BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Data Ini Patahkan Pendapat "Ekonomi Indonesia Belum Pulih"

Bareksa11 Mei 2016
Tags:
Data Ini Patahkan Pendapat "Ekonomi Indonesia Belum Pulih"
Direktur Konsumer & Ritel BNI Darmadi Sutanto (kanan) bersama Presiden Direktur PT Lotte Shopping Indonesia Joseph V. Buntaran meluncurkan secara simbolis Kartu Debit Bisnis Co-Branding BNI dan Lotte Mart Wholesale di toko Lotte Mart Wholesale, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Kamis (24/4) - (Antarafoto/Widodo S. Jusuf)

Kuartal I-2016, enam dari sembilan sektor industri mengalami kenaikan laba

Bareksa.com - 151 emiten telah merilis laporan keuangan sepanjang Januari-Maret 2016. Bareksa membagi seluruh emiten tersebut ke dalam sembilan sektor industri. Yang menarik, enam dari sembilan sektor ternyata menunjukan kinerja positif. Artinya secara riil, kondisi ekonomi mulai mengapami pemulihan. Dua sektor terbaik berasal sektor barang konsumsi, serta perbankan & keuangan. Apa yang mendorong positifnya kinerja mayoritas perusahaan di dua sektor ini?

Sektor barang konsumsi (consumer goods) menjadi sektor yang paling baik, di mana 81 persen dari 16 perusahaan yang telah merilis laporan keuangan menunjukan pertumbuhan laba yang positif. Menelaah lebih dalam ternyata yang positif lebih banyak didorong oleh kinerja perusahaan konsumsi dengan basis produksi makanan dan minuman.

(Baca juga: Kinerja Saham Sektor Apa yang Terbaik dan Terburuk di Kuartal I 2016?)

Promo Terbaru di Bareksa

Penjualan makanan ringan seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR) melesat 35 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Produsen roti PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) juga mengalami peningkatan penjualan 18 persen. Sementara produsen mie instan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) tak mau kalah dengan pertumbuhan penjualan 12 persen.

Bos grup Indofood, Anthoni Salim kepada media menyebut divisi mie instan penyumbang pertumbuhan terbesar karena adanya kenaikan harga. Peningkatan di sisi penjualan ini yang mendongkrak laba bersih perusahaan.

Grafik: Pertumbuhan Penjualan Perusahaan Produsen Makanan

Illustration
sumber: Laporan keuangan perusahaan

Ini menguatkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2016 sebesar 4,9 persen lebih besar dibanding periode sama tahun sebelumnya yang hanya 4,73 persen.

Tak hanya di industri makanan ringan, perusahaan konsumsi berbasis tembakau (rokok) pun merasakan hal yang sama. Penjualan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) pada kuartal I 2016 tercatat meningkat 13 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. PT Bentoel International Tbk (RMBA) bahkan mengalami peningkatan penjualan hingga 26 persen.

Hanya PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang naik 2 persen, karena eksposure Sampoerna terhadap Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang lebih besar. Kinerja rokok SKT dalam perlambatan ekonomi tahun lalu lebih tertekan dibanding jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM).

Secara keseluruhan membaiknya sektor konsumsi menunjukan daya beli masyarakat mulai pulih. Masih adanya daya beli, juga ditunjukan oleh data inflasi yang mulai merangkak naik di kuartal I -2016.

Grafik: Inflasi Indonesia (year-on-year)

Illustration
Sumber: Bank Indonesia

Sektor berikutnya yang juga menunjukan kinerja positif adalah keuangan dan perbankan. Berdasarkan penelusuran Bareksa, dari 22 emiten yang bergerak di sektor ini, 73 persen diantaranya mengalami peningkatan pertumbuhan laba. Bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berhasil meningkatkan marjin bunga bersih (net interest income/NIM) masing-masing menjadi 7,0 persen dan 8,09 persen dari sebelumnya 6,5 persen dan 7,57 persen.

Meningkatnya NIM menunjukan peningkatan pendapatan bunga yang lebih besar dibandingkan peningkatan beban bunga. Dengan kata lain, pada kuartal I 2016 bank masih mampu memperoleh selisih pendapatan yang lebih besar dari penyaluran kredit kepada nasabah. Rendahnya bunga deposito yang belum diiringi dengan penurunan suku bunga kredit pada tahun lalu, memungkinkan bank untuk memperoleh marjin bunga yang lebih besar.

Grafik: Pertumbuhan Kredit, DPK, dan NIM BRI, BCA & BNI

Illustration
sumber: perusahaan diolah Bareksa

Namun, pada 15 April 2016, Bank Indonesia (BI) sudah mengumumkan perubahan acuan suku bunga dari sebelumnya menggunakan BI rate menjadi BI 7-Day Reverse Repo Rate. Kebijakan yang akan berlaku mulai 19 Agustus 2016 (pertengahan kuartal III 2016) akan mendorong bank secara perlahan menurunkan bunga kredit, sehingga dikuatirkan akan menekan marjin bunga bersih kedepannya. (np)

(Baca juga: BI Rate Diubah, Sektor Keuangan di Pasar Saham Amblas)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Capital Fixed Income Fund

1.773,76

Up0,54%
Up3,36%
Up0,03%
Up6,73%
Up17,30%
Up44,83%

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.325,17

Up0,88%
Up4,09%
Up0,03%
Up5,78%
Up18,69%
-

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.752,53

Down- 0,32%
Up2,73%
Up0,01%
Up3,85%
Up18,24%
Up46,77%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.046,42

Up0,71%
Up2,82%
Up0,02%
Up3,06%
Down- 1,49%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.037,25

Up0,52%
Up3,63%
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua