BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Begini Dampak Pengetatan PSBB Bagi Pasar Modal dan Investasi Reksadana Saham

11 September 2020
Tags:
Begini Dampak Pengetatan PSBB Bagi Pasar Modal dan Investasi Reksadana Saham
Pekerja membersihkan lantai di samping grafik pergerakan saham di sebelah patung banteng di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/8/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 10,81 persen atau 0,2 persen ke posisi 5.349,7. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Trimegah AM menilai pelemahan IHSG bisa menjadi peluang untuk akumulasi saham dan reksadana saham

Bareksa.com - Pemerintah DKI Jakarta kembali memberlakukan pengetatan pembatasan sosial skala besar (PSBB) mulai tanggal 14 September 2020 hingga jangka waktu yang belum ditentukan. Langkah yang dikhawatirkan bisa memberikan dampak negatif jangka pendek bagi pergerakan pasar saham ini justru bisa menjadi peluang untuk membeli saham atau investasi reksadana saham jangka panjang.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 33 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB Jakarta, hanya ada 11 sektor dunia usaha yang dikecualikan yaitu 1) Kesehatan, 2) Bahan pangan & minum, 3) Energi, 4) Komunikasi dan IT, 5) Keuangan, 6) Logistik, 7) Perhotelan, 8) Konstruksi, 9) Industri strategis, 10) Pelayanan dasar, utilitas publik dan industri vital nasional dan 11) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Trimegah Asset Management, dalam market update 10 September 2020, menjelaskan pengetatan PSBB Jakarta ini ditujukan untuk menjaga agar kapasitas ruang ICU dan tempat tidur isolasi tidak mencapai batas maksimum, demi menjaga rendahnya tingkat kematian. Sebagai catatan, saat ini Jakarta memiliki tempat tidur isolasi sejumlah 4053 dan sudah terisi kurang lebih 80 persen, sehingga diperkirakan dengan kondisi penambahan kasus saat ini (±1,000 per hari) akan mencapai titik maksimum dalam 10 hari ke depan.

Promo Terbaru di Bareksa

Pada Kamis 9 September 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 5,01 persen, dan sempat mengalami trading halt (penghentian perdagangan). Penurunan IHSG ini disebabkan sentimen Gubernur DKI Anies Baswedan mengumumkan akan menerapkan half-lockdown alias PSBB mulai Senin 14 September 2020.

"Terlepas dari sentimen negatif yang akan terjadi terhadap market dalam beberapa saat ke depan, kami melihat dampak terhadap ekonomi tidak akan sebesar PSBB pertama pada awal April 2020 (selama 6-7 minggu) karena adanya bantuan dari pemerintah yang lebih baik," tulis Tim Riset Trimegah AM dalam laporan tersebut.

Adapun bantuan pemerintah dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional bernilai total Rp227,6 triliun yang termasuk Program Keluarga Harapan, Kartu Sembako, Subsidi Listrik, Bansos Sembako, Bansos Tunai, BLT Dana Desa, Kartu Pra Kerja, bantuan Beras, Ekspansi Bansos Tunai, Bantuan Produktif dan Bantuan Tenaga Kerja (Subsidi Gaji).

Di sisi lain, Trimegah AM belum melihat pengetatan PSBB akan dilakukan secara nasional seperti yang terjadi pada kuartal kedua 2020, walupun ada kemungkinan daerah satelit Jakarta akan melakukan hal yang sama. Sebagai catatan, total kontribusi Jakarta terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional sekitar 16-18 persen dengan perkiraan Jabodetabek di angka 22 persen.

Untuk melihat gambaran dampak pengetatan PSBB ini, Trimegah menggunakan perbandingan pasar saham Filipina. Negara tetangga ini kembali menerapkan lockdown ketat pada 3 Agustus 2020, yang langsung direspon negatif di pasar saham dengan penurunan 3,68 persen.

Namun, Trimegah AM menilai kebijakan ini dirasa tepat oleh kebanyakan orang. Bahkan setelah lockdown diberlakukan, indeks saham Filipina (PCOMP Index) naik 7,7 persen dari tanggal 3-18 Agustus 2020. Justru ketika Duterte mengumumkan relaksasi dari lockdown tersebut, PCOMP malah terkoreksi 5,63 persen, di saat pasar regional dan Indonesia sedang positif.

Dengan melihat studi kasus dari pasar saham Filipina, Trimegah AM memandang ini sebuah peluang bagi investor saham Indonesia. "Reaksi negatif yang cukup besar terhadap pemberlakuan lockdown kedua dijadikan titik akumulasi bagi para investor."

Selain itu, Trimegah AM juga melihat studi kasus dan analisis teknikal pasar saham India. Menurut riset Trimegah AM, sejak jumlah kasus Covid di India mencapai titik puncak pada 20 Juli 2020, pasar saham India berhasil menembus level tertinggi, yang disebut sebagai titik resisten Fibonaci 61,8 persen.

Grafik Analisis Teknikal IHSG Metode Fibonaci

Illustration

Sumber: Trimegah AM

Dengan menggunakan perbandingan pasar saham India, pasar saham Indonesia yang tercermin dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum mampu menembus titik Resisten Fibonaci 61,8 persen tersebut. Sebab, tingkat kasus Covid di Indonesia masih naik, sehingga membuat investor asing khawatir hal buruk akan terjadi di masa depan.

"Berdasarkan studi kasus di India, kita bisa melihat bahwa salah satu indikator yang cukup menarik untuk akumulasi (saham) adalah apabila tingkat positivity rate (kasus Covid) di Indonesia sudah mencapai titik puncaknya," tulis riset tersebut.

Sebagai catatan, positivity rate adalah jumlah hasil positif Covid dibagi jumlah kasus yang diperiksa spesimen. Positivity rate yang aman menurut WHO adalah 5 persen, artinya dari 100 orang yang dites, 5 menunjukkan kasus positif Covid.

Positive rate Indonesia mencapai level 26 persen per 6 September 2020, yang menurut Trimegah AM sudah cukup tinggi dibandingkan dengan India yang mencapai 15,5 persen.

Meski ada kemungkinan tingkat positivity rate akan kembali naik, Trimegah AM menilai angka tersebut lebih disebabkan oelh minimnya fasilitas pengujian kasus Covid di Indonesia. Namun, bila pengecekan dilakukan lebih banyak, ada kemungkinan positivity rate di Indonesia akan mulai bergerak turun.

"Secara numeral, investor asing pada akhirnya akan disuguhkan dengan tingkat positivity rate yang sudah peaking dan bergerak turun. Jika ini terjadi, kami yakin animo investor asing yang selama ini melakukan net outflow akan berbalik arah menjadi net inflow. Untuk investor domestik yang memiliki horizon yang sedikit lebih panjang, pelemahan IHSG pada hari ini ataupun hari-hari berikutnya adalah kesempatan yang baik untuk melakukan akumulasi di saham atau reksadana saham," tulis Trimegah AM.

Perlu diketahui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah salah satu indikator pergerakan pasar saham Indonesia dan investasi berbasis saham, seperti reksadana saham. Reksadana saham memiliki mayoritas (minimal 80 persen) portofolionya berada di aset saham. Investasi saham dan reksadana saham cocok untuk investor dengan profil risiko agresif dan tujuan investasi jangka panjang di atas 5 tahun.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

***

Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,01

Up0,33%
Up4,11%
Up7,65%
Up8,53%
Up19,56%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.094,34

Up0,43%
Up4,30%
Up7,08%
Up7,44%
Up3,35%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.081,79

Up0,62%
Up3,99%
Up7,30%
Up7,80%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.848,01

Up0,56%
Up3,87%
Up6,86%
Up7,41%
Up17,86%
Up40,92%

Insight Renewable Energy Fund

2.277,12

Up0,87%
Up3,97%
Up6,86%
Up7,35%
Up20,27%
Up35,71%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua