Bareksa Insight : Produksi Minyak Dunia Ditahan, Reksadana Ini Cuan Hingga 25% Setahun

Abdul Malik • 26 Aug 2022

an image
Ilustrasi kenaikan dan penurunan harga minyak yang berdampak terhadap kinerja pasar keuangan, termasuk IHSG, reksadana, SBN dan emas. (Shutterstock)

Harga minyak dunia sempat kembali naik ke US$100 per barel, setelah Arab Saudi menyatakan rencananya untuk mengurangi produksi OPEC

Bareksa.com - Saham sektor energi dan barang baku mencatat kenaikan di tengah penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin (26/8/2022). Menurut Tim Analis Bareksa, harga minyak dunia sempat kembali naik ke kisaran US$100 per barel, setelah Arab Saudi menyatakan rencananya untuk mengurangi produksi negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC dan OPEC+, jika pasokan minyak Iran dilepas ke pasar. Langkah itu dilakukan  untuk menstabilkan harga minyak. 

Baca juga : Bareksa Insight : Potensi Tesla Bangun Pabrik Mobil Listrik di RI, Cermati Reksadana Ini

Penguatan harga minyak turut mendongkrak penguatan saham sektor komoditas di IHSG, serta mendorong kinerja reksadana saham berbasis sektor tersebut. Di sisi lain, jelang pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Jumat malam WIB, investor asing melakukan aksi ambil untung di pasar saham RI kemarin senilai Rp536 miliar, sehingga mengakibatkan penurunan terbatas di IHSG. IHSG pada Kamis (25/8/2022) turun 0,28% ke level 7.174,21. 

Selain itu, untuk menghindari risiko yang lebih tinggi dalam jangka pendek, investor juga cenderung melepas Surat Berharga Negara (SBN) tenor pendek di pasar obligasi dan membuat pergerakan pasar obligasi dalam negeri, serta sejumlah reksadana pendapatan tetap bergerak stagnan.

Lihat juga : Bareksa Insight : Bunga Acuan BI Naik, Pasar Saham dan Cuan Reksadana Ini Meroket

Apa yang bisa dilakukan investor?

Di tengah sentimen rencana pengurangan produksi minyak OPEC dan pidato Ketua The Fed, Tim Analis Bareksa menyarankan investor menerapkan Smart Investor mempertimbangkan 4 hal ini agar investasinya terus membukukan cuan maksimal

1. Menjelang pidato Ketua The Fed, pasar saham dan obligasi diproyeksikan cenderung bergerak mendatar dengan potensi pelemahan terbatas. Jika nanti terdapat pernyataan yang tidak sesuai ekspektasi pelaku pasar, maka akan berpotensi kembali mengakibatkan pasar modal bergejolak. 

2. Untuk itu, investor sebaiknya mencermati terlebih dulu pergerakan pasar saham untuk akhir pekan ini dan dapat kembali mempertimbangkan untuk akumulasi di reksadana berbasis saham sektor keuangan, energi, ataupun barang baku, jika IHSG dapat kembali turun ke kisaran level 6.800 - 6.900.

Simak juga : Bareksa Insight : Isu Kenaikan Harga BBM Bayangi Pasar Modal, Investasi di SR017 Solusinya

3. Meski dalam jangka pendek pasar obligasi dalam negeri terlihat masih belum kondusif, namun penaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (23/8/2022) diprediksikan dapat meredam potensi inflasi yang lebih tinggi, serta menopang stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini bisa menjadi katalis positif untuk pasar obligasi dalam jangka lebih panjang.

4. Untuk saat ini, investor masih dapat berinvestasi di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, serta reksadana pasar uang untuk menghindari risiko fluktuasi di pasar SBN dalam jangka pendek.

Baca juga : Bareksa Insight : Hari Ini Pengumuman Suku Bunga BI, Apa Dampaknya ke Reksadana?

Beberapa produk reksadana saham, reksadana indeks, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko agresif, moderat dan konservatif ialah sebagai berikut : 

Imbal Hasil 1 Tahun (25 Agustus 2022)

Reksadana Saham

Sucorinvest Maxi Fund : 25,75%
Sucorinvest Sharia Equity Fund : 13,06%

Reksadana Indeks

Principal Index IDX30 Kelas O : 18,93%
BNI AM Indeks IDX30 : 17,75%

Imbal Hasil 3 Tahun (per 25 Agustus 2022)

Reksadana Pendapatan Tetap

Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 30,99%
Mandiri Investa Dana Syariah : 14,02%

Reksadana Pasar Uang

Capital Money Market Fund : 17,55%
Syailendra Sharia Money Market Fund : 15,88%

Baca juga : Bareksa Insight : Imbal Hasil Tinggi, SBN Ritel seri SR017 Jadi Pilihan Investasi Menarik

Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Baca juga : Bareksa Insight : IMF Nilai Indonesia Aman dari Resesi, Potensi Cuan Reksadana Ini

Investasi Sekarang

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.