BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Survei BI Perkirakan Pertumbuhan Kredit Bank Menguat Tahun Ini

17 April 2017
Tags:
Survei BI Perkirakan Pertumbuhan Kredit Bank Menguat Tahun Ini
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bersiap memberikan keterangan pers seusai Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Pada kuartal I-2017, pertumbuhan kredit diperkirakan masih melambat karena sesuai dengan pola historisnya

Bareksa.com - Survei Perbankan menunjukkan pertumbuhan kredit melambat pada kuartal I-2017. Namun secara keseluruhan, responden yang merupakan bankir nasional optimistis pertumbuhan kredit tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.

Berdasarkan Survei Perbankan yang dirilis oleh Bank Indonesia pada kuartal I-2017, responden memperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 13,2 persen (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan kredit pada survei kuartal IV-2016 yang ditargetkan tumbuh 13,1 persen (yoy).

"Peningkatan perkiraan ini disebabkan oleh perkiraan kondisi ekonomi yang semakin membaik, penurunan suku bunga kredit, penurunan risiko penyaluran kredit, dan meningkatnya kualitas portofolio kredit responden," tulis Survei Perbankan Indonesia yang dirilis oleh BI belum lama ini.

Promo Terbaru di Bareksa

Kendati demikian, pada kuartal I-2017, pertumbuhan kredit diperkirakan masih melambat karena sesuai dengan pola historisnya. Indikasi ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada kuartal I-2017 sebesar 52,9 persen, lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 85,6 persen.

"Permintaan pembiayaan dunia usaha dan rumah tangga yang masih rendah pada awal tahun menjadi faktor utama yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan kredit baru selama kuartal I-2017," tulis Survei Perbankan.

Perlambatan pertumbuhan kredit baru terjadi pada semua jenis kredit. Hal tersebut tercermin dari SBT kredit modal kerja yang menurun dari 84,2 persen menjadi 51,9 persen, SBT kredit investasi menurun dari 69,9 persen menjadi 65,9 persen, dan SBT kredit konsumsi menurun dari 72,8 persen menjadi 40,5 persen.

Khusus pada kredit konsumsi, melambatnya pertumbuhan kredit baru juga terjadi pada semua jenis kredit. SBT kredit kepemilikan rumah atau apartemen (KPR/KPA) menurun dari 76,9 persen menjadi 49,1 persen dan kredit kendaraan bermotor (KKB) menurun dari 39,1 persen menjadi 18,6 persen.

Sementara berdasarkan sektor ekonomi, permintaan kredit pada 10 sektor ekonomi melambat secara kuartalan dan lima sektor ekonomi menurun, terutama pada sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan golongan debitur, perlambatan terutama terjadi untuk jenis debitur non usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan UMKM non kredit usaha rakyat (KUR).

Lebih lanjut, responden memperkirakan pertumbuhan kredit baru akan menguat pada kuartal II-2017. Hal ini tercermin dari SBT permintaan kredit baru sebesar 98,5 persen, lebih tinggi dari 52,9 persen pada kuartal sebelumnya. "Perkiraan kondisi ekonomi yang lebih baik dari kuartal sebelumnya, penurunan risiko penyaluran kredit dan rencana penurunan suku bunga kredit merupakan faktor utama yang mendorong optimisme responden," tulis survei tersebut.

Pada kuartal II-2017, prioritas utama penyaluran kredit adalah kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi, dan kredit konsumsi. Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, prioritas utama adalah sektor industri pengolahan, diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran, dan sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan.

Kebijakan penyaluran kredit perbankan diperkirakan lebih longgar pada kuartal II-2017. Hal ini tercermin dari SBT kebijakan penyaluran kredit sebesar 3,5 persen pada kuartal II-2017, lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang mencapai 15,5 persen. Pelonggaran kebijakan kredit tersebut berupa pemberian suku bunga kredit yang lebih rendah seiring dengan perkiraan kondisi ekonomi ke depan yang lebih baik dan meningkatnya kondisi likuiditas responden.

Pada kuartal II-2017, rata-rata biaya yang dikeluarkan bank atas dana yang ditempatkan atau cost of fund(CoF), dalam rupiah sebesar 6,29 persen. Sementara itu, biaya dana yang dioperasionalkan perbankan untuk memperoleh pendapatan atau cost of loanable fund(CoLF) diperkirakan menurun 4 persen menjadi 9,64 persen.

Meskipun biaya dana relatif tetap, rata-rata suku bunga kredit rupiah diperkirakan menurun pada kuartal II-2017. Rata-rata suku bunga kredit modal kerja rupiah menurun 28 bps menjadi 12,22 persen per tahun, suku bunga kredit investasi menurun 36 bps menjadi 12,26 persen per tahun dan suku bunga kredit konsumsi menurun 6 bps menjadi 14,54 persen per tahun. Untuk kredit konsumsi, penurunan suku bunga kredit tertinggi diperkirakan terjadi pada kartu kredit sebesar 31 bps, lalu KKB menurun 14 bps dan KPR/KPA sebesar 5 bps.

Sementara itu, COF dan COLF dalam dolar diperkirakan naik masing-masing sebesar 3 bps dan 5 bps pada kuartal II-2017. Hal tersebut akan mendorong kenaikan suku bunga modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 1 bps, 4 bps dan 5 bps.

Dana Pihak Ketiga

Keoptimisan responden tidak hanya terkait pertumbuhan kredit, tetapi juga pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang diperkirakan menguat pada kuartal II-2017. Hal ini tercermin dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 89,4 persen, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 89,1 persen.

Penguatan pertumbuhan DPK diperkirakan akan terjadi hingga akhir 2017 yang diindikasikan dengan SBT perkiraan penghimpunan DPK yang menguat ke angka 98,3 persen.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis, pertumbuhan kredit bisa beranjak naik ke double digit pada semester kedua mendatang. Kendati, hingga Februari 2017, pertumbuhan kredit hanya bertumbuh 8,4 persen ke angka Rp4.333,1 triliun.

“Pertumbuhan kredit sampai Februari 2017 memang belum double digit, tapi lebih tinggi dibandingkan Februari tahun lalu, kami harapkan semester kedua bisa meningkat ke arah double digit,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon.

Nelson mengungkapkan, pertumbuhan kredit ini ditopang pula oleh penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang pada Februari 2017 bertumbuh 9,2 persen (yoy). Sampai akhir tahun, DPK tersebut akan terus meningkat seiring dengan peralihan dana amnesti pajak ke perbankan.

Sementara untuk indikator lain, menurut Nelson, perbankan saat ini berada dalam kondisi sehat. Hal ini terlihat dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang pada Februari 2017 tercatat 23,18 persen, padahal ketentuan minimal adalah 8 persen. Begitu pula dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang tercatat 5,28 persen dan merupakan tertinggi di ASEAN.

“Indikator lainnya seperti rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) menurun dari 83 persen pada Februari 2016 ke 81,69 persen pada Februari 2017, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross dalam kondisi manageable di level 3,16 persen dan rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) di angka 89 persen,” ungkap dia. (K09)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.203,01

Up0,38%
Up5,34%
Up9,67%
Up9,80%
Up18,64%
Up8,72%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,67

Up0,46%
Up5,00%
Up8,82%
Up9,04%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.153,01

Up0,41%
Up4,45%
Up9,63%
Up9,89%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.044,45

Up1,10%
-----
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua