BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

BI Kembali Tahan Bunga Acuan 3,5 Persen, Ini Pengaruhnya ke Reksadana

Bareksa25 Juni 2021
Tags:
BI Kembali Tahan Bunga Acuan 3,5 Persen, Ini Pengaruhnya ke Reksadana
Logo Bank Indonesia (shutterstock)

Ketika suku bunga bank sentral diturunkan, reksadana yang berinvestasi pada obligasi seperti reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana campuran akan diuntungkan karena harga obligasi di pasar naik

Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan alias BI 7 Days Reverse Repo Rate dalam Rapat Dewan Gubernur BI Juni 2021 di level 3,5 persen.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 16-17 Juni 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate 3,5 persen, suku bunga Deposit Facility 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility 4,25 persen," sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers usai RDG, Kamis (17/6/2021).

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ini sejalan dengan perlunya bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi.

Promo Terbaru di Bareksa

Sejak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) menghantam Indonesia, BI bergerak cepat dengan memangkas suku bunga acuan habis-habisan. Pada awal 2020, BI 7 Day Reverse Repo Rate masih berada di 5 persen dan kini sudah 3,5 persen, terendah dalam sejarah suku bunga acuan Indonesia. Artinya, BI sudah memotong suku bunga acuan sebanyak 150 basis poin (bps).

Selain penurunan suku bunga acuan, BI juga memberikan berbagai stimulus buat perekonomian nasional. Sejak awal tahun hingga 21 Mei 2021, BI telah menggelontorkan likuiditas (quantitative easing) Rp88,91 triliun. Sepanjang 2020, nilai quantitative easing mencapai Rp726,57 triliun.

Dampak Terhadap Reksadana

Naik/turun/ditahannya suku bunga, bisa berdampak pada harga saham, obligasi, hingga deposito yang merupakan bagian dari komposisi aset yang membentuk reksadana.

Obligasi, sebagai salah satu aset dalam reksadana, sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Sederhananya, apabila tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. Adapun jika tingkat suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.

Ketika suku bunga bank sentral diturunkan, reksadana yang berinvestasi pada obligasi seperti reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana campuran akan diuntungkan karena harga obligasi di pasar naik.

Sementara itu, dampak suku bunga pada saham tidak dirasakan secara langsung. Secara teori, penurunan tingkat suku bunga akan menyebabkan bunga tabungan dan deposito di perbankan ikut turun sehingga jadi tidak menarik. Dengan demikian, investor akan mencari alternatif investasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi yaitu dengan membeli saham.

Jika banyak investor yang masuk ke pasar saham, tentu akan membuat harga saham mengalami kenaikan karena meningkatnya permintaan, begitu pun sebaliknya. Ketika suku bunga bank sentral diturunkan, reksadana yang berinvestasi pada aset saham seperti reksadana campuran dan reksadana saham akan diuntungkan dan sebaliknya.

Adapun jika suku bunga bank sentral tetap alias tidak berubah, maka dampaknya minor namun cenderung lebih positif, terlebih posisinya saat ini sudah termasuk rendah karena semenjak pandemi Covid-19 pada Maret tahun 2020 lalu, suku bunga telah dipotong hingga 150 bps (1,50 persen).

Illustration

Sumber: Bareksa

Karena itu, era suku bunga yang rendah seperti saat ini menjadikan kinerja reksadana secara umum memiliki prospek positif. Meskipun belakangan ini ancaman tapering dan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed membuat adanya potensi capital outflow dari emerging markets seperti Indonesia.

Selain itu, sentimen negatif lain berupa kenaikan harian kasus Covid-19 di Indonesia juga menimbulkan kekhawatiran lain terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik.

Kondisi tersebut secara umum membuat kinerja reksadana belum maksimal, di mana kenaikan tertinggi sepanjang tahun berjalan justru ditempati oleh produk defensif seperti reksadana pasar uang yang menguat 1,48 persen year to date (YtD).

Kemudian di peringkat kedua juga ditempati reksadana pendapatan tetap dengan kenaikan tipis 0,04 persen YtD.

Adapun dua reksadana lain yang mengalokasikan dananya ke dalam aset saham justru masih mencatatkan kinerja negatif, di mana reksadana campuran -1,01 persen YtD dan reksadana saham -4,51 persen YtD.

(KA01/Arief Budiman/AM)

​​***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.


Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

STAR Stable Income Fund

1.917,73

Up0,52%
Up2,95%
Up0,02%
Up6,35%
Up30,73%
Up60,39%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua