Empat Faktor ini Jadi Alasan Pentingnya BI Turunkan Suku Bunga Acuan
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin
Bareksa.com – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen. Pertimbangan penurunan ini untuk menggenjot pertumbuhan kredit tahun depan di kisaran 10-12 persen. Menurut analisis Bareksa, ada empat faktor yang mendasari keputusan Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneternya, antara lain :
1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal II
Beberapa perkembangan terbaru yang dapat mengubah arah kebijakan BI sudah terlihat sejak bulan lalu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia meski masih berada di atas 5 persen dinilai masih cenderung stagnan pertumbuhannya secara tahunan meski secara kuartalan meningkat 4 persen dan pertumbuhan kredit pada kuartal II 2017 cenderung tidak menggembirakan. Ini menunjukkan pertumbuhan yang lambat dan lemahnya permintaan domestik yang biasanya menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. (Baca Juga : Ekonomi Tumbuh 5,01 Persen di Kuartal II Didorong Konsumsi Lembaga Non Profit)
Promo Terbaru di Bareksa

2. Penyesuaian Tarif Listrik
Dengan adanya program pemerintah untuk membelanjakan uang negara ke arah yang lebih efisien, tarif listrik menjadi satu target yang diperkirakan akan dilepas subsidinya secara bertahap.
Hal ini meningkatkan risiko inflasi yang terlalu rendah dan membuat pertumbuhan PDB (Produk Domestik) Bruto) berada di bawah target, dikarenakan masyarakat cenderung menahan diri untuk berbelanja dan lebih memilih untuk ditabung guna membiayai kebutuhan lainnya yang sifatnya lebih mendesak seperti tarif listrik salah satunya. (Baca Juga : Subsidi Listrik 900 VA Dicabut, Berapa potensi Dana Subsidi Terkumpul?)


Kondisi tersebut terutama disebabkan pengaruh kenaikan harga listrik yang mungkin telah tercermin sebelumnya pada tingkat harga saat ini. Akibatnya, bank sentral perlu mulai melonggarkan kebijakan moneter.
Pelonggaran tersebut dapat berupa pemotongan suku bunga acuan. Selain itu, bank sentral juga dapat melakukan pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur lainnya apabila fluktuasi mata uang masih menjadi perhatian utama.
3. Pemangkasan belanja pemerintah yang tak terduga
Ketika permintaan swasta masih cenderung lemah, hal ini juga menambah urgensi bagi BI untuk mengeluarkan kebijakan yang bisa meningkatkan konsumsi dan investasi swasta. Karena itu, BI perlu mulai memangkas suku bunga. Pendekatan tersebut mungkin akan menghasilkan transmisi kebijakan moneter yang lebih lama.
4. Faktor Eksternal
Dari sisi eksternal, meski Indonesia masih menghadapi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan, namun arus modal yang masuk ke obligasi pemerintah Indonesia masih akan cukup kuat setidaknya hingga akhir tahun 2017.
Ini mengingat imbal hasil obligasi rupiah yang masih menarik. Di samping itu, nilai tukar rupiah pun saat ini lebih stabil. Ketidakmampuan pemerintah dan Kongres AS dalam memasukkan undang-undang penting juga menjadi celah bagi BI untuk memangkas suku bunga. (Baca Juga : Jika BI Turunkan Suku Bunga, Maka Yield Obligasi Berpeluang ke Level 6,5 Persen)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.203,01 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.182,67 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.153,01 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.044,45 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.