BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Neraca Dagang Sursplus, IHSG Menguat Namun Asing Net Sell Rp344,7 Miliar

Bareksa16 April 2019
Tags:
Neraca Dagang Sursplus, IHSG Menguat Namun Asing Net Sell Rp344,7 Miliar
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (12/3/2019).ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/ama

Pada perdagangan kemarin IHSG ditutup menguat 0,46 persen berakhir di level 6.435

Bareksa.com - Mengawali perdagangan di pekan ketiga April 2019, pasar saham Indonesia bergerak cukup meyakinkan dan berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan kemarin.

Di sisi lain, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia justru mengakhiri perdagangan kemarin di zona merah. Indeks Shanghai (China) turun 0,34 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) melemah 0,33 persen, dan Indeks Straits Times (Singapura) berkurang 0,18 persen.

Kekhawatiran terkait dengan perlambatan ekonomi China membuat saham-saham di Benua Kuning dilepas investor. Pada hari Rabu mendatang (17/04/2019), angka pertumbuhan ekonomi China periode kuartal I 2019 akan dirilis.

Promo Terbaru di Bareksa

Melansir Bloomberg, perekonomian China diperkirakan tumbuh 6,3 persen (annualized). Jika ini benar yang terjadi, maka pertumbuhan ekonomi China akan berada di kisaran tengah dari rentang yang ditetapkan pemerintahnya yakni 6 persen-6,5 persen.

Sebagai informasi, pemerintah China belum lama ini resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi 6 persen-6,5 persen. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5 persen. Pada tahun 2018, perekonomian China tumbuh hingga 6,6 persen.

Jika yang tercapai adalah pertumbuhan ekonomi di batas bawah, maka perekonomian China dapat dikatakan mengalami hard landing.

Sebelumnya, kekhawatiran bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing kembali mencuat pasca data perdagangan internasional dirilis pada hari Jumat (12/04/2019). Ekspor China periode Maret 2019 diumumkan melesat hingga 14,2 persen secara tahunan, jauh di atas konsensus yang dihimpun Reuters 7,3 persen.

Namun, impor tercatat anjlok hingga 7,6 persen secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang memperkirakan koreksi 1,3 persen saja.

Perang dagang yang berkecamuk dengan Amerika Serikat (AS) terbukti masih menekan aktivitas perdagangan internasional China. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$110 miliar.

Di sisi lain, perkembangan negosiasi dagang AS-China sejatinya terbilang cukup baik. Berbicara kepada reporter di sela-sela pertemuan IMF di Washington, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa AS terbuka untuk dikenakan sanksi jika pihaknya tak mematuhi kesepakatan dagang dengan China.

"Ada komitmen tertentu yang AS buat dalam kesepakatan ini, dan ada komitmen tertentu yang China buat," papar Mnuchin.

"Saya memperkirakan mekanisme penegakan berlaku untuk kedua belah pihak, bahwa kami berharap untuk mematuhi komitmen kami dan jika tidak, maka harus ada sanksi tertentu, dan hal yang sama berlaku untuk China," tambahnya.

Dengan sikap AS yang semakin melunak tersebut, besar kemungkinan kesepakatan dagang AS-China bisa segera diteken dalam waktu dekat.

Sementara dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Maret 2019 mencapai US$14,03 miliar, sedangkan nilai impor mencapai US$13,49 miliar.

Hal ini menyebabkan neraca perdagangan Indonesia di Maret 2019 mengalami surplus US$540 juta.

Pada Senin, 15 April 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,46 persen dengan berakhir di level 6.435,15. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin berlangsung cukup ramai, di mana tercatat 14,51 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp8,49 triliun.

Secara sektoral, hampir seluruhnya berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin, kecuali sektor pertambangan yang melemah 0,41 persen.

Sementara itu, tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni aneka industri (1,33 persen), konsumer (0,76 persen), dan manufaktur (0,74 persen).

Beberapa saham yang mendorong kenaikan IHSG kemarin :

1. Saham HMSP (2,5 persen)
2. Saham ASII (1,7 persen)
3. Saham BBRI (0,9 persen)
4. Saham GGRM (2,5 persen)
5. Saham CPIN (3 persen)

Sebanyak 198 saham menguat, 194 saham melemah, dan 136 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) di seluruh pasar pada perdagangan kemarin senilai Rp344,77 miliar.

Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing :

1. Saham GGRM (Rp165,18 miliar)
2. Saham BBCA (Rp67,48 miliar)
3. Saham TLKM (Rp43,26 miliar)
4. Saham BBNI (Rp38,57 miliar)
5. Saham BTPS (Rp30,91 miliar)

Analisis Teknikal IHSG

Illustration
Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bullish spinning top yang menggambarkan pergerakan IHSG cukup bervariatif namun dengan kecenderungan bergerak positif.

Kenaikan kemarin membuka sedikit harapan IHSG akan mampu keluar dari tekanan yang terjadi pada pekan sebelumnya, di mana secara perlahan IHSG mulai mencoba untuk kembali bergerak di atas garis middle bollinger band.

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) juga terpantau mulai bergerak naik, mengindikasikan adanya momentum kenaikan yang cukup kuat. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan menguat.

Namun di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen negatif yang menghambat laju IHSG pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones turun 0,11 persen, kemudian S&P 500 terkoreksi 0,06 persen, dan Nasdaq Composite melemah 0,1 persen.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.312,44

Down- 0,08%
Up3,34%
Up0,02%
Up5,46%
Up18,23%
-

Capital Fixed Income Fund

1.768,97

Up0,54%
Up3,38%
Up0,02%
Up6,87%
Up17,31%
Up43,84%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.747,79

Down- 0,93%
Up3,15%
Up0,01%
Up3,84%
Up18,26%
Up46,65%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,9

Down- 0,36%
Up1,69%
Up0,01%
Up2,70%
Down- 2,29%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,47

Up0,49%
-
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua