Bank Dunia Gelontorkan US$100 Juta untuk Bangun Sarana Infrastruktur Daerah
Dana bantuan tersebut akan disalurkan melalui PT Sarana Multi Infrastruktur

Dana bantuan tersebut akan disalurkan melalui PT Sarana Multi Infrastruktur
Bareksa.com - Bank Dunia (World Bank) akan menggelontorkan dana US$100 juta kepada pemerintah daerah untuk membangun sarana infrastruktur yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan daya saing di Indonesia. Hal ini didasari kesulitan pemerintah daerah untuk mewujudkan proyek besar, mengingat anggaran daerah (APBD) yang ada hanya dapat dimanfaatkan untuk mendanai proyek-proyek di berbagai daerah di Indonesia hanya dalam jangka waktu setahun.
Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, mengemukakan, untuk mencapai pertumbuhan inklusif di seluruh Indonesia, terutama di kawasan daerah tertinggal, maka perbaikan layanan di daerah-daerah di Indonesia serta peningkatan peluang yang setara sangat penting untuk segera dilaksanakan.
“Pendanaan Bank Dunia tersebut adalah salah satu jalan keluar untuk mendukung Indonesia dalam mengatasi masalah ketimpangan, sehingga kelompok masyarakat yang paling miskin dapat menerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia,” paparnya, di Jakarta, Selasa (14 Maret 2017).
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut rencana, menurut Rodrigo, dana bantuan tersebut akan disalurkan melalui PT Sarana Multi Infrastruktur untuk mendukung program Regional Infrastructure Development Fund (RIDF). Program ini merupakan tambahan akses kredit bagi pemerintah daerah untuk mendanai berbagai proyek infrastruktur, termasuk proyek penyediaan jalan, fasilitas air bersih dan sanitasi, serta transportasi.
Bahkan, Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) turut memberikan tambahan dana US$100 juta untuk mendukung berbagai program RIDF tersebut.
Sementara itu, Marcus Lee, Ekonom Senior Bank Dunia, berpendapat, bantuan seperti itu dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai masalah keterbatasan instrumen keuangan bagi investasi infrastruktur di berbagai daerah yang masih terbatas. “RIDF akan mengatasi kekosongan pendanaan infrastuktur untuk jangka menengah dan panjang, khususnya untuk kawasan perkotaan,” ujar Marcus.
Di samping itu, Bank Dunia juga akan menghibahkan dana sebesar US$3 juta melalui program Indonesia Sustainable Urbanization Multi-Donor Trust Fund (IDSUN) untuk mendukung pemerintah daerah dalam mempersiapkan berbagai proyek infrastruktur yang diusulkan.
Salah satu donor yang berkontribusi bagi IDSUN adalah Pemerintah Swiss yang dilakukan melalui State Secretariat for Economic Affairs. Secara keseluruhan, bantuan senilai US$100 juta ini merupakan pendanaan bersama yang ketiga antara Bank Dunia dengan AIIB di Indonesia.
Sebelumnya, Bank Dunia telah menyetujui pinjaman sebesar US$125 juta untuk memperbaiki 140 bendungan di Indonesia. Selain itu, Bank Dunia menambah pendanaan sebesar US$216,5 juta untuk mendukung program nasional Kota Tanpa Kumuh, untuk memperbaiki infrastruktur di kawasan kumuh.
Peran Swasta
Destry Damayanti, ekonom dan juga merupakan anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), berpendapat berbagai proyek infrastruktur yang didanai oleh pihak swasta melalui skema kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta perlu dikembangkan.
“Ke depan, infrastruktur akan diarahkan dengan melibatkan sebanyak mungkin sektor swasta, baik dalam hal pembiayaan maupun pembangunannya,” ujar Destry.
Destry mengungkapkan, infrastruktur adalah kebutuhan wajib di Indonesia, tetapi memang perkembangannya lambat karena pendanaannya yang besar. Dalam setahun, kebutuhan dana untuk membiayai pembangunan infrastruktur mencapai lebih dari Rp1.000 triliun. Dana sebesar itu tentunya akan membuat pemerintah menghadapi kesulitan dalam pembiayaannya. Karena itu, keterlibatan pihak swasta untuk membiayai pembangunan infrastruktur menjadi sangat penting.
Destry menuturkan, untuk mencari solusi bagi pembiayaan pembangunan infrastruktur tersebut, pemerintah perlu membuat terobosan agar instrumen investasi pembiayaan infrastruktur menjadi menarik. Salah satunya adalah pajak khusus untuk obligasi yang dikeluarkan bagi pembiayaan infrastruktur.
Menurut Destry, langkah seperti ini perlu diperbanyak oleh pemerintah, sehingga pembangunan infrastruktur tidak hanya mengandalkan pemerintah tetapi dapat pula mengajak swasta. Salah satu contoh proyek infrastruktur yang dibiayai oleh partisipasi swasta adalah proyek jalan lingkar simpang susun Semanggi yang bernilai proyek Rp360 miliar.
Seperti diketahui, dana pembangunan tersebut tidak menggunakan APBD, melainkan dari kompensasi kenaikan koefisien lantai bangunan (KLB) perusahaan swasta. Proyek tersebut diharapkan mampu mengurai kemacetan di sekitar Semanggi hingga 40 persen. (K19)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.203,57 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.182,86 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.153,16 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.044,96 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.