BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

IHSG Tertekan Sepanjang Pekan Lalu, Namun 5 Saham Ini Terbanyak Diborong Asing

Bareksa11 Maret 2019
Tags:
IHSG Tertekan Sepanjang Pekan Lalu, Namun 5 Saham Ini Terbanyak Diborong Asing
Sejumlah orang mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. IHSG turun dengan sejumlah saham berkapitalisasi besar melemah. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Investor asing mencatatkan pembelian bersih di seluruh pasar sepanjang pekan lalu senilai Rp1,8 triliun

Bareksa.com - Sepekan kemarin, pergerakan pasar saham Tanah Air terlihat bergerak negatif dengan mengalami tekanan cukup berat. Dalam periode 4 - 8 Maret 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat turun 1,8 persen point to point ditutup di level 6.383,07.

Secara sektoral, seluruhnya kompak berakhir di zona merah pada pekan kemarin, dengan tiga sektor yang mengalami pelemahan terdalam yaitu infrastruktur (-4,63 persen), konsumer (-2,05 persen), dan properti (-1,78 persen).

Meski begitu, investor asing terpantau cukup banyak masuk ke saham domestik dengan mencatatkan pembelian bersih (net buy) di seluruh pasar sepanjang pekan lalu senilai Rp1,8 triliun.

Promo Terbaru di Bareksa

Alhasil jika sejak awal tahun 2019 hingga saat ini, investor asing masih mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp11,76 triliun.

Saham-saham yang terbanyak diburu investor asing dalam sepekan kemarin :

1. Saham BTPS (Rp123,91 miliar)
2. Saham BRPT (Rp49,99 miliar)
3. Saham HMSP (Rp44,74miliar)
4. Saham WEGE (Rp33,3 miliar)
5. Saham TKIM (Rp27,45miliar)

Berbagai Sentimen Pekan Lalu

Performa IHSG sepanjang pekan lalu senada dengan mayoritas indeks saham kawasan Asia yang juga mengalami tekanan. Indeks Kospi (Korea) anjlok 4,2 persen, Indeks Nikkei (Jepang) merosot 2,7 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) jatuh 2 persen, Indeks Shanghai (China) dan Strait Times (Singapura) masing-masing melemah 0,8 persen.

Memanasnya hubungan Amerikat Serikat (AS) dengan Korea Utara (Korut), serta pesimisme perbankan Korea Selatan menjadi penyebabnya anjloknya indeks Korea Selatan.

Potensi keretakan hubungan AS dan Korut sepertinya juga berimbas ke Korea Selatan. Sebab Korea Utara mulai membangun kembali fasilitas uji coba senjata nuklir mereka di Tongchang-ri (Sohae Satelite Launching Station), seperti dilansir Reuters.

Selain itu, perbankan Korea Selatan juga sedang dijauhi investor Asing dan menyentuh nilai terendahnya sejak periode 2008/2009. Dilansir Reuters, keputusan pemerintah Negeri Gingseng yang mensyaratkan jumlah modal minimum untuk pembuatan bank internet, sehingga ini dapat membatasi ekspansi sektor perbankan.

Secara lebih luas sentimen yang mewarnai perdagangan pekan kemarin memang tak mendukung untuk melakukan aksi beli di bursa saham. Ekonomi China yang pesimistis dan suku bunga Acuan Eropa yang minder semakin mengkonfirmasi perlambatan ekonomi dunia.

Pada Selasa (06/03/2019), pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi kisaran 6-6,5 persen, dan ini merupakan target pertumbuhan ekonomi terendah sejak 1990. Target pertumbuhan ekonomi yang begitu rendah dari negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia tentu merupakan sinyal kuat perlambatan ekonomi.

Belum lagi ekspor Negeri Panda periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi 20,7 persen secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8 persen YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor turun hingga 5,2 persen, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan 1,4 persen.

Di lain pihak, revisi pertumbuhan ekonomi dan mindernya suku bunga acuan Zona Euro semakin mendukung proyeksi pertumbuhan global yang akan melemah di tahun 2019.

Pada Jumat (08/03/2019) dini hari, Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk memangkas habis target pertumbuhan ekonomi mereka menjadi hanya 1,1 persen dari yang sebelumnya 1,7 persen. Selain itu, ECB juga mempertahankan suku bunga acuan mereka di level 0 persen.

Gubernur ECB Mario Dragi mengatakan "Ketidakpastian terkait faktor geopolitik, ancaman proteksionisme negara maju dan berkembang mempengaruhi sentimen ekonomi Eropa", dikutip CNBC International.

Analisis Teknikal IHSG

Illustration
Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal pergerakan IHSG sepanjang pekan lalu terlihat jelas mengalami tekanan cukup berat bahkan harus rela meninggalkan level psikologis 6.400.

Selain itu, pola pergerakan IHSG saat ini terlihat akan membentuk pola double top yang akan terkonfirmasi jika support krusial di level 6.375 tertembus. Sekadar informasi, pola double top adalah salah satu pola pergerakan yang mengindikasikan adanya pembalikan arah dari uptrend ke downtrend.

Kemudian posisi IHSG juga terlihat mulai keluar dari lower bollinger band yang semakin menguatkan adanya potensi tersebut. Di sisi lain, indikator relative strength index (RSI) juga terpantau terus bergerak turun, mengindikasikan adanya momentum pelemahan dalam jangka pendek.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.203,01

Up0,38%
Up5,34%
Up9,67%
Up9,80%
Up18,64%
Up8,72%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,67

Up0,46%
Up5,00%
Up8,82%
Up9,04%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.153,01

Up0,41%
Up4,45%
Up9,63%
Up9,89%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.044,45

Up1,10%
-----

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua