BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

IHSG Terkoreksi Pasca 4 Hari Beruntun Rally, Dibayangi Sentimen Ini

Bareksa20 Maret 2019
Tags:
IHSG Terkoreksi Pasca 4 Hari Beruntun Rally, Dibayangi Sentimen Ini
Pelajar melihat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

IHSG kemarin ditutup melemah 0,45 persen berakhir di level 6.480

Bareksa.com - Setelah mengalami rally dalam empat perdagangan beruntun, pasar saham Indonesia akhirnya harus terkoreksi pada perdagangan kemarin dengan berakhir di zona merah.

Adapun performa bursa saham utama kawasan Asia ditutup bervariasi pada perdagangan kemarin. Indeks Nikkei (Jepang) turun tipis 0,08 persen, Indeks Shanghai (China) melemah 0,18 persen, Indeks Kospi (Korea) terkoreksi 0,09 persen, sementara Indeks Hang Seng (Hong Kong) naik 0,19 persen, dan Indeks Straits Times (Singapura) menguat 0,25 persen.

Tarik-menarik antara sentimen positif berupa ekspektasi atas dovish (kalemnya) bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve dan sentimen negatif berupa No-Deal Brexit membuat bursa saham Benua Kuning seperti kebingungan menentukan arah.

Promo Terbaru di Bareksa

Pada Selasa-Rabu waktu setempat, Jerome “Jay” Powell dan koleganya akan menggelar rapat bulanan untuk memutuskan suku bunga acuan serta mengumumkan pembacaan terkini mengenai kondisi perekonomian AS.

Pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan memilih bersikap kalem (dovish) dan mempertahankan suku bunga acuan (Federal Funds Rate) di level 2,25-2,5 persen. Bahkan ada ruang bagi The Fed untuk menurunkannya ke level 2-2,25 persen dengan peluang 23,2 persen.

Namun, sentimen positif dari The Fed tersebut diselimuti dampak perekonomian yang mungkin timbul dari alotnya negosiasi dagang AS dengan China, serta semakin besarnya peluang perceraian Inggris-Uni Eropa tanpa kesepakatan (No-Deal Brexit).

Perkembangan terbaru mengatakan pertemuan lanjutan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping tampaknya akan diundur hingga Juni. Melansir dari South China Morning Post, seorang sumber mengatakan masih ada perbedaan dari sisi AS terkait dengan kesepakatan dengan China.

Alhasil, dengan semakin berlarut-larutnya negosiasi dagang, kemungkinan bahwa kedua negara tidak bisa mencapai kesepakatan menjadi semakin besar.

Lebih lanjut, keresahan juga datang seiring dengan Parlemen Inggris yang tidak memperbolehkan pemungutan suara lanjutan atas proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Theresa May. Alasannya adalah proposal tersebut tidak mengandung perubahan dari segi fundamental.

Keputusan parlemen Inggris tersebut tentunya semakin meningkatkan peluang bahwa Inggris akan berpisah dengan Uni Eropa tanpa kesepakatan (No-Deal Brexit). Jika ini yang terjadi nantinya, tentu perekonomian Negeri Ratu Elizabeth akan mendapatkan tekanan sangat signifikan.

Sebelumnya, Bank Sentral Inggris (Bank of England) telah memperingatkan bahwa No-Deal Brexit bisa mengakibatkan resesi atau penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia.

Dilansir dari Reuters, besar kemungkinan perusahaan di Asia akan merealisasikan dana modal (capital expenditure/capex) sekitar 4 persen lebih kecil tahun ini seiring dengan ketidakpastian yang menyelimuti perang dagang dan Brexit. Sementara itu, pertumbuhan pendapatan akan relatif stagnan di angka 3,3 persen.

Pada Selasa, 19 Maret 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,45 persen berakhir di level 6.480,28. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin berlangsung cukup ramai, di mana tercatat 19,46 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi hanya Rp9,24 triliun.

Secara sektoral,hampir seluruhnya berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, kecuali tiga sektor yang mampu menghijau yakni perdagangan (0,28 persen), properti (0,25 persen), dan pertambangan (0,2 persen).

Sementara itu, tiga sektor yang mengalami penurunan terdalam yakni industri dasar (-1,1 persen), aneka industri (-1,09 persen), dan manufaktur (-1,04 persen).

Beberapa saham yang memberatkan IHSG kemarin :

1. Saham HMSP (-2,1 persen)
2. Saham BBRI (-1,2 persen)
3. Saham TLKM (-1,3 persen)
4. Saham BBCA (-0,7 persen)
5. Saham ASII (-1,4 persen)

Sebanyak 188 saham menguat, 212 saham melemah, dan 140 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) di seluruh pasar pada perdagangan kemarin senilai Rp170,45 miliar.

Saham-saham yang terbanyak diburu investor asing :

1. Saham BMRI (Rp165,23 miliar)
2. Saham BBNI (Rp151,67 miliar)
3. Saham BBRI (Rp149,89 miliar)
4. Saham UNTR (Rp63,46 miliar)
5. Saham BNLI (Rp18,37 miliar)

Analisis Teknikal IHSG

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle yang menggambarkan pergerakan IHSG mengalami pelemahan namun masih dalam batas yang cenderung wajar.

Apalagi pelemahan kemarin terjadi setelah dalam empat hari perdagangan sebelumnya, IHSG terus bergerak rally dan telah mencatatkan kenaikan cukup signifikan.

Indikator relative strength index (RSI) terpantau sedikit bergerak turun, mengindikasikan adanya momentum kenaikan yang sedikit tertahan. Dilihat dari sudut pandang teknikal, IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan melemah.

Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup bervariatif dengan kecenderunganmelemah pada perdagangan kemarin diperkiran bisa menjadi sentimen negatif yang memberatkan laju IHSG pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones terkoreksi 0,07 persen, kemudian S&P 500 turun tipis 0,01 persen, sementara Nasdaq Composite menguat 0,12 persen.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Capital Fixed Income Fund

1.772,8

Up0,71%
Up3,36%
Up0,03%
Up6,91%
Up17,22%
Up44,84%

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.319,73

Up0,39%
Up3,93%
Up0,03%
Up5,51%
Up18,29%
-

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.751,39

Down- 0,78%
Up2,70%
Up0,01%
Up3,88%
Up18,31%
Up46,73%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.040,91

Up0,22%
Up2,28%
Up0,02%
Up2,79%
Down- 2,07%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.036,7

Up0,64%
Up3,62%
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua