BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Ekonomi Diproyeksi Pulih, Bareksa Prioritas Yakin Pasar Saham dan Obligasi Menguat

Hanum Kusuma Dewi30 November 2020
Tags:
Ekonomi Diproyeksi Pulih, Bareksa Prioritas Yakin Pasar Saham dan Obligasi Menguat
Direktur Bareksa Prioritas Ricky Rahmatulloh

Obligasi negara dan reksadana saham berfokus di Asia Pasific jadi pilihan HNWI

Bareksa.com - Ekonomi Indonesia diperkirakan akan pulih dari tekanan resesi akibat pandemi virus corona Covid-19. Investasi di pasar keuangan, termasuk pasar saham dan pasar obligasi diperkirakan akan kembali bergairah menjelang akhir tahun dan memasuki tahun 2021.

Pemerintah memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2021 akan tumbuh di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen. Angka ini tentu jauh melonjak dari kondisi resesi tahun ini, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar minus 1,1 persen hingga 0,2 persen.

Direktur Bareksa Prioritas Ricky Rachmatulloh mengatakan sejumlah faktor bisa mendorong pasar keuangan bergerak positif pada tahun depan, sehingga investasi di pasar modal Indonesia bisa kembali atraktif. Sejumlah faktor tersebut antara lain, penemuan vaksin Covid-19, pemilihan presiden Amerika Serikat yang berjalan lancar, hingga penguatan beberapa indikator lain seperti nilai tukar rupiah, pemulihan sektor perdagangan, dan membaiknya sentimen pasar.

Promo Terbaru di Bareksa

"Vaksin Covid-19 menjadi kunci pemulihan pasca resesi sehingga menjadi sentimen positif ke pasar saham dan obligasi. Kemudian, hasil pemilihan presiden AS yang dimenangkan Joe Biden berpotensi memberikan angin segar dan optimisme kepada investor secara umum. Ekspektasi meredanya tensi perang dagang antara Tiongkok dan AS dapat menjadi katalis bagi investor untuk beralih ke aset-aset yang lebih beresiko. Asia Pasifik diperkirakan akan menjadi tujuan utama investor global tahun depan dan tentu saja ini akan menguntungkan Indonesia sebagai negara emerging market.”

Di pasar obligasi, Ricky memandang bahwa tren suku bunga global yang masih rendah berpotensi mendorong yield obligasi untuk turun. Selain itu dari dalam negeri, selisih yang cukup besar antara tingkat inflasi dan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7DRRR) saat ini dapat memberikan ruang bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga lebih lanjut untuk menopang pemulihan ekonomi nasional.

“Kebijakan suku bunga rendah masih dibutuhkan untuk mendongkrak kredit di perbankan yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi di tengah ekspektasi tingkat inflasi yang masih rendah dan stabil, dan juga nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat dapat membuat obligasi masih menjadi salah satu pilihan untuk investor. Hal ini tentu dapat memberikan keuntungan bagi investor obligasi ataupun reksadana fixed income yang berbasis obligasi,” jelas Ricky.

Illustration
Grafik Yield Obligasi Negara Tenor 10 Tahun
Sumber: Bareksa.com

Dia memandang pasar saham Indonesia yang tercermin dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terdiskon cukup dalam sepanjang 2020 sehingga terbuka peluang besar bagi IHSG di tahun 2021 untuk melanjutkan tren pembalikan arah yang sudah dimulai di Q3 2020. Ditambah lagi dengan pemilihan presiden AS yang berjalan lancar.

“Kemenangan Biden dianggap menjadi salah satu katalis positif tidak langsung bagi Indonesia dan bisa memicu aliran dana asing masuk ke pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia sehingga bagi investor yg memiliki aset dalam denominasi USD dapat memanfaatkan momentum ini untuk berinvestasi di reksadana dengan instrumen-instrumen yang memiliki eksposur ke negara-negara Asia Pasific yang akan menjadi motor pemulihan ekonomi global," jelas Ricky.


Illustration
Grafik Pergerakan USD/IDR dan IHSG
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Bareksa.com

Bareksa Prioritas, yang menyediakan fitur pengelolaan aset bagi nasabah high net worth individuals (HNWI), menyarankan para nasabahnya untuk mengambil momen pemulihan pasar ini untuk menempatkan dana investasinya. Dengan melihat profil risiko dan horison investasi, Bareksa Prioritas memberikan pendampingan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi para nasabahnya.

"Nasabah dengan profil risiko agresif untuk saat ini kami sarankan alokasi investasinya lebih berat di pasar saham, termasuk reksadana saham dan indeks saham. Untuk nasabah dengan profil moderat, obligasi dan reksadana pendapatan tetap bisa menjadi pilihan,” ujar Ricky.

Selain itu, reksadana pasar uang juga dapat menjadi pilihan bagi para nasabah individu dan korporasi yang menginginkan likuiditas tinggi. Sebab, reksadana pasar uang mudah dicairkan dan bisa memberikan imbal hasil (return) yang lebih menarik bila dibandingkan dengan produk konvensional lainnya.

Layanan pengelolaan kekayaan melalui Bareksa Prioritas selama ini masih menjadi pilihan bagi para nasabah HNWI. Sebab, layanan investasi bisa dilakukan dengan cepat, aman, akurat, paperless dan digital.


***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

​DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.



Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua