BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Mandiri Investasi : 6 Faktor Ini Topang SBN Tetap Menarik dan Pasar Saham akan Rally

Abdul Malik15 Oktober 2020
Tags:
Mandiri Investasi : 6 Faktor Ini Topang SBN Tetap Menarik dan Pasar Saham akan Rally
Petugas membelakangi layar informasi pergerakan harga saham pada layar elektronik di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/9/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat (18/9) sore ditutup menguat 20,82 poin atau 0,41 persen ke posisi 5.059,22 dengan didukung sentimen domestik. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.

Salah satunya RUU Omnibus Law Cipta kerja yang yang diajukan pemerintah telah disahkan oleh DPR menjadi UU

Bareksa.com - PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) atau Mandiri Investasi dalam risetnya berjudul "Monthly Macro Review – September 2020" yang dipublikasi Rabu (14/10/2020), mengungkapkan data perekonomian Indonesia pada September kembali melemah, setelah sejak enam bulan penyebaran Covid -19 merebak di Indonesia. Di antaranya PMI Manufacturing dan Indeks Keyakinan Konsumen kembali turun setelah naik pada bulan-bulan sebelumnya.

"Hal tersebut karena adanya kenaikan jumlah pasien positif Covid–19 terutama di Jakarta, sehingga pemerintah daerah akhirnya mengambil keputusan untuk memberlakukan kembali PSBB ketat. Meskipun PSBB sudah lebih lunak daripada sebelumnya, namun efek domino terhadap perekonomian cukup terasa," ungkap Riset Mandiri Investasi tersebut.

Illustration

Hal ini yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 7 persen, sedangkan yield obligasi pemerintah 10 tahun cukup terjaga di 6,9 persen. Menurut MMI, melihat dari pergerakan data dan grafik secara umum, penurunan ini cukup baik, setelah koreksi tajam pada akhir Maret lalu, yang kemudian diteruskan dengan kenaikan sampai Agustus.

Promo Terbaru di Bareksa

"Ke depan fluktuasi akan membesar, sampai akhirnya pattern kenaikan akan lebih stabil seiring dengan perekonomian yang diharapkan terus membaik," riset Mandiri Investasi mengungkapkan.

Perkembangan bulan terakhir pada kuartal ketiga membuat para investor untuk terus waspada bahwa meskipun pasar saham dan obligasi sudah naik signifikan dari bulan April ke bulan Agustus, namun Indonesia masih belum lepas dari perjuangan melawan pandemi Covid-19. Sebelum bulan September, jumlah kasus positif harian secara total di Indonesia masih di bawah 2.000 kasus per hari (Jakarta : <1.000 kasus per hari).

Sementara di bulan September, angka kasus positif harian Indonesia mencapai di atas 2.000 kasus per hari (Jakarta: >1.000 kasus per hari), dan bahkan melebih 3.000 kasus per hari untuk beberapa waktu. Pemerintah terus menerapkan protokol kesehatan yang terukur sehingga angka kasus positif sudah lebih stabil di akhir September.

"Kami melihat kebijakan fiskal dan moneter yang diterapkan pemerintah dan Bank Indonesia cukup ekspansif. Pemerintah konsisten memberikan stimulus baik likuiditas dan kebijakan," ungkap Mandiri Investasi.

Hal tersebut tercermin dengan naiknya likuiditas M2 (uang beredar dalam arti luas) yang naik 13 persen pada Agustus. Pemerintah dan BI sampai akhir September sudah melakukan private placement Surat Berharga Negara (SBN) Rp183,48 triliun (46,2 persen dari total Rp397,6 triliun melalui program Surat Keputusan Bersama/SKB 2). Likuiditas yang besar saat ini sangat dibutuhkan untuk merangsang aktifitas ekonomi untuk kembali berjalan.

Perkembangan Cadangan Devisa

Illustration

Sementara itu, BI mempertahankan bunga 7D RRR 4 persen, meskipun inflasi September masih rendah di 1,42 persen. Cadangan devisa BI mengalami penurunan US$1,8 miliar. Kebijakan itu dilakukan BI untuk mempertahankan kestabilan rupiah di tengah gejolak perekonomian global akibat ancaman gelombang kedua penyebaran Covid-19.

Perkembangan Suku Bunga BI

Illustration

"Kami masih cukup positif terhadap kelas aset pendapatan tetap meskipun selama bulan September banyak pemberitaan tentang adanya pembentukan Dewan Moneter di Bank Indonesia sehingga hal tersebut dilihat akan mengikis indepensi kebijakan moneter bank sentral Indonesia," Mandiri Investasi menjelaskan.

Pemberitaan tersebut sudah disanggah oleh Menteri Keuangan dengan menegaskan komitmen pemerintah untuk tetap menjaga kredibilitas BI yang selama ini sudah dibangun dengan baik.

Maka dari itu, Mandiri Investasi masih melihat beberapa katalis yang bisa menarik minat investor untuk memiliki obligasi Indonesia khususnya obligasi pemerintah Indonesia.

Mandiri Investasi mengungkapkan enam faktor yang akan menopang SBN tetap menarik yakni :

1. Indonesia menawarkan real yield yang menarik di antara negara berkembang lainnya.

2. Spread antara obligasi bertenor 10 tahun Indonesia dengan AS masih cukup lebar

3. Rupiah yang relatif stabil, disertai hedging cost yang stabil di bawah 5 persen.

4. Pendanaaan pemerintah yang sudah memadai sehingga kemungkinan untuk menawarkan yield tinggi cukup kecil.

5. Inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil memberi celah bagi BI untuk menurunkan suku bunga BI7DRRR.

6. The Fed akan menahan suku bunga yang rendah untuk waktu yang cukup lama.

"Sementara itu, pada tahap ini kami melihat pasar saham lebih banyak kemungkinan untuk rally daripada koreksi," ujar Mandiri Investasi.

Mandiri Investasi mengungkapkan Indonesia sudah melewati periode terburuk di kuartal II 2020. Target harga dari saham-saham sudah terdiskon cukup dalam saat iini dan IHSG masih jauh dari level 6,283 yang pernah tercapai di awal tahun ini (-20 persen dari level saat ini).

Menurut Mandiri Investasi, enam katalis yang bisa mendorong rally pasar saham adalah :

Pertama, RUU Omnibus Law Cipta kerja yang yang diajukan pemerintah telah disahkan oleh DPR. Sehingga diharapkan Indonesia akan memiliki kebijakan yang lebih kompetitif dan dapat bersaing dengan negara berkembang lainnya untuk menangkap peluang investasi global. Momentum pengesahan Undang–Undang Cipta Kerja ini juga tepat di mana banyak perusahaan global yang berminat untuk mendiversifikasikan supply chain keluar dari satu negara seperti di China, sehingga produksi tidak terganggu bisa terjadi suatu hal seperti pandemi penyakit.

Kedua, pengujian vaksin–vaksin Covid-19 yang memasuki tahap lanjutan. "Kami memahami bahwa pengetesan vaksin sampai mendapatkan izin masih membutuhkan waktu. Namun hal ini bisa membangkitkan optimisme masyarakat untuk bisa beraktifitas normal kembali bila vaksin-vaksin tersebut sudah disebarluaskan kepada masyarakat," Mandiri Investasi mengungkapkan.

Ketiga, anggaran stimulus pemerintah akan dikeluarkan lebih banyak di kuartal terakhir tahun 2020. Penyerapan stimulus tersebut masih kurang dari 50 persen dari total alokasi Rp697 triliun. Dengan menyisakan tiga bulan, pemerintah akan mempercepat penggunaan stimulus sehingga dapat meringankan bebas masyarkat saat ini.

Keempat, Pemilu di AS akan dimulai beberapa pekan kedepan. Pasar akan lebih jelas melihat kebijakan apa yang akan diambil oleh pemerintah baru dalam menghadapi penurunan ekonomi AS saat ini. Jika pemilu selesai, maka salah satu penyebab ketidakpastian di pasar dapat berkurang.

Kelima, pembukaan kembali Jakarta seiring menurunnya jumlah pasien positif Covid–19 adalah yang diharapkan oleh masyarakat sehingga ekonomi Jakarta dapat berjalan normal kembali.

Keenam, dengan menurunnya imbal hasil deposito dari perbankan, maka para investor dapat mencari kelas aset lain yang dapat memberikan imbal hasil lebih tinggi seperti saham dan obligasi. Dividend yield dari saham masih memberikan rata–rata 4 persen per tahun (per annum/pa) dan bond yield 10 tahun bisa memberikan hampir 7 persen per tahun.

Indikator Makro Ekonomi Indonesia

Illustration

Sumber : Riset Mandiri Investasi

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

​​​​​​​​

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua