Kenapa permintaan semen merosot di awal tahun
Indonesia Timur diserbu semen impor. Persiapan Pemilu membuat proyek infrastruktur tak lagi jadi prioritas.

Indonesia Timur diserbu semen impor. Persiapan Pemilu membuat proyek infrastruktur tak lagi jadi prioritas.
Bareksa.com - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat permintaan semen nasional pada Februari 2014 hanya tumbuh 1,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Ketua ASI Widodo Santoso mengatakan kepada Tempo.co bahwa penjualan semen Februari tercatat 4,47 juta ton. Untuk Triwulan I 2014, angka penjualan pun diprediksi cuma naik 2-3 persen dari 2013, sebanyak 58,5 juta ton.
Permintaan dari Indonesia Timur rupanya turun drastis sebesar 29,5 persen, menjadi 93 ribu ton. Menurut Widodo, penurunan permintaan yang drastis di Nusa Tenggara dan Papua dipicu oleh maraknya semen impor. Saat ini produsen semen dari negara tetangga, seperti Thailand dan Vietnam, mengalami kelebihan kapasitas. Akibatnya, banyak semen dari kedua negara tersebut yang mengalir ke Indonesia.
Tampaknya, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2013 tentang Ketentuan Impor Semen masih belum efektif. Manajer Komunikasi PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) Diah Sasanawati sebelumnya berharap kebijakan larangan impor semen dapat meningkatkan investasi industri semen dalam negeri. Sebab, investor asing tidak lagi bisa dengan mudah mengekspor semen ke Indonesia, dan akan terdorong membangun pabrik semen di sini.
Promo Terbaru di Bareksa
Selain faktor semen impor, persiapan pemilu juga membuat permintaan tertahan karena pemerintah kini punya prioritas lain di luar proyek infrastruktur. Selain itu, persaingan antara produsen semen sendiri juga akan menjadi lebih rendah karena sebagian besar dari rencana ekspansi oleh pemain di luar Tiga Besar -- SMGR, SMCB, dan INTP--, yakni proyek Greenfield, berpotensi ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut dipandang akan menurunkan kekhawatiran bakal adanya kelebihan pasokan dan persaingan harga.
Grafik perbandingan harga 3 emiten produsen semen (INTP, SMCB, dan SMGR). Source: Bareksa.com
Sementara itu, dari laporan yang kami pelajari, secara Month on Month (MoM), permintaan semen nasional di Februari berlanjut melemah sebesar 4,5 juta ton atau berkurang 2,5 persen. Ini merupakan impak dari musim hujan dan erupsi Gunung Kelud. Kedua faktor alam itu mempengaruhi distribusi sejumlah perusahaan semen selama bulan Februari lalu.
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) masih menjadi produsen terbesar dilihat dari market share, yakni sebesar 43,4 persen. Ia dibuntuti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) 30,4 persen dan PT Semen Cibinong Tbk (SMCB) 13,8 persen.
Diproyeksikan juga, pemintaan semen domestik akan naik pesat sekitar 60 juta ton di 2014 dibandingkan 58 juta ton di 2013. INTP juga menjadi pilihan utama beberapa analis karena didukung faktor kontrol biaya serta kapasitas stok paling rendah, sehingga akan memberikan keuntungan pada emiten di tengah situasi defensive pada periode 2014-2015.
Tabel perbandingan fundamental 3 emiten produsen semen (INTP, SMCB, dan SMGR). Source: Bareksa.com
Di lain sisi, Head of Research PT OSO Securities, Supriyadi, berpandangan bahwa penurunan permintaan semen di awal tahun ini sebagai sesuatu yang wajar. Dasar pertimbangannya: secara historis konsumsi semen nasional tumbuh 1,3 persen Year on Year (YoY) dan total konsumsi masih sebesar 9,16 juta ton selama dua bulan pertama di 2014. Untuk Pulau Jawa sendiri, permintaan semen naik 0,9 persen YoY dengan total 5,02 juta ton Year to Date (YtD). Supriyadi memproyeksikan permintaan semen akan tumbuh lebih pesat di Kuartal 3 2014 seiring meningginya kembali demand untuk infrastruktur. (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.203,57 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.182,86 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.153,16 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.044,96 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.