BeritaArrow iconBelajar InvestasiArrow iconArtikel

CEO Mandiri Investasi, Alvin P : IHSG Bisa Tembus 6800 di 2021 dan Prospek Reksadana

Abdul Malik28 Desember 2020
Tags:
CEO Mandiri Investasi, Alvin P : IHSG Bisa Tembus 6800 di 2021 dan Prospek Reksadana
Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi, Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa (Dok. Mandiri Investasi)

Reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham diperkirakan akan memberikan kinerja cukup baik pada 2021

MeBareksa.com - Kinerja pasar saham dan reksadana sepanjang 2020 (year to date per 23 Desember) memang belum menunjukkan belum pulih benar dari dampak pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih minus 4,62 persen YtD. Kondisi itu membuat indeks reksadana saham juga masih negatif 7,53 persen, indeks reksadana campuran turun 0,88 persen dan indeks reksadana pasar uang tertekan 0,49 persen.

Hanya indeks reksadana pendapatan tetap yang membukukan kinerja positif dengan kenaikan 6,87 persen sepanjang 2020 hingga pekan keempat Desember ini.

Illustration

Sumber : Bareksa

Promo Terbaru di Bareksa

Meskipun dari sisi kinerja nilai aktiva bersih reksadana belum pulih benar, namun sejatinya dari sisi jumlah dana kelolaan industri reksadana sudah berhasil pulih dari dampak pandemi Covid-19.

Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report November 2020 yang mengolah data Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan dana kelolaan reksadana pada November 2020 menembus Rp547,8 triliun, atau merupakan level tertinggi sepanjang tahun ini.

Nilai AUM reksadana November 2020 telah melampaui level akhir tahun lalu yang senilai Rp542,2 triliun atau naik 1,04 persen, atau merupakan yang pertama kali berhasil melampaui level sebelum pandemi Covid-19 tahun ini. Setelah Desember 2019 lalu, kemudian nilai AUM reksadana terus menurun akibat tertekan dampak pandemi Covid-19 dan mencapai level terendahnya pada Maret 2020 di Rp471,4 triliun, atau di bawah Rp500 triliun.

Sejak itu nilai AUM reksadana tidak mampu menyentuh seperti level akhir 2019, akibat turunnya nilai aset portofolio reksadana. Hingga kemudian kemudian pada November seiring tren pemulihan di pasar modal, nilai AUM reksadana kembali pulih dan melampaui level akhir tahun lalu. Secara bulanan dana kelolaan reksadana naik 3 persen pada November dibandingkan Oktober 2020, atau bertambah Rp17,9 trilun. Secara year to date dan year on year naik 1 persen. Dibandingkan Desember 2019, dana kelolaan reksadana pada November bertambah Rp5,6 triliun.

PT Mandiri Manajemen Investasi/ MMI atau Mandiri Investasi, kembali jadi Manajer Investasi (MI) jawara dana kelolaan reksadana pada November 2020, atau mampu mempertahankan predikat yang sama pada bulan sebelumnya. Mandiri Investasi mengantongi dana kelolaan reksadana Rp48,37 triliun, pada November 2020 dengan menguasai market share 9 persen di industri.

AUM reksadana anak perusahaan dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, yang terbentuk pada Desember 2004 ini meningkat 3 persen secara bulanan (month on month/MoM), naik 8 persen year to date (YtD), dan melesat 10 persen secara tahunan (year on year/YoY).

Untuk mengetahui bagaimana pandangan Mandiri Investasi tentang kinerja pasar modal tahun depan dan bagaimana gambaran kinerja industri reksadana di 2021, Martina Priyanti dari Bareksamewawancarai Chief Executive Officer (CEO) PT Mandiri Manajemen Investasi, Alvin Pattisahusiwa, secara tertulis, pekan lalu. Berikut petikan wawancara pada bagian kedua khusus mengenai prediksi mengenai industri reksadana dan pasar modal:

Bagaimana gambaran perseroan atas kondisi pasar modal di 2021? Berapa proyeksi IHSG, yield SBN, dan rupiah? Apa saja penopang pasar tahun depan?

Dengan kondisi ekonomi yang diproyeksikan membaik di 2021, kami melihat industri reksadana, khususnya untuk kelas aset berisiko seperti saham ataupun obligasi akan berpotensi bertumbuh lebih baik dibandingkan dengan 2020. Ditambah dengan kondisi suku bunga global yang rendah dan likuditas global yang masih banyak, maka diharapkan partisipasi investor baik dari luar negeri ataupun dalam negeri akan bisa masuk ke dalam asset-asset dalam negeri kita.

Secara internal kami memproyeksikan IHSG dapat menyentuh level 6400 – 6800 tahun depan, dengan yield obligasi pemerintah dapat bergerak turun ke rentang 5.5 persen hingga 5.75 persen.

Faktor penopang pasar 2021 :
- Pemulihan pertumbuhan ekonomi global dan domestik
- Stimulus pemerintah masih berlanjut
- Kebijakan moneter yang akomodatif
-Omnibus Law dan potensi masuknya FDI
- Kembalinya confidence investor global dan domestik, portfolio inflow.

Seiring gambaran membaiknya pasar tahun depan, bagaimana proyeksi MMI atas kinerja industri reksadana tahun depan? Akan ada tren-tren baru apa dan inovasi baru apa di industri?

Untuk kinerja Reksadana di tahun 2021, equity & fixed income fund memiliki potensi membaik dengan katalis positif sebagai berikut :
a. Tren suku bunga masih rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
b. Tren Recovery Economy Global.
c. Potensi Inflow ke emerging market termasuk Indonesia.

Sementara untuk tren dan inovasi baru, MMI berencana untuk melakukan:
a. Produk dengan eskposure offshore
b. Intensifikasi produk syariah
c. Menambah fitur Share class di beberapa Reksadana.

Dari sisi alternative Investment :
a. RDPT Mandiri Infrastruktur Ekuitas memiliki fokus pada pengembangan energi terbarukan dan merupakan fund/reksadana pertama di Indonesia yang merupakan partisipan di GRESB Infra Benchmark di tahun 2020 (the ESG benchmark for real assets).
b. DInfra Mandiri Tol Road merupakan DInfra yang berinvestasi pada perusahaan pemilik konsesi Gempol Pandaan, yang mana tol Gempol pandaan ini pada taun 2020 mendapatkan sertifikasi Green Toll Road.

Jenis produk reksadana apa yang akan moncer kinerjanya tahun depan, dibandingkan dengan tahun ini?

Reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham diperkirakan akan memberikan kinerja yang cukup baik.

Bagaimana MMI memperkirakan gambaran investor pasar modal umumnya dan investor reksadana khususnya tahun depan. Seiring tahun ini merupakan kebangkitan investor ritel via platform digital akibat pandemi Covid-19?

Melihat pergerakan market yang meningkat sejak awal pandemi di bulan April 2020, banyak investor ritel kami sudah menikmati return dari produk reksadana saham kami sampai dengan 25 persen dalam 6 bulan terakhir. Dengan antisipasi adanya vaksin Covid-19 yang akan segera terdistribusi secara global akan makin meningkatkan harapan bahwa keadaan ekonomi akan semakin membaik.

Kedua berita ini kami rasa cukup bisa memotivasi para exisiting nasabah ritel kami untuk terus berinvestasi dengan memberi keyakinan kepada nasabah yang belum berinvestasi untuk juga segera mulai. Kontribusi AUM dari nasabah retail kami sejak Desember 2019 telah tumbuh sebanyak 138 persen, sedangkan user kami telah tumbuh sebesar 649 persen melalui kerja sama dengan platform digital pihak ketiga dan juga in-house platform digital Mandiri Investasi, yaitu Moinves.

Saat ini berapa komposisi jumlah investor ritel dan institusi Mandiri Investasi dan akan ditarget berapa tahun depan?

Saat ini Mandiri Investasi memiliki lebih dari 84,000 nasabah ritel dan dengan outlook positive untuk tahun 2021, serta proyek-proyek kerja sama yang akan dijalankan, kami menargetkan untuk melipat gandakan angka tersebut menjadi 160,000 nasabah ritel di akhir 2021.

(Martina Priyanti/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

​DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.


Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Empty Illustration

Produk Belum Tersedia

Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua