Kebijakan The Fed Tekan Pasar di Pekan III Agustus, Reksadana Pendapatan Tetap Cuan
Pada pekan lalu, sentimen yang paling mendominasi pasar adalah antisipasi pelaku pasar terhadap arah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat
Pada pekan lalu, sentimen yang paling mendominasi pasar adalah antisipasi pelaku pasar terhadap arah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat
Bareksa.com - Mengakhiri pekan ketiga Agustus 2021, bursa saham Tanah Air mengalami tekanan hebat hingga harus terlempar dari level psikologis 6.100 dan kembali berkutat di sekitar level 6.000.
Dalam sepekan perdagangan yang berlangsung mulai dari 16 hingga 20 Agustus, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah sebanyak tiga kali dan di zona hijau sebanyak dua kali, di mana secara mingguan mengakumulasi penurunan 1,77 persen ke level 6.030,77.
Pada pekan lalu, sentimen yang paling mendominasi pasar adalah antisipasi pelaku pasar terhadap arah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yakni The Fed. Investor menanti riils notula rapat (minutes of meeting) The Fed edisi Juli 2021 yang dirilis Kamis dini hari waktu Indonesia.
Promo Terbaru di Bareksa
Pasar ingin menggali petunjuk kira-kira kapan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat akan mulai mengurangi pembelian surat berharga (quantitative easing) dan menaikkan suku bunga acuan.
"Banyak peserta rapat yang menilai ada quantitative easing harus berakhir lebih dulu sebelum menentukan arah kebijakan suku bunga. Pada saat yang sama, para peserta rapat menyatakan kenaikan suku bunga acuan maupun pengurangan pembelian aset akan sangat tergantung dari arah perekonomian. Sementara sejumlah peserta rapat menilai pengurangan quantitative easing bisa dimulai lebih cepat, tetapi diiringi dengan mitigasi terhadap risiko keketatan likuiditas di pasar keuangan," demikian papar notula The Fed seperti dilansir CNBC Indonesia.
Notula ini menggambarkan nada (tone) The Fed yang semakin berani. Semakin hawkish, semakin tidak malu-malu dalam menyebut potensi tapering off.
Pengurangan quantitative easing berarti supply dolar AS tidak akan lagi melimpah seperti sekarang. Layaknya sebuah barang, saat pasokan berkurang pasti harga akan naik. Demikian dengan mata uang, pasokan yang menurun membuat nilai tukarnya semakin mahal.
Persepsi tersebut membuat investor memburu dolar AS, sebagai antisipasi kalau nanti pasokannya berkurang. Hal ini membuat dolar AS berjaya, dalam sepekan terakhir Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melesat 1,02 persen.
Perburuan terhadap dolar AS membuat investor melupakan aset-aset lain terlebih yang berisiko, seperti saham. Jadi tidak heran berbagai bursa saham di Kawasan Asia mengalami koreksi dalam, termasuk IHSG.
Reksadana Saham Tertekan, Reksadana Pendapatan Tetap Cuan
Kondisi pasar saham Indonesia yang turun cukup signifikan pada pekan lalu, secara umum ikut menekan kinerja reksadana berbasis ekuitas tersebut menjadi yang terburuk.
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham mengalami koreksi terparah dengan kinerja -1,18 persen pada pekan lalu.
Sumber: Bareksa
Adapun di peringkat kedua terbawah ditempati oleh indeks reksadana campuran dengan kinerja -0,59 persen, yang juga memiliki alokasi aset pada saham.
Sementara itu, dua reksadana yang berhasil menorehkan kinerja positif pada pekan lalu ditempati oleh indeks reksadana pasar uang dan indeks reksadana pendapatan tetap dengan masing-masing kenaikan 0,01 persen dan 0,13 persen.
Di sisi lain, top 10 reksadana yang berhasil mencatatkan kenaikan kinerja dengan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu mayoritas dikuasai oleh produk reksadana indeks & ETF sebanyak 5 produk, disusul reksadana campuran 3 produk, kemudian reksadana saham dan pendapatan tetap masing-masing 1 produk.
Sumber: Bareksa
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.368,28 | 0,86% | 4,08% | 6,43% | 7,84% | 18,84% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.086,49 | 0,90% | 4,61% | 6,31% | 6,76% | 3,36% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.831,16 | 1,04% | 4,02% | 5,89% | 7,46% | 17,42% | 41,90% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.070,1 | 0,76% | 3,88% | 6,14% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.246,28 | 0,68% | 3,59% | 5,41% | 6,88% | 19,54% | 35,46% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.