BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Rating Indonesia Tetap BBB, Sentimen Positif Bagi SBN dan Reksadana Pendapatan Tetap

Abdul Malik23 Maret 2021
Tags:
Rating Indonesia Tetap BBB, Sentimen Positif Bagi SBN dan Reksadana Pendapatan Tetap
Logo Fitch Ratings di Kantor London. (Shutterstock)

Fitch menilai Indonesia mampu menahan guncangan akibat pandemi tanpa dampak negatif bagi arah perekonomian jangka menengah

Bareksa.com - Lembaga pemeringkat Fitch Ratings mempertahankan peringkat (rating) kredit Indonesia di posisi BBB, dengan tetap mempertahankan juga outlook yang stable. Rating kredit yang tetap terjaga akan berpengaruh positif terhadap pergerakan Surat Utang Negara (SUN) dan reksadana pendapatan tetap.

Fitch mempertahankan peringkat rating Indonesia dengan melihat langkah penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi di Indonesia berjalan on-track. Sejak mulainya pandemi global di awal 2020, sudah ada 124 negara yang mengalami penurunan rating.

Fitch menilai, Indonesia dianggap mampu menahan guncangan (shock) akibat pandemi tanpa dampak negatif bagi arah perekonomian jangka menengah. Indonesia dinilai juga mampu menciptakan prospek pertumbuhan jangka menengah dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB yang relatif terjaga.

Promo Terbaru di Bareksa

"Reformasi struktural yang dijalankan juga memberi harapan bahwa Indonesia akan beranjak mencapai level yang semakin kompetitif dibanding negara peers – kategori BBB– baik dalam indikator tata kelola maupun dalam tingkat PDB per kapita," tulis Fitch dalam laporannya Selasa, (23/3).

Proyeksi Ekonomi Indonesia​

Dengan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, Fitch optimistis terhadap proses pemulihan ekonomi Indonesia. Fitch memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia 5,3 persen pada 2021 dan 6 persen pada 2022. Pemulihan ekonomi didukung belanja stimulus pemerintah dan peningkatan ekspor.

Fitch berharap momentum pertumbuhan ekonomi didukung dengan langkah-langkah reformasi untuk peningkatan efektivitas kebijakan fiskal. Sementara reformasi struktural melalui implementasi Omnibus Law Cipta Kerja diharapkan akan meningkatkan iklim bisnis dan menarik investasi.

Fitch juga melihat pengeluaran pemerintah tetap fokus pada penanganan gangguan kesehatan, menjaga konsumsi rumah tangga miskin dan rentan serta memberi dukungan bagi dunia usaha.

Fitch memproyeksikan konsolidasi fiskal akan berjalan secara gradual, defisit fiskal akan menyempit di 2021 menjadi 5,6 persen dari 6,1 persen pada 2020. Konsolidasi fiskal harus diteruskan di tahun 2022, setelah dampak pandemi mereda.

Dengan dukungan luas di seluruh spektrum politik dan rekam jejak akumulasi utang yang rendah dibandingkan negara peers, rencana pemerintah kembali ke pagu defisit 3 persen pada 2023 menjadi sangat rasional. Dampak pandemi pada kondisi fiskal Indonesia tidak separah negara peers.

"Pelebaran defisit fiskal pada 2020 lebih kecil dibanding median ‘BBB’. Otoritas tetap perlu menjaga kesinambungan fiskal jangka panjang," tulis Fitch.

Prospek SUN dan Reksadana Pendapatan Tetap

Langkah Fitch mempertahankan rating kredit Indonesia pada posisi BBB dengan outlook stable merupakan pengakuan atas stabilitas makroekonomi dan prospek jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga di tengah situasi pandemi Covid-19. Hal ini tentunya didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan yang tetap kuat antara Otoritas Moneter dan Pemerintah.

Pemerintah akan terus berusaha memperhatikan perkembangan yang ada baik di domestik maupun global, mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia.

Pemerintah juga mengharapkan partisipasi masyarakat untuk tetap patuh dalam menjalankan protokol kesehatan agar pandemi Covid-19 ini dapat dikendalikan dan segera dilalui sehingga Indonesia dapat segera bangkit kembali.

Rating kredit yang tetap terjaga ini akan berpengaruh positif terhadap imbal hasil (yield) SUN yang sempat terguncang akibat kenaikan yield US Treasury Bond. Apabila yield SUN bergerak stabil tentunya juga akan berpengaruh positif terhadap obligasi korporasi.

Instrumen investasi yang akan terkena dampak baik dari pergerakan SUN atau Surat Berharga Negara (SBN) dan obligasi korporasi ini adalah reksadana pendapatan tetap. Reksadana ini menempatkan sebagian portofolionya pada instrumen surat utang.

Di Bareksa, terdapat 30 reksadana pendapatan tetap. Reksadana tersebut rata-rata masih memberikan imbalan (return) di atas 10 persen dalam setahun. Salah satunya adalah Sucorinvest Bond Fund dari PT Sucor Asset Management yang mencatatkan imbalan 17,86 persen dalam setahun.

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Empty Illustration

Produk Belum Tersedia

Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua