BeritaArrow iconSBNArrow iconArtikel

Perdalam Keuangan Domestik, Saatnya Masyarakat Semakin Terlibat Dukung APBN

Bareksa15 September 2020
Tags:
Perdalam Keuangan Domestik, Saatnya Masyarakat Semakin Terlibat Dukung APBN
Ilustrasi obligasi surat utang negara surat berharga negara yang digambarkan dengan kertas sertifikat obligasi dengan kacamata dan pulpen.

Indonesia bisa mencontoh negara lain yang sukses dalam hal penerbitan surat utang ritel ini, seperti Jepang

Bareksa.com - Penjualan Sukuk Negara Ritel seri SR013 berhasil menembus Rp6,53 triliun (tepatnya Rp6.538.896.000.000) hingga Senin sore (14/9/2020) atau hari ke-18 masa penawaran, sejak instrumen investasi yang halal dan dijamin negara ini ditawarkan pada 28 Agustus 2020. Nilai itu sudah jauh melampaui target awal penjualan SR013 yang dipatok Rp5 triliun.

Kuota nasional pemesanan SR013 telah dinaikkan jadi Rp9 triliun dari sebelumnya Rp7 triliun. Dengan begitu, kuota pemesanan SR013 masih tersisa Rp2,46 triliun. Masa penawaran masih tersisa 9 hari lagi hingga ditutup pada 23 September pukul 10.00 WIB.

"Target awal Rp5 triliun. Namun demikian kita ingin mengembangkan dan memperdalam pasar keuangan domestik, sehingga berapapun penawaran masuk insyaallah akan kita serap. Kalau kita lihat animonya, kelihatannya jauh lebih besar," ujar Dwi dalam acara Virtual Launching SR013 bertemakan Cintai Negeri dengan Investasi, Jumat, 28 Agustus 2020.

Promo Terbaru di Bareksa

Saatnya masyarakat semakin terlibat dalam mendukung anggaran pemerintah

Penerbitan surat utang negara (SUN) ini bermanfaat bagi negara untuk membantu membiayai anggaran dan mengurangi defisit. Menurut analisis Bareksa, penerbitan surat utang ritel ini dapat mendorong stabilitas nilai tukar rupiah.

Sudah saatnya masyarakat semakin terlibat dalam mendukung anggaran pemerintah. Sebab, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh negara secara langsung, tetapi juga bagi masyarakat yang membeli surat utang negara, atau disebut sebagai investor.

Jepang Bisa Dijadikan Contoh

Indonesia bisa mencontoh negara lain yang sukses dalam hal penerbitan surat utang ritel ini, seperti Jepang misalnya. Pada 2018, Jepang mempunyai rasio utang terhadap produk domestik bruto (debt to GDP ratio) 236 persen. Artinya, utang Jepang saat ini 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan GDP.

Namun yang menarik ialah, sekitar 90 persen lebih utangnya dikuasai oleh rakyatnya sendiri. Ini yang membuat ekonomi Jepang tidak mudah digoyang kondisi perekonomian global.

Bahkan, dengan rasio Debt/GDP yang tinggi, Jepang masih bisa memberikan pinjaman kepada Dana Moneter Internasional (IMF), Amerika Serikat, dan Indonesia.

Hal tersebut terjadi karena surat utang di Jepang sangat murah dan terjangkau oleh masyarakat, sehingga penduduk Jepang gemar membeli surat utang yang diterbitkan oleh negara (Japanese Government Bonds).

Bagaimana dengan Indonesia?

Di Indonesia, langkah pemerintah untuk berutang menjadi perhatian bahkan dikritik masyarakat akhir-akhir ini. Padahal, rasio utang terhadap PDB Indonesia hanya 29,8 persen di 2019. Angka itu sangat rendah jika dibandingkan dengan rasio utang terhadap PDB Jepang.

Namun, perbedaannya ialah, komposisi masyarakat yang memegang surat utang negara berdenominasi rupiah hanya 62 persen. Sedangkan 28 persen masih dikuasai oleh investor asing.

Sehingga posisi utang pemerintah masih sedikit bergantung terhadap asing. Ini yang membuat, keadaan ekonomi Indonesia masih bisa terkena imbas negatif jika terjadi sesuatu terhadap perekonomian global.

Menurut analisis Bareksa, setiap negara pasti memiliki utang. Utang besar bukan masalah, asal dibayar dengan uang masyarakat sendiri, sehingga tidak bergantung pada asing.

Sekarang pemerintah kembali menawarkan opsi investasi dan masyarakat diharapkan sudah bisa langsung turun tangan membantu negara dan tidak hanya mengkritik terkait porsi kepemilikan asing.

Mari kita ikut membantu pemerintah, menutup defisit, membiayai pembangunan dan mengurangi diri dari ketergantungan pihak asing dengan membeli SR013.

(KA02/AM)

***

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Pemesanan SR013 secara online di Bareksa hanya bisa dilakukan pada masa penawaran 28 Agustus - 23 September 2020. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional).

Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN di Bareksa. Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di Bareksa untuk memesan SR013.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Empty Illustration

Produk Belum Tersedia

Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua