BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

IHSG Diprediksi Rebound Pekan Ini, Bagaimana Prospek Reksadana Saham?

18 Februari 2020
Tags:
IHSG Diprediksi Rebound Pekan Ini, Bagaimana Prospek Reksadana Saham?
Pengunjung beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/2/2020)). IHSG ditutup menguat 0,70 persen atau 41,01 poin ke level 5.925,18 menjelang penutupan perdagangan kemarin. (ANTARA FOTO/Reno Esnir/hp)

Pada 31 Januari 2020, IHSG mulai keluar dari level 6.000 menuju 5.940

Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak menurun dalam sepekan terakhir karena sentimen merebaknya wabah virus corona. Namun pekan ini, IHSG diprediksi menguat (rebound) setelah koreksi pada pekan lalu.

Berdasarkan data Bareksa, sejak 10 hingga 14 Februari 2020, IHSG terus menurun dari posisi 5.952 pada 10 Februari 2020 menjadi 5.866 pada 14 Februari. Apabila ditarik ke belakang, penurunan ini sudah terjadi sejak akhir Januari 2020. Pada 31 Januari 2020, IHSG mulai keluar dari level 6.000 menuju 5.940.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan, wabah virus corona memang menjadi sentimen utama yang menggerakkan IHSG. Pada pekan lalu, pasar keuangan global sempat mendapatkan kabar baik akan adanya penurunan tambahan jumlah korban baru virus corona. Diikuti pula dengan langkah Pemerintah China yang menahan pertumbuhan ekonomi ekonomi dan mulai beroperasinya pabrik-pabrik di Negeri Panda.

Promo Terbaru di Bareksa

Namun demikian, akibat adanya perubahan metode pelaporan kasus, pemerintah Tiongkok mengkonfirmasi adanya 15.152 tambahan kasus baru dengan 254 kematian tambahan. Hal ini membuat total korban meninggal menjadi 1.367 orang dengan jumlah korban yang terinfeksi mencapai 60 ribu kasus.

"Hal ini membuat kekhawatiran kembali memuncak di bursa global dan regional," kata dia di Jakarta belum lama ini.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan virus corona berdampak lebih besar terhadap perekonomian dunia dibandingkan kasus SARS pada 2002-2003. Hal ini disebabkan, perekonomian Tiongkok saat ini berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian global, yakni mencapai 17 persen. Sedangkan pada kasus SARS, perekonomian Tiongkok baru berkontribusi 4 persen.

Selain Hans, analis yang lain juga menilai wabah virus corona akan menjadi sentimen utama bagi pergerakan IHSG pekan ini. Hal ini terutama kaitannya dengan perekonomian Indonesia.

Analis PT Philip Sekuritas Anugerah Zamzami menjelaskan investor ingin melihat respons kebijakan dari pemerintah dan regulator Indonesia terhadap mewabahnya virus corona dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. "Penting untuk melihat pandangan BI mengenai ekonomi nasional di tengah ancaman perlambatan ekonomi akibat merebaknya virus corona," kata dia.

Selain wabah virus corona, sentimen eksternal lain yang akan mempengaruhi IHSG adalah laporan kinerja keuangan emiten global. Hans mengungkapkan, FactSet menunjukan sekitar 77 persen emiten dalam Indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangan. Dari data tersebut, sebanyak 72 persen memberikan kinerja lebih baik dari perkiraan para analis. "Hal ini bisa menjadi sentimen positif bagi pasar," kata dia.

Sementara dari dalam negeri, Hans menyoroti mengenai pemberitaan terkait permintaan roll over oleh beberapa perusahaan asuransi. Roll over yang dimaksud adalah pemegang polis asuransi selama enam bulan ke depan tidak bisa melakukan pencairan dana walaupun sudah jatuh tempo.

Pemberitaan ini yang walaupun sempat dibantah oleh perusahaan terkait bisa menimbulkan aksi redemption (pencairan dana) atau rush secara serentak. Hans mengungkapkan, aksi rush secara serentak ini bisa menimbulkan permasalahan, meskipun perusahaan asuransi yang terkena dampak pada awalnya dalam keadaan sehat.

Penjualan aset atau surat berharga yang dilakukan dalam kondisi pasar yang tidak baik bisa menyebabkan penurunan harga aset atau surat berharga yang di jual. Hal ini tentunya akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, nasabah dan industri keuangan.

Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), lanjut Zamzami juga akan mempengaruhi IHSG dari sisi internal pada pekan ini. Pasalnya, pasar menanti apakah BI akan kembali melonggarkan kebijakan moneter atau memberikan stimulus terhadap perekonomian.

"Di samping itu, investor juga akan menunggu rilis data neraca perdagangan," jelas dia.

Dengan berbagai sentimen tersebut, Hans menilai, IHSG akan mengalami rebound pekan ini dengan support di level 5.768-5.843 dan resistance di level 5.929-6.013. Rebound ini terjadi karena indeks Indonesia terus terkoreksi sepanjang pekan lalu.

"Di tengah koreksi tersebut, investor sebaiknya melakukan pembelian saham karena harga saham saat ini sedang undervalued," ucap dia.

Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga melihat IHSG berpeluang menguat terbatas pada pekan ini. Dia memperkirakan IHSG akan menguat dengan di level 5.840-5.920.

Dengan peluang rebound tersebut, return reksadana saham juga berpeluang untuk ikut menguat. Apalagi dalam sepekan terakhir, hanya ada beberapa reksadana saham yang mencatat return positif.

Bareksa mencatat, dalam sepekan terakhir, dari 74 reksadana yang ada di Bareksa, hanya ada tiga reksadana yang mencatat return positif, yakni Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS, Schroder Global Sharia Equity Fund dan BNP Paribas Cakra Syariah USD.

Return Reksadana Saham Sepekan Terakhir (per 17 Februari 2020)

Illustration
Sumber : Bareksa

Namun demikian, secara jangka panjang, reksadana saham masih menjanjikan bagi investor. Bareksa mencatat, ada tiga reksadana saham yang bisa memberikan tingkat imbal hasil di atas 29 persen dalam tiga tahun yakni, Sucorinvest Sharia Equity Fund, BNP Paribas Cakra Syariah USD dan Sucorinvest Maxi Fund.

NAV Reksadana Saham 3 Tahun

Illustration

Sumber : Bareksa

Untuk diketahui, reksadana ialah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi.

Megutip Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada di dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.

Jenis reksadana yang dipilih bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker atau low-risk taker. Jika kita kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang. Jika kita cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Sementara jika kita cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).

Demi kenyamanan berinvestasi pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu.

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.312,97

Up0,14%
Up3,53%
Up0,02%
Up5,80%
Up18,28%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,1

Up0,58%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,30%
Up17,22%
Up43,04%

STAR Stable Income Fund

1.917,09

Up0,55%
Up2,93%
Up0,02%
Up6,32%
Up30,69%
Up60,37%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.752,73

Down- 0,48%
Up3,74%
Up0,01%
Up4,37%
Up18,74%
Up47,23%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.035,26

Down- 0,27%
Up1,73%
Up0,01%
Up2,63%
Down- 2,19%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua