarnya.

Sementara untuk surat utang, dia memandang masih ada potensi pertumbuhan yang bagus untuk surat utang negara (SUN) berdenominasi rupiah. Potensi pertumbuhan tersebut terjadi karena selisih antara kupon SUN berdenominasi rupiah dengan obligasi Amerika Serikat (AS).

Renny memandang tahun ini sebenarnya cukup menantang. Tetapi pertumbuhan pasar saham dan obligasi rupiah masih bagus.

Hanya saja, surat utang negara berdenominasi dolar AS akan cukup tertekan karena selisih kuponnya hanya berbeda sekitar 0,5 persen dibandingkan obligasi AS. Padahal, risiko investasi antara Indonesia dan AS terpaut cukup jauh.

Lebih lanjut dia mengungkapkan asset class yang akan terdampak tahun ini adalah obligasi dolar AS, karena patokan investor untuk asset class tersebut hanya satu, yaitu obligasi AS. Saat ini yield US Treasury bertenor 10 tahun hampir mencapai 3 persen, sementara kupon obligasi Indonesia dolar AS 3,5 persen.

“SUN rupiah berbeda karena spread-nya masih lebar. Hanya saja tantangannya adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” katanya.

Saat ini, bank sentral di sejumlah negara tengah dalam tren menaikkan suku bunga. Menurut Renny, seharusnya bank sentral Indonesia lebih bijak dengan tidak mengikuti menaikkan suku bunga untuk menjaga growth ekonomi.

Tahun lalu, Bank Indonesia telah menurunkan tingkat suku bunga Indonesia sebanyak tiga kali. Meskipun demikian, tingkat bunga kredit masih belum turun.

“Mau tidak mau perlu dipaksa menurunkan suku bunga kredit agar pengusaha dapat memutar uangnya,” terang dia. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.203,01

Up0,38%
Up5,34%
Up9,67%
Up9,80%
Up18,64%
Up8,72%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,67

Up0,46%
Up5,00%
Up8,82%
Up9,04%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.153,01

Up0,41%
Up4,45%
Up9,63%
Up9,89%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.044,45

Up1,10%
-----
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua